Berserah Diri Pada Rancangan Allah
Sesungguhnya kau tidak mengetahui akhir dan akibat dari setiap
urusan. Mungkin kau bisa mengatur dan merancang sebuah urusan yang baik
menurutmu. Tetapi ternyata urusan itu berakibat buruk bagimu. Mungkin
saja ada keuntungan di balik kesulitan dan sebaliknya, banyak kesulitan
di balik keuntungan. Bisa bahaya datang dari kemudahan dan kemudahan
datang dari bahaya.
Mungkin
saja anugerah tersimpan dalam ujian dan cobaan tersembunyi di balik
anugerah. Dan bisa jadi kau mendapatkan manfaat lewat tangan musuh dan
binasa lewat orang yang kau cintai. Orang yang berakal tidak akan ikut
mengatur bersama Allah karena ia tidak mengetahui mana yang berguna dan
mana yang berhahaya bagi dirinya.
Syekh
Abu al-Hasan rahimahullah berkata, “Ya Allah, aku tidak berdaya menolak
bahaya dari diri kami meskipun datang dari arah yang kami ketahui dan
dengan cara yang kami ketahui. Lalu, bagaimana kami mampu menolak bahaya
yang datang dari arah dan cara yang tidak kami ketahui?!”
Cukuplah
untukmu firman Allah, “Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal ia
baik untuk kalian. Bisa jadi kalian mencintai sesuatu padahal ia buruk
untuk kalian. Allah mengetahui, sementara kalian tidak mengetahui.
Sering
kali kau menginginkan sesuatu, namun Dia memalingkannya darimu.
Akibatnya, kau merasa sedih dan terus menginginkannya. Namun, ketika
akhir dan akibat dari apa yang kauhasratkan itu tersingkap, barulah kau
menyadari bahwa Allah SWT melihatmu dengan pandangan yang baik dari arah
yang tidak kauketahui dan memilihkan untukmu dari arah yang tidak
kauketahui. Sungguh buruk seorang hamba yang tidak paham dan tidak
pasrah kepada-Nya.
Diceritakan
bahwa ada seorang arif, yang ketika ditimpa musibah, berkata, “Tak
apa-apa, itu baik.” Pada suatu malam, seekor srigala datang dan memakan
ayamnya. Ketika diberitahu, la menjawab, “Tidak apa-apa.” Di malam
berikutnya anjingnya mati. Saat diberi tahu ia menjawab, “Semuanya
baik-baik saja.” Lalu esok harinya keledainya juga mati. la tetap
berkata, “Tak apa.” Keluarganya tidak menyukai jawaban itu.
Namun,
pada malam berikutnya, sekelompok orang menyerang desa itu dan membunuh
semua penduduknya. Tidak ada yang selamat kecuali si arif dan
keluarganya. Ternyata, gerombolan itu mendatangi penduduk mengikuti
suara ayam, gonggongan anjing, dan bunyi keledai. Sementara, si arif itu
tak lagi memilikinya. Kematian hewan-hewan itu menjadi sebab
keselamatannya. Mahasuci Allah Yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana.
Seorang
hamba menyadari baiknya pengaturan Allah setelah suatu peristiwa
berlalu. Itulah sifat manusia kebanyakan. Berbeda dengan kalangan khusus
yang memahami Allah dan mengetahui baiknya pengaturan Allah sebelum
peristiwa itu berlalu. Kalangan khusus ini pun terbagi ke dalam beberapa
tingkatan:
Ada
orang yang berbaik sangka kepada Allah Swt sehingga mereka berserah
diri kepada-Nya karena Dia telah banyak memberikan anugerah dan karunia.
Ada
yang berbaik sangka kepada Allah Swt karena mengetahui bahwa merisaukan
nasib dan ikut mengatur tidak akan mampu menolak ketentuan yang telah
ditetapkan atas dirinya dan tidak akan mendatangkan apa yang bukan
bagiannya.
Ada
pula orang yang berbaik sangka kepada Allah Swt karena memahami hadis
qudsi, “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku.”
la
terus berbaik sangka kepada Allah Swt seraya bekerja dan berusaha
dengan harapan Allah akan memperlakukannya sesuai dengan prasangkanya
yang baik. Dan, Allah berbuat kepadanya sesuai dengan prasangkanya.
Allah telah memudahkan karunia bagi orang beriman sesuai dengan
prasangka mereka. Dia berfirman, “Allah menghendaki kemudahan bagi
kalian dan tidak menghendaki kesulitan.”
Tingkatan
paling tinggi adalah orang yang menyerah dan pasrah kepada Allah Swt
karena menyadari bahwa sikap itulah yang layak ia jalani, bukan karena
mengharapkan kebaikan bagi dirinya.
(Dikutip dari al-Tanwir fi isqath al-tadbir, karya Ibn ‘Athaillah al-Sakandari).
0 komentar:
Posting Komentar