Rintihan Hati
Malam ini kembali ku
bertafakur, mencoba meraba kemaha luasan alam karunia sang pencipta.
Alam yang selama ini menyimpan banyak cerita tentang para utusan-Nya.
Dalam diamku hatiku merintih, ada
bau harum sekuntum do’a. Menelusup halus melalui pangkal leher, merambat
pelan mengikuti aliran darah dalam nadiku.
Sontak mataku terpejam, ku
tengadahkan kepalaku mencoba merasakannya. Hembusan udara melebihi
wanginya kesturi semerbak menyelubung jiwa.
Hatiku kembali merintih, aku menunduk dalam dan bertanya melalui hati;
“Aku hanyalah setitik debu ditengah gurun tandus, adakah semilir angin yang mau menerbangkanku kealam keabadian ?”
Silau cahaya berulangkali melintas
disetiap kedipan mata. Satu suara halus terngiang menggema di kejauhan,
perlahan masuk keliang telinga kiri kanan….
“Hai anak manusia penggendong
dosa, segala sesuatu didunia ini hanyalah samar bayangan. Apapun barang
berharga, gelar jabatan, dan setumpuk prestasi yang engkau punyai
bukanlah bekal terbaik untuk kau bawa kealam keabadian, melainkan amal
dan perbuatan nyata “
“Apakah perbuatan nyata itu hai sang suara langit ?”
“Ikhlaskan dalam setiap perbuatan,
ketika kau menolong seseorang, ketika kau melaksanakan segala
perintah-Nya… Yakinlah ketika kau melakukan kebenaran, dan mundurlah
apabila suatu ajakan jahat merayumu…”
Ku bersujud menempelkan bibirku ke tanah pasir kering, ku bisikkan sebait asa;
“Selamat tinggal kemewahan dunia,
bagiku kau hanyalah pelengkap tapi bukan penyempurna…, hanya sebutir
kasih-Nyalah yang selalu ku inginkan “
0 komentar:
Posting Komentar