Belajar Menerima Keadaan
Menerima keadaan karena Allah berarti ikhlas, aku belajar menerima
keadaan kenyataan, ikhlas karena Allah Ta’ala. Menerima kenyataan bahwa
tidak semua hal yang aku alami berjalan manis dan mulus, bahwa akan ada
halangan dan rintangan dalam hidup. Jangan putus asa, jangan marah,
jangan berkata seandainya, karena semua itu berasal dari syetan. karena
di setiap waktu yang berdetak, Allah lah yang buat, Allah lah yang
mengkreasikan, tugas kita adalah menerima apa yang sudah ditetapkan, dan
seharusnya adalah dengan ikhlas dan lapang dada. Sesuatu yang akan
sangat sulit dijalani. Tapi ketika dada sudah terasa lapang menerima
nya, insyaallah ganjarannya Syurga.
Hari ini sekali lagi aku diingatkan Rabb ku Allah Swt.. bahwa betapa
hidup seseorang gak akan pernah sama, gak ada yang aman dan nyaman,
bahkan hati seseorg pun bisa dengan mudah dibolak balik kan Sang Pemilik
hati, mungkin hal itu terjadi ketika kita, aku…bahwa sedang terlena,
terlupa, bahwa Allah lah Sang Penguasa, ketika saat itu kita berfikir
kita lah yg bisa menentukan jalan hidup sesuai kemauan dan keinginan
kita…oh tidak…salah besar. Ternyata di atas langit masih ada langit,
masih ada Rabb kita Tuhan yang menguasai, yang menentukan apa yang akan
terjadi or seharusnya terjadi.
Hari ini aku diingatkan, bahwa aku banyak melupakan apa yang harus
nya aku lakukan, aku lupa bahwa tempat curhat ku seharusnya hanya kepada
Allah saja. Tempat aku mengadu dan meminta.
Hari ini aku belajar untuk mengikhlaskan sesuatu hal, menentukan hal
yang harusnya sesuai perintah Tuhan ku. aku seharusnya melakukannya
karena Allah.
Seperti apa sih Ikhlas itu?
ada cuplikan dari sebuah buku
Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan
pribadi ataupuan imbalan duniawi dari apa yang dapaat dia lakukan.
Konsentrasi orang ikhlas hanya satu, yakni bagaimana agar apa yang
dilakukannya diterima oleh Allah. Berhati-hatilah bagi orang-orang yang
ibadahnya temporal, karena bisa jadi perbuatan tsb merupakan tanda-tanda
keikhlasan belum sempurna. Yang ukuran nilai ibadahnya adalah duniawi.
“Keikhlasan mempunyai sinar dan kilauan, meski ribuan mata tidak melihatnya”
Ikhlas tidak bisa ditunjukkan dengan kata-kata, tapi hati dan
perbuatan lah yang nampak, bahkan terkadang perbuatan pun tidak bisa
menunjukkan the real ikhlas.
Dari sebuah web,
Seorang ulama yang bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, “Sesuatu
yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena
begitu seringnya ia berubah-ubah.” Niat yang baik atau keikhlasan
merupakan sebuah perkara yang sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan
sering berbolak-baliknya hati kita. Terkadang ia ikhlas, di lain waktu
tidak. Padahal, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, ikhlas
merupakan suatu hal yang harus ada dalam setiap amal kebaikan kita. Amal
kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan
menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita
akan sebuah hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan
masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan
namun bukan karena Allah?. Ya, sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas
karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan Allah akan
mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan yang dilakukan bukan
karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni dosanya
kecuali jika ia bertaubat darinya, Allah berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang
siapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar.” (QS. An Nisa : 48)
Bagaimana Agar Aku Ikhlas ?
Setan akan senantiasa menggoda dan merusak amal-amal kebaikan yang
dilakukan oleh seorang hamba. Seorang hamba akan terus berusaha untuk
melawan iblis dan bala tentaranya hingga ia bertemu dengan Tuhannya
kelak dalam keadaan iman dan mengikhlaskan seluruh amal perbuatannya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa
sajakah yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal
perbuatan kita kepada Allah semata, dan di antara hal-hal tersebut
adalah :
Banyak berdoa,
Nabi kita sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan
padahal beliau adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan. Inilah
dia, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat besar
dan utama, sahabat terbaik setelah Abu Bakar, di antara doa yang sering
beliau panjatkan adalah, “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal
yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap
wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena
orang lain.”
Menyembunyikan Amal Kebaikan
Seseorang yang dia betul-betul jujur dalam keikhlasannya, ia
mencintai untuk menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan
kejelekannya. Maka dari itu wahai saudaraku, marilah kita berusaha
untuk membiasakan diri menyembunyikan kebaikan-kebaikan kita, karena
ketahuilah, hal tersebut lebih dekat dengan keikhlasan.
Memandang Rendah Amal Kebaikan
Memandang rendah amal kebaikan yang kita lakukan dapat mendorong kita
agar amal perbuatan kita tersebut lebih ikhlas. Di antara bencana yang
dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal kebaikan
yang dilakukan, di mana hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub(berbangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan.
Takut Akan Tidak Diterimanya Amal
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka
akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60)
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang
mukmin adalah mereka yang memberikan suatu pemberian, namun mereka takut
akan tidak diterimanya amal perbuatan mereka tersebut ( Tafsir Ibnu Katsir ).
Tidak Terpengaruh Oleh Perkataan Manusia
janganlah engkau jadikan pujian atau celaan orang lain sebagai sebab
engkau beramal saleh, karena hal tersebut bukanlah termasuk perbuatan
ikhlas. Seorang mukmin yang ikhlas adalah seorang yang tidak terpengaruh
oleh pujian maupun celaan manusia ketika ia beramal saleh. Ketika ia
mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal sholeh, maka tidaklah
pujian tersebut kecuali hanya akan membuat ia semakin tawadhu (rendah diri) kepada Allah
Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka
Ibnu Rajab dalam kitabnya Jamiul Ulum wal Hikam berkata:
“Barang siapa yang berpuasa, shalat, berzikir kepada Allah, dan dia
maksudkan dengan amalan-amalan tersebut untuk mendapatkan dunia, maka
tidak ada kebaikan dalam amalan-amalan tersebut sama sekali,
amalan-amalan tersebut tidak bermanfaat baginya, bahkan hanya akan
menyebabkan ia berdosa”. Yaitu amalan-amalannya tersebut tidak
bermanfaat baginya, lebih-lebih bagi orang lain.
Ingin Dicintai, Namun Dibenci
Sesungguhnya seseorang yang melakukan amalan karena ingin dipuji oleh
manusia tidak akan mendapatkan pujian tersebut dari mereka. Bahkan
sebaliknya, manusia akan mencelanya, mereka akan membencinya,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang memperlihat-lihatkan amalannya maka Allah akan menampakkan amalan-amalannya “ (HR. Muslim)
Akan tetapi, apabila seseorang melakukan amalan ikhlas karena Allah,
maka Allah dan para makhluk-Nya akan mencintainya sebagaimana firman
Allah ta’ala:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak
Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih
sayang.” (QS. Maryam: 96)
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia akan menanamkan dalam
hati-hati hamba-hamba-Nya yang saleh kecintaan terhadap orang-orang yang
melakukan amal-amal saleh (yaitu amalan-amalan yang dilakukan ikhlas
karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Nabi-Nya ). (Tafsir Ibnu
Katsir).
(Disusun oleh: Abu ‘Uzair Boris Tanesia
Muroja’ah: Ustadz Ahmad Daniel Lc.)
Muroja’ah: Ustadz Ahmad Daniel Lc.)
Sumber : http://muslim.or.id/
0 komentar:
Posting Komentar