Berprasangka dengan Mencari Niat Baik di Balik Perilaku
Pada saat berkembang, berkeliaran, memantul-pantul bagai bola api,
isu-isu panas di sekeliling kita yang membingungkan, sebaiknya kita
selalu berprasangka baik dalam menyikapinya.
Selama kita tidak tahu pasti mana yang benar kita tidak berhak
membela pihak-pihak yang sedang berselisih, apalagi ikut menyerang.
Sebaiknya kita berperan sebagai pendamai dan pencari solusi dengan
berprasangka baik kepada kedua pihak.
Bahkan saat kita merasa diserang, sebelum melakukan tindakan bela
diri, kita berprasangka baik dulu kepada mereka agar kita lebih tenang
sehingga bisa menemukan strategi ampuh dalam melakukan tindakan reaksi.
Siapa tahu ternyata yang kita rasakan sebagai serangan ternyata sebuah
dukungan, atau ternyata yang kita rasakan sebagai serangan itu adalah
reaksi dari sikap-sikap khilaf kita sendiri.
Berprasangka baik memudahkan kita untuk bersabar dan bersyukur.
Prasangka baik adalah sikap utama yang dimiliki orang-orang bijaksana,
yaitu orang-orang yang mengutamakan penyelesaian masalah. Berprasangka
baik akan menghindarkan kita dari penyesalan karena bertindak gegabah
yang memperburuk masalah.
Mana yang lebih dulu, bersabar atau berprasangka baik?
Yang paling awal adalah menahan diri, tahan mulut dan tangan saat
menghadapi sesuatu yang menantang reaksi, kemudian berprasangka baiklah,
maka bersabar bisa lebih mudah. Prasangka baik adalah bahan utama resep
membuat sabar dan syukur.
Kalau prasangka baik adalah bahan resep membuat sabar, apa bahan resep membuat prasangka baik?
Ada beberapa cara agar bisa berprasangka baik. Salah satunya adalah
dengan meyakini adanya niat baik dalam setiap perilaku. Saat menghadapi
suatu perilaku yang mengusik kita, carilah niat baik dari sang pelaku.
Meskipun sang pelaku tetap harus bertanggung jawab terhadap kelakuannya,
sikap kita akan lebih bijak saat kita menemukan niat baiknya.
Dalam sebuah talkshow sang moderator
mempertanyakan pernyataan tentang niat baik dalam setiap perilaku
ini : “Bagaimana menyikapi orang yang berwudlu dengan air kencing?
Sebuah contoh…”
Niat orang yang berwudlu adalah menyucikan diri, sebuah niat baik
yang harus kita hargai. Dengan mengetahui dan menyadari adanya niat baik
di balik perilakunya kita lebih mudah berpikir jernih untuk menentukan
sikap. Bila dia menggunakan air kencing untuk berwudlu maka kita harus
segera mencari tahu bagaimana dia melakukannya.
Dia melakukan dengan
ketidaktahuan bahwa air kencing adalah najis dan terlarang digunakan
untuk berwudlu, atau ketidaktahuan bahwa air yang dia gunakan adalah air
kencing, atau pikirannya mengalami gangguan sehingga tidak bisa
membedakan antara air suci dan air kencing?
Saat kita yang mampu
berpikir dengan jernih bisa memahami bagaimana dia berwudlu menggunakan
air kencing, maka kita akan bisa menentukan sikap yang bijaksana untuk
membantu memperbaiki perilakunya, sebuah penyelesaian masalah.
Mari kita segera mulai berprasangka baik kepada semua pihak, semua
golongan, semua orang, terutama kepada Tuhan Yang Maha benar dan
Mahasuci.
Mari kita jadikan prasangka baik sebagai bagian dari gaya
hidup. Gaya hidup berprasangka baik akan membuat hidup lebih tenang,
lebih indah, hidup yang efektif dan bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar