Jumat, 17 Januari 2014

Kelahiran Rasulullah

Kelahiran Muhammad adalah Rahmat 

Maulid nabi atau kelahiran Rasulullah diyakini oleh sebagian besar umat Islam Indonesia terjadi pada tanggal 12 Rabiul Awal di tahun gajah. Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury di dalam Ar-Rakhiqul Makhtum berpendapat tanggal 9 Rabiul Awal. Sedangkan Tamim Ansary dalam Destiny Disrupted: A History of the World through Islamic Eyes justru mengatakan tanggalnya yang tepat tidak diketahui karena tak seorang pun memberi banyak perhatian pada saat kelahiran Muhammad.

Satu yang pasti, berdasarkan hadits shahih, Rasulullah lahir pada hari Senin. Satu lagi yang pasti, kelahiran Rasulullah adalah rahmat. Bagaimana tidak, sementara beliau yang empat puluh tahun kemudian diangkat sebagai nabi dan Rasul. Sekaligus penutup para nabi dan penghulu para rasul.


Allah menunjukkan sifat Rasulullah dalam firman-Nya:



لَقَĜŻْ ĜĴَĜ§ĜĦَكُمْ ĜħَĜ³ُولٌ مِنْ Ĝ£َنْفُĜ³ِكُمْ ĜıَĜ²ِيĜ²ٌ Ĝıَلَيْهِ مَĜ§ ĜıَنِĜŞُّمْ Ĝ­َĜħِيĜµٌ Ĝıَلَيْكُمْ Ĝ¨ِĜ§Ù„ْمُĜ¤ْمِنِينَ ĜħَĜĦُوفٌ ĜħَĜ­ِيمٌ


Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin
(QS. At-Taubat : 128)

Bacalah kembali ayat di atas. Bukankah dengan demikian kelahiran Nabi adalah rahmat yang sangat besar?


"Allah tidak mengatakan 'rasul dari kalian' tetapi mengatakan 'dari kaummu sendiri'," kata Sayyid Qutb saat menjelaskan ayat ini dalam
Fi Zhilalil Qur'an, "ungkapan ini lebih sensitif, lebih dalam hubungannya dan lebih menunjukkan ikatan yang mengaitkan mereka. Karena beliau adalah bagian dari diri mereka, yang bersambung dengan mereka dengan hubungan jiwa dengan jiwa, sehingga hubungan ini lebih dalam dan lebih sensitif."

"Allah SWT menyebutkan limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada orang-orangy mukmin melalui seorang rasul yang diutus oleh-Nya dari kalangan mereka sendiri," tulis Ibnu Katsir saat menjelaskan ayat yang sama, "yakni dari bangsa mereka dan sebahasa dengan mereka."


Rasulullah merasakan beratnya penderitaan dan kesulitan umatnya, bahkan lebih berat bagi Rasulullah daripada apa yang dirasakan oleh umatnya sendiri. Maka setiap saat yang diperjuangkan adalah umat, yang dibela adalah umat, yang dipikirkan menjelang wafat adalah umat. "Ummatii... ummatii...", kata Rasulullah yang selalu memikirkan umatnya menjelang wafatnya.


Rasulullah juga sangat menginginkan umatnya memperoleh hidayah serta kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Maka segala hal yang diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umatnya telah beliau sampaikan. Segala hal yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka beliau paparkan. Bahkan Rasulullah menyimpan doa terbaiknya untuk umatnya kelak di
yaumul hisab agar umatnya beroleh syafaat. Itulah bentuk-bentuk kasih sayang Rasulullah kepada umatnya.

Kini tergantung kita, apakah mau mengikuti petunjuk Rasulullah atau menentangnya. Mengambil sunnah atau membuangnya. Mengikuti ajarannya atau meninggalkannya. Meneladaninya atau mengabaikannya. Orang mukmin pasti memilih yang pertama, karena itulah bukti cintanya pada Allah dan Rasul-Nya, sekaligus jalan keselamatan dan kebahagiaan.


Inilah bagian penting dari refleksi
maulid Nabi. Kelahiran Rasulullah yang merupakan rahmat, seharusnya membuat kita menjadi umatnya yang selamat dan memperoleh syafaat dengan jalan mencintainya dan menghirupkan sunnahnya.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution