Senin, 27 Januari 2014

Gaya Hidup Berprasangka Baik

Berprasangka dengan Mencari Niat Baik di Balik Perilaku 

Pada saat berkembang, berkeliaran, memantul-pantul bagai bola api, isu-isu panas di sekeliling kita yang membingungkan, sebaiknya kita selalu berprasangka baik dalam menyikapinya.
 
Selama kita tidak tahu pasti mana yang benar kita tidak berhak membela pihak-pihak yang sedang berselisih, apalagi ikut menyerang. Sebaiknya kita  berperan sebagai pendamai dan pencari solusi dengan berprasangka baik kepada kedua pihak.


Bahkan saat kita merasa diserang, sebelum melakukan tindakan bela diri, kita berprasangka baik dulu kepada mereka agar kita lebih tenang sehingga bisa menemukan strategi ampuh dalam melakukan tindakan reaksi. Siapa tahu ternyata yang kita rasakan sebagai serangan ternyata sebuah dukungan, atau ternyata yang kita rasakan sebagai serangan itu adalah reaksi dari sikap-sikap khilaf kita sendiri.

Berprasangka baik memudahkan kita untuk bersabar dan bersyukur. Prasangka baik adalah sikap utama yang dimiliki orang-orang bijaksana, yaitu orang-orang yang mengutamakan penyelesaian masalah. Berprasangka baik akan menghindarkan kita dari penyesalan karena bertindak gegabah yang memperburuk masalah.

Mana yang lebih dulu, bersabar atau berprasangka baik?

Yang paling awal adalah menahan diri, tahan mulut dan tangan saat menghadapi sesuatu yang menantang reaksi, kemudian berprasangka baiklah, maka bersabar bisa lebih mudah. Prasangka baik adalah bahan utama resep membuat sabar dan syukur.

Kalau prasangka baik adalah bahan resep membuat sabar, apa bahan resep membuat prasangka baik?

Ada beberapa cara agar bisa berprasangka baik. Salah satunya adalah dengan meyakini adanya niat baik dalam setiap perilaku. Saat menghadapi suatu perilaku yang mengusik kita, carilah niat baik dari sang pelaku. Meskipun sang pelaku tetap harus bertanggung jawab terhadap kelakuannya, sikap kita akan lebih bijak saat kita menemukan niat baiknya.

Dalam sebuah talkshow sang moderator mempertanyakan pernyataan tentang niat baik dalam setiap perilaku ini : “Bagaimana menyikapi orang yang berwudlu dengan air kencing? Sebuah contoh…”

Niat orang yang berwudlu adalah menyucikan diri, sebuah niat baik yang harus kita hargai. Dengan mengetahui dan menyadari adanya niat baik di balik perilakunya kita lebih mudah berpikir jernih untuk menentukan sikap. Bila dia menggunakan air kencing untuk berwudlu maka kita harus segera mencari tahu bagaimana dia melakukannya. 

Dia melakukan dengan ketidaktahuan bahwa air kencing adalah najis dan terlarang digunakan untuk berwudlu, atau ketidaktahuan bahwa air yang dia gunakan adalah air kencing, atau pikirannya mengalami gangguan sehingga tidak bisa membedakan antara air suci dan air kencing? 

Saat kita yang mampu berpikir dengan jernih bisa memahami bagaimana dia berwudlu menggunakan air kencing, maka kita akan bisa menentukan sikap yang bijaksana untuk membantu memperbaiki perilakunya, sebuah penyelesaian masalah.

Mari kita segera mulai berprasangka baik kepada semua pihak, semua golongan, semua orang, terutama kepada Tuhan Yang Maha benar dan Mahasuci. 

Mari kita jadikan prasangka baik sebagai bagian dari gaya hidup. Gaya hidup berprasangka baik akan membuat hidup lebih tenang, lebih indah, hidup yang efektif dan bahagia.



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution