Antara Sholat dan Prestasi.
Sholat adalah salah satu bentuk ibadah yang paling vital dan utama
setelah seseorang mengikrarkan syahadat atau berada di dalam Islam.
Sholat menjadi tumpuan bagi seluruh aktivitas ibadah umat muslim. Sholat
juga memegang kendali yang sangat kuat terhadap seluruh aspek kehidupan
seorang muslim. Dan percaya atau tidak percaya, ternyata sholat pun
memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi seorang
muslim.
Sebelumnya, perlu kami sampaikan bahwa prestasi yang dimaksud dalam
Islam bukanlah sebatas prestasi akademis yang ditunjukkan oleh nilai
atau nominal tertulis saja. Prestasi di dalam Islam adalah kualitas
kehidupan yang dijalani oleh seseorang, yang mencakup cara hidup dan
hasil dari aktivitas kehidupannya tersebut. Namun, prestasi tersebut pun
kemudian juga dapat memompa nilai akademis dalam bentuk nominal
tertulis, maupun nilai-nilai kepribadian yang tidak tertulis, misalnya
budi pekerti dan akhlak orang tersebut.
Coba kita renungkan sejenak firman Allah swt berikut:
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab
(Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain).
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut : 45)
Lihatlah betapa sholat memiliki peranan penting dalam aktivitas kehidupan sehari-hari seorang muslim. “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar”,
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sholat merupakan satu-satunya
cara yang efektif untuk membawa seseorang atau suatu umat menuju kepada
kemulian, perbaikan, segala sesuatu yang bernilai baik. Maka di sini
dapat kita tarik kesimpulan bahwa sesungguhnya sholat itu merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan prestasi dalam kehidupan seorang
muslim.
Setelah kita peroleh kesimpulan di atas, mungkin akan ada pertanyaan menyusul mengenai “benarkah sholat dapat meningkatkan prestasi seseorang?”, “mengapa sholat dapat meningkatkan prestasi seseorang?”, dan “bagaimana sholat dapat meningkatkan prestasi seseorang?”.
Di sini, kami akan mencoba untuk mengupas dan menjawab ketiga
pertanyaan di atas secara langsung, dalam satu rangkaian jawaban, tidak
terpisah-pisah. Karena, pada dasarnya pertanyaan-pertanyaan di atas
merupakan satu kesatuan yang saling berkait.
Insya Allah “BENAR”, bahwa ibadah sholat dapat meningkatkan prestasi seorang muslim yang mengistiqomahkannya dengan ikhlas, baik dan benar. “Mengapa dan bagaimana?”,
karena di dalam sholat terdapat beberapa hal yang bersifat mendidik.
Unsur-unsur mendidik yang terdapat di dalam sholat tersebut akan
mendarah daging di dalam jiwa dan raga orang yang mengistiqomahkannya
dengan ikhlas, baik dan benar. Kemudian, nilai-nilai yang telah mendarah
daging tersebut akan memacunya kearah yang selalu positif dan lebih
baik. Berikut ini adalah beberapa unsur mendidik yang terdapat di dalam
ibadah sholat.
Senantiasa mengajarkan kebaikan
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab
(Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain).
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut : 45)
Melalui ayat di atas, dapat kita pahami dengan jelas bahwa Allah swt
telah meyampaikan dengan tegas bahwa sholat dapat mencegah seseorang
untuk melakukan perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Mengapa demikian?
Karena,seseorang yang telah mampu mendirikan dan mengistiqomahkan sholat
dengan baik dan benar, dengan khusyuk, maka ia akan selalu mengingat
Allah swt. Ia akan selalu merasa bersama Allah swt. Kapanpun, di
manapun, dan dalam aktivitas apapun, ia merasa bahwa Allah swt
senantiasa bersamanya, melihatnya, mendengarnya, dan mengawasinya. Kalau
sudah demikian adanya, maka siapa yang akan berani untuk melakukan
maksiat, perbuatan-perbuatan keji dan mungkar? Sebaliknya, ia akan
senantiasa terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik atau
amalan-amalan sholeh untuk mendapatkan rahmat dan ridho-Nya.
Menanamkan kedisiplinan
“… Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa : 103)
Tidak seorang muslim pun dapat mengerjakan sholat dengan semaunya
sendiri, yang kapan ia mau maka saat itulah ia mengerjakan sholat.
Sholat merupakan salah satu ibadah utama umat muslim yang memang sudah
ditetapkan waktunya oleh Allah swt. Tidak ada yang dapat ataupun berhak
untuk merubahnya.
Rasulullah SAW bersabda: “sholatlah seperti aku sholat.” (Al Hadits)
Hadits di atas juga menegaskan kepada umat muslim bahwa sholat
merupakan satu ibadah yang terikat dengan aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh Allah swt dan Rasulullah saw. Aturan-aturan tersebut
diantaranya adalah adanya rukun dan syarat sahnya sholat, hal-hal yang
membatalkan sholat (perkara yang diharamkan untuk dilakukan ketika
sedang sholat), hal-hal yang diwajibkan, dianjurkan dan disunnahkan
untuk dikerjakan ketika sholat, dan lain-lain.
Dengan adanya aturan-aturan tersebut, maka diperlukan niat yang kuat
dan kesungguhan hati yang mantap untuk mengistiqomahkan ibadah sholat
dengan baik dan benar, sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Tentunya, bagi mereka yang telah berhasil mematuhi segala aturan-aturan
ketat yang terdapat di dalam ibadah sholat ini, kemudian mampu
mengistiqomahkannya dengan baik dan benar, tentu saja akan tertanam
kedisiplinan yang mantap dalam dirinya untuk senantiasa bertindak sesuai
dengan aturan yang ada. Sikap disiplin akan mendarah daging dalam
kehidupannya dan terealisasi dalam setiap aktivitasnya.
Menanamkan kebersihan
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki” (QS. Al Maidah : 6)
Melalui firman-Nya, Allah swt telah memerintahkan hambanya yang
beriman untuk selalu bersuci terlebih dahulu ketika hendak mengerjakan
sholat. Tentu saja perintah tersebut merupakan satu syarat yang harus
dipenuhi oleh seorang muslim sebelum ia mengerjakan sholat.
Sholat yang tidak didahului dengan bersuci (berwudhu atau bertayamum)
tidak akan diterima oleh Allah swt. Sholat yang demikian tidaklah sah
dan justru akan menimbulkan satu dosa bagi pelakunya.
“Allah tidak akan menerima shalat salah seorang dari kamu apabila telah berhadats hingga dia berwudhu.” (HR. Bukhari)
Mengenai perintah bersuci ini, Rasulullah saw juga telah bersabda
bahwa bersuci adalah anak kunci dari ibadah sholat. Artinya adalah,
bahwa pembukan dari sholat adalah dengan bersuci, untuk mengerjakan
sholat harus didahului dengan bersuci terlebih dahulu.
“Anak kunci kepada shalat itu adalah bersuci” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Pada perintah-perintah bersuci di atas tentunya telah jelas bahwa
sholat hanya boleh dikerjakan setelah seseorang bersuci, yaitu berwudhu
atau bertayamum (jika berhadats kecil). Ini mengisyaratkan bahwa tidak
boleh melakukan sholat kecuali bagi orang-orang muslim yang berada
dalam keadaan suci. Bersih dari segala bentuk kotoran dan hadas. Dari
sini jelaslah bahwa Sholat mengajarkan umat muslim untuk senantiasa
menjaga dan memelihara kebersihan, yang tentunya harus diaplikasikan
dalam setiap aspek kehidupan, baik jiwa, raga, pakaian, makanan maupun
tempat.
Melatih konsentrasi
Konsentrasi, terpusat, fokus, atau khusyuk, merupakan salah satu
kunci keberhasilan bagi setiap aktivitas. Istilah itulah yang senantiasa
ditekankan di dalam pelaksanaan sholat, yaitu khusyuk mengingat Allah
swt semata, khusyuk disetiap bacaannya, dan khusyuk disetiap gerakannya.
Ketika seseorang tengah mengerjakan sholat, maka ia dituntut untuk
mengerahkan segenap jiwa, raga, pikiran, dan hatinya untuk bersatu dalam
satu titik, yaitu mengingat Allah swt. Tidak diperbolehkan lagi
melakukan kontak dengan hal-hal di luar unsur-unsur yang terdapat atau
diperbolehkan di dalam sholat. Mengenai konsentrasi atau khusyuk di
dalam sholat ini, Allah swt telah berfirman yang artinya:
“Beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang yang khusyuk
dalam shalatnya dan yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan
yang tiada berguna”. (QS. Al Mukminun: 1-3)
Selain itu, Rasulullah saw juga telah bersabda mengenai betapa pentingnya unsur kekhusyuk-an di dalam sholat.
”Sholatlah seperti halnya sholat orang yang akan meninggal, yaitu
seakan-akan engkau melihat Alloh. Jika engkau tidak melihatNya maka
sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Thabrani, Ibnu Majah & Ahmad).
Tekanan untuk melatih kekhusyuk-an ini dilakukan oleh umat muslim
setiap hari minimal sebanyak lima waktu, sesuai dengan lima waktu sholat
fardhu. Dan latihan ini akan diperkuat lagi dengan melakukan
sholat-sholat sunnah yang begitu banyak macamnya. Pelatihan di dalam
sholat yang dilakukan setiap hari ini, bahkan berkali-kali dalam sehari
tentunya akan membentuk pribadi yang memiliki tingkat konsentrasi yang
baik dan semakin baik dalam kehidupannya. Dan hal ini tentu akan mejadi
pendukung bagi seorang muslim dalam segala aktivitas kehidupan yang
dijalaninya.
Membiasakan ucapan yang baik
Shalat adalah ibadah yang secara langsung berhubungan dengan Allah
swt. Di dalam sholat tersebut terdapat bacaan-bacaan yang semuanya
bernilai kebaikan. Kalimat-kalimat yang mulia berupa pujian, doa, dan
pernyataan penghambaan.
Dengan selalu memuji kepada Allah, insya Allah akan menimbulkan sikap
rendah hati. Kalimat yang berupa doa-doa sebagai cermin bahwa manusia
adalah makhluk yang tidak memiliki daya dan upaya kecuali atas kehendak
Allah swt semata. Tertanamnya bacaan-bacaan yang bernilai kebaikan dan
kemuilaan tersebut di dalam hati seseorang, akan menjadikannya sebagai
sosok yang selalu berhati-hati dalam berucap dan selalu menghindarkan
diri dari sifat sombong, ujub, dan riya.
Mengajarkan kebersamaan dan persatuan
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku” (QS. Al-Baqarah: 43).
“Suatu ketika datanglah seorang laki-laki buta kepada Rasulullah saw
dengan tujuan untuk meminta keringanan dalam sholat berjamaah karena
kebutaan yang ada pada dirinya. Lelaki yang buta tersebut berkata kepada
Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, aku adalah seorang yang buta,
tidak ada seorang penuntun yang dapat menuntunku ke Masjid, maka
bolehkah aku tidak sholat dengan berjamaah dan cukup bagiku sholat di
rumah saja?” Seketika Rasulullah saw memberi keringanan kepada
lelaki tersebut sebagaimana yang ia pinta, namun ketika lelaki itu
hendak beranjak, Rasulullah saw memanggilnya kembali dan bertanya
kepadanya, “Apakah kamu mendengar adzan panggilan sholat?” Orang buta itu menjawab, “Ya”. Maka Rasulullah saw pun bersabda, “Kalau begitu, sambutlah (berangkatlah sholat berjamaah)” (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah
yang jiwaku dalam genggamanNya, sungguh aku pernah akan menyuruh
mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan untuk shalat, lalu
adzan pun dikumandangkan. setelah itu, aku menyuruh orang untuk menjadi
imam shalat berjamaah. Lalu aku pergi ke rumah orang-orang yang tidak
memenuhi panggilan shalat, dan aku bakar rumah mereka saat mereka berada
di dalamnya. “ (HR. Bukhori Muslim).
“Karena itu shalatlah dengan berjamaah, karena srigala itu hanya
menerkam kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya (jamaahnya)” (HR: Abu Daud).
Di atas merupakan dasar-dasar yang menekankan pentingnya melakukan
sholat berjamaah. Dengan demikian, jelaslah bahwa sholat pun mengajarkan
kebersamaan, silaturahmi, dan memperkuat persatuan dan kesatuan antar
sesama umat muslim.
Sholat berjamaah mengajarkan kepada umat muslim untuk memperkuat tali
persaudaraan dan persatuan antar sesama umat muslim, tanpa memandang
suku, budaya, kebangsaan, bahasa, warna kulit, latar belakang
pendidikan, dan lain-lain. Sholat berjamah akan menyatukan semua
perbedaan tersebut. Suku apapun, apapun warna kulitnya, apapun
kebangsaannya, apapun bahasa daerahnya, apapun latar belakang
pendidikannya, berhak untuk menjadi imam dalam sholat berjamaah, asalkan
ia telah mampu memenuhi syarat-syarat sebagai imam (misalnya: hafal
banyak surat di dalam Al Quran dengan bacaan yang tartil, mengerti
banyak tentang sunnah, beragama Islam). Dan setiap mereka yang menjadi
makmum wajib mengikuti gerakan imam dan tidak mendahuluinya, tidak
peduli apakah makmum tersebut seorang yang kaya raya, seorang jendral,
atau presiden sekalipun.
Di dalam sholat berjamaah juga sangat ditekankan untuk meluruskan dan
merapatkan shaf/barisan sholat. Ini merupakan satu isyarat yang
senantiasa mengajarkan umat muslim untuk selalu memperkuat ukhuwah
islamiyah-nya agar jangan sampai tercerai-berai.
Di sini dapat kita pahami bahwa sholat merupakan serangkaian ibadah
utama bagi umat muslim yang di dalamnya sangat menjunjung tinggi adanya
suatu ikatan persaudaraan dan persatuan yang kuat. Dengan demikian,
seorang muslim yang senantiasa mengistiqomahkan sholat berjamaah dengan
baik dan benar, niscaya akan tertanam di dalam dirinya jiwa persatuan
yang sangat kuat, semangat persaudaraan yang tak pernah pupus, dan terus
menguatnya rasa kebersamaan yang begitu hangat.
Melatih kejujuran
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab
(Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain).
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut : 45)
Sekali lagi bahwa sholat merupakan salah satu rangkaian ibadah umat
muslim yang berfungsi sebagai pencegah dari perbuatan keji dan mungkar,
jika diistiqomahkan dengan baik dan benar, dan dilakukan dengan segenap
jiwa dan raga secara menyeluruh dan ikhlas.
Sholat merupakan ibadah yang masing-masing jumlah rakaat-nya sudah
ditetapkan, tidak ada yang boleh mengurangi ataupun menambahkannya. Dan
ternyata, melalui jumlah rakaat tersebut kita dapat memetik satu hikmah
yang sangat berharga, yaitu kejujuran. Sholat yang rakaatnya telah
ditetapkan dan sudah tidak dapat diutak-atik tersebut ternyata secara
tidak langsung telah mengajarkan seorang muslim untuk senantiasa
berlaku jujur, kapanpun dan dimanapun. Tidak ada seorang muslim yang
mengerjakan sholat ‘ashar sebanyak dua atau tiga rakaat karena
terburu-buru atau karena ia mengerjakannya ditempat yang tertutup. Dan
tidak dibenarkan pula untuk menambahkan jumlah rakaat tertentu semau
kita sendiri dengan tujuan agar mendapatkan pahala yang lebih banyak.
Kapanpun dan dimanapun, pada waktu malam di dalam gua yang terasing
sekalipun, mengerjakan sholat ‘ashar adalah empat rakaat, tidak lebih
dan tidak kurang.
Meskipun sholat itu dikerjakan secara tersembunyi (tidak dilihat oleh
orang lain), tetap saja rakaat yang boleh dikerjakan adalah yang telah
ditetapkan. Tidak dibenarkan untuk menambahkan maupun mengkorupsikan
rakaat tersebut.
Menghilangkan sifat malas
Sholat fardhu yang dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari, sholat
shubuh yang dilakukan pada bagi buta, sholat tahajud yang dilakukan di
sepertiga malam manakala hampir setiap makhluk Allah swt tertidur,
keutamaan sholat berjamaah di masjid, semua itu mengandung unsur-unsur
yang mendidik bagi seorang muslim. Untuk mengerjakan sholat-sholat
tersebut harus melawan satu jenis penyakit yang banyak hinggap dan
bersemayam di dalam dada manusia, yaitu rasa malas.
Mustahil bahwa di dalam diri seseorang tidak terdapat sifat malas.
Dan hanya orang-orang yang mampu melawan sifat malas itulah, yang akan
berhasil terbangun di sepertiga malam atau di pagi buta untuk sholat dan
menemui Rabb-nya, Allah swt. Hanya orang-oran yang mampu mengalahkan
penyakit malaslah yang mampu mengisitiqomahkan sholat lima waktu dengan
baik dan benar. Hanya orang-orang yang berhasil melawan rasa malasnyalah
yang istiqomah untuk melangkahkan kakinya ke masjid untuk melaksanakan
sholat fardhu berjamaah.
Di sini dapat di ambil kesimpulan bahwa sholat dapat meningkatkan
prestasi atau kualitas hidup seorang muslim, minimal mencetak umat
muslim dengan kepribadian sebagai berikut:
- Senantiasa mengajarkan kebaikan
- Disiplin
- Bersih
- Penuh konsentrasi
- Selalu bertutur kata yang baik
- Selalu menjaga ukhuwah Islamiyah dan insaniyah
- Jujur
- Tidak malas (rajin)
Subhanallah! Betapa mulianya nilai dari ibadah sholat yang
merupakan ibadah yang paling utama bagi umat Islam. Bukankah rangkaian
kepribadian yang luhur di atas merupakan satu prestasi yang sangat
gemilang di dalam kehidupan? Rasa syukur yang tak terhingga marilah
sama-sama kita panjatkan kepada Allah swt yang telah menempatkan kita
semua di dalam koridor Islam.
Demikianlah artikel yang cukup sederhana ini, semoga dapat memberikan barokah dan maslahat bagi kita semua. Amin.
Wallahua’lam
by anurachman
0 komentar:
Posting Komentar