Selasa, 21 Januari 2014

Arti Kehidupan

Kehidupan ini sama halnya membangun rumah 

Seorang tukang bangunan yang telah tua renta dan sudah tidak mampu lagi bekerja sebab alasan fisik, Dia sebenarnya bermaksud untuk pensiun dari pekerjaannya di perusahaan konstruksi bangunan. Dia menyampaikan keinginan kepada founder perusahaan dimana dia bekerja. Sudah barang tentu, Dia akan kehilangan penghasilan bulanan untuk menafkahi keluarganya. Tetapi keputusannya telah bulat. Dia merasa sangat lelah. Dan justru dua ingin beristirahat serta menikmati sisa hari tuanya dengan damai bersama istri dan anaknya.

Atasannya pun merasa sedih dan kehilangan seseorang pekerja terbaiknya. Beliau memohon kepada tukang bangunan tersebut untuk segera membuatkan rumah untuk beliau pribadi. Sebab, beliau tahu bahwa dialah satu-satunya tukang bangunan yang handal.

Tukang bangunan menyetujui permintaan pribadi sang owner perusahaan tempat dia bekerja. Meskipun sebenarnya dia merasa terpaksa. Pikirannya tidak fokus kepada yang dia kerjakan, melainkan hanya memikirkan untuk segera berhenti. Dengan malas dan leyeh-leyeh dia mengerjakan proyek pembuatan rumah. Ketika membangun, dia menggunakan bahan yang kualitasnya sangat rendah.

Suatu ketika, selesailah rumah yang majikan minta. Hasilnya jelek bahkan sangat jelek. Sungguh disayangkan dia harus mengakhiri karirnya dengan prestasi yang buruk.

Ketika owner perusahaan datang dan melihat rumah yang dimintanya, beliau menyerahkan kunci rumah kepada tukang bangunan. "Ini rumahmu, hadiah dari saya.", katanya.

Betapa terheran-heran tukang bangunan. Malu dan menyesal. Seandainya dia mengetahui bahwa sebenarnya dia mengerjakan rumah untuk dihuni dirinya dan keluarganya, sudah barang tentu akan dikerjakan dengan cara yang baik dan bagus. Sekarang dia harus tinggal di rumah yang jelek hasil karyanya.

Kawan, itulah yang terjadi kepada hidup kita. Biasanya, sebagian dari kita membangun hidup ini dengan cara yang membingungkan. Memilih berusaha ala kadarnya dibandingkan mengupayakan bagaimana menjadi yang terbaik. Bahkan, Sesi yang terpenting didalam hidup kita ini tidak dilakukan secara all out.

Renungkanlah bahwa kita adalah si tukang bangunan. Renungkan rumah yang kita bangun. Setiap hari kita mengolah semen dan pasir, memasang balok bata, mendirikan dinding. Mari selesaikan rumah kita dengan cara yang profesional. Jangan berpikir seolah hanya mengerjakannya satu kali saja dalam hidup. Meskipun kita hanya akan hidup satu hari sekarang ini, maka dalam satu hari ini, kita pantas mendapatkan kejayaan dan keagungan. Hidup kita besok merupakan proyeksi sikap dan pilihan yang kita lakukan hari ini. Pastikan kita melakukannya dengan semangat, kerja keras, dan bersungguh-sungguh. Sebab kita tidak tahu apakah besok kita mati dan tentram di alam sana. Sebab setelah dunia ini, tuhanlah yang akan banyak menentukan kehidupan kita selanjutnya. 
Semoga Alllah tetap melimpahkan hidayah bagi kita sekalian.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution