Senin, 10 Desember 2012

Kita Hidup Dihadapkan Pada Keadaan dan Pilihan

Saat Hati Tak Bisa Ikhlas Menerima Pilihan dan Keadaan

Ada kalanya dalam hidup, kita dihadapkan pada keadaan dan pilihan yang bertentangan dengan keinginan. Jika itu yang terjadi, apa yang akan kita lakukan?

Mungkin reaksi awal kita ada yang marah, bingung, sedih, dan yang paling buruk ada yang menyalahkan takdir (na'udzubillahi min dzalik). Selanjutnya tergantung seberapa besar keikhlasan kita untuk menerima atau keberanian kita untuk melompat meninggalkan pilihan dan keadaan yang bertentangan tersebut.


Namun ada juga yang ikhlas sejak reaksi awal karena berpegang pada firman Allah yang intinya, "Boleh jadi kita membenci sesuatu padahal itu baik untuk kita dan boleh jadi kita menyukai sesuatu padahal itu buruk untuk kita, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." Bagi orang-orang yang ikhlas adanya keadaan dan pilihan tersebut tidak menyebabkan kebimbangan dan kemarahannya untuk tetap bertahan dalam kesabaran ataupun hijrah ke pilihan dan keadaan yang lebih baik, tergantung sisi kebaikannya di dunia dan akhirat.

Lalu bagaimana bila hati tidak bisa ikhlas menerima keadaan atau pilihan hidup tersebut?

Berdasarkan pengalaman hidup penulis dan cerita dari orang-orang dengan pengalaman yang mengagumkan, untuk mengatasi masalah tersebut ada beberapa hal yang bisa dilakukan :

1) Yakini bahwa Allah tak pernah salah, dan kita sebagai manusia bisa salah menilai karena keterbatasan pengetahuan kita. Semua yang telah digariskanNya tidaklah sia-sia, semua ada hikmahnya.

2) Allah tidak memberikan ujian di luar batas kesanggupan kita. (la yukallifullahu nafsan illa wus'aha).

3). Buatlah daftar dengan 2 hal yang terjadi dalam selembar kertas atau buku, kemudian tanyakan ke dalam hati nurani. Hal ke-1 tentang pilihan dan keadaan yang kita inginkan, yang ke-2 keadaan dan pilihan yang terjadi sekarang yang tidak kita inginkan. Pertimbangan yang dapat kita sertakan mengenai Ridha Allah, kebaikan untuk masa depan kita, kebaikan untuk orang-orang yang kita sayangi dan di sekitar kita, dan terakhir yang agak spesifik, yaitu waktu yang digunakan akibat konsekuensi hal tersebut. Setelah didapat daftarnya, lihat mana yang lebih banyak, manfaat atau mudharatnya, tanyakan nurani kita dan tanamkan dalam pikiran. Mudah-mudahan ada kebaikan di sana. Amin.

4) Cari penyebab ketidakikhlasan itu. Ada kalanya kita tidak ikhlas karena tertutup oleh pikiran kita sendiri, seolah-olah hanya hal yang kita inginkan yang terbaik untuk kita atau juga karena tidak berani untuk hijrah meninggalkan keadaan yang bertentangan yang ada, ataupun karena kurang sabarnya kita menghadapi ujian. Ingatlah kembali ke poin pertama, Allah tidak pernah salah. Mungkin pilihan yang tidak kita inginkan atau keadaan yang ada adalah sebagai ujian keikhlasan dan kesabaran untuk kita, ataupun ujian keberanian untuk hijrah dari sesuatu yang membawa mudharat dan sia-sia ke sesuatu yang bermanfaat dan membawa kebaikan. Dan mungkin juga jika kita terlahir dengan karakter kuat, kita dihadapkan pada pilihan dan keadaan yang tidak kita inginkan adalah untuk mengubah keadaan, menyebarkan kebaikan dan menjalankan hujjah dan hajjad kita seperti janji kita pada Allah sewaktu di alam ruh dulu, tebalnya hijab dunia membuat kita kesulitan menemukan jalan janji itu. Jangan sampai tidak menemukan jalan itu.

5) Bersyukur kepada Allah. Bersyukur kepada Allah akan membuat kita ikhlas pada kehidupan yang Allah beri pada saat ini, jika memang itu yang terbaik untuk kita. Dan jikalau bukan, yang penting jalani hidup yang ada untuk saat ini sebaik mungkin. Jika sudah saatnya, akan datang pertolongan Allah untuk hijrah meninggalkan semua kebimbangan, kesedihan, dan kemarahan pada pilihan dan keadaan yang membuat kita tidak ikhlas tersebut.

6) Terakhir dan paling penting, tetap berdo'a dan berusaha mencari jalan terbaik dalam bimbingan dan pertolongan Allah.

Penulis : Eka Mirnia

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution