Kamis, 23 Januari 2014

Nasehat Ibu Dalam Pernikahan

Bekal Pernikahan

Dalam kitab Ahkam an-Nisa`, Ibnul Jauzy berkisah, “Dahulu kala, ada seorang raja di negeri Yaman yang bernama al-Harits bin Amru al-Kindi. Ia mendengar berita bahwa ada seorang wanita yang terkenal dengan kecantikannya.” Wanita itu adalah putri Awf al-Kindi.


Lalu sang raja mengutus seorang wanita yang bernama Asham, sebagai comblang, kepada keluarga Awf untuk membuktikan langsung kebenaran berita itu. Maka berangkatlah Asham menuju rumah Awf. Sesampainya di sana, ia diterima oleh istri Awf yang bernama Umamah binti al-Harits. Asham mengabarkan maksud kedatangannya.

Lalu Umamah menemui salah satu putrinya. Dari dalam kamarnya, Umamah berkata kepada putrinya, “Wahai putriku, sesungguhnya di luar ada bibimu yang datang kepadamu untuk ‘memperhatikan’ sebagian urusanmu. Keluarlah engkau. Temui dia. Jangan kau sembunyikan apapun darinya. Berbicaralah kepadanya sesuai pembicaraan yang dimaksud olehnya.”

Singkat cerita, Asham kembali ke sang Raja, mengabarkan apa yang ia lihat. Ia kabarkan bahwa wanita yang ditemuinya adalah seorang wanita yang wajahnya putih bersih layaknya cermin dan untaian rambutnya tersusun indah. Sang Raja bulat hati melamar putri Awf. Lamaran diterima, dan Awf menikahkan putrinya dengan sang raja.

Pada malam pertama, sang ibu, mendatangi putrinya. Sang ibu memberinya nasehat berharga sebagai bekal perkawinan. Ia meminta putrinya untuk menjaga 10 hal agar dia bahagia. 

“Pertama dan kedua, bergaullah dengannya dengan sikap merasa cukup (qanaah) dan dengarkan baik-baik ucapannya dan taatlah padanya. Sesungguhnya dalam sikap merasa cukup ada ketentraman hati, sedangkan dalam mendengar dan taat ada keridhaan Tuhan.” 

Ketiga dan keempat, ia meminta putrinya memerhatikan tempat tatapan mata suaminya dan penciumannya. “Jangan sampai matanya tertuju kepada dirimu di saat engkau dalam keadaan jelek dan jangan sampai penciumannya tertuju kepada dirimu di saat dirimu kurang wangi.” 

Kelima dan keenam, perhatikan waktu tidur dan makannya. Karena panasnya lapar dapat membakar perasaan dan kurangnya tidur dapat menimbulkan marah.

Ketujuh dan kedelapan, menjaga hartanya dan memerhatikan kemuliaan dan keluarganya. 

Kesembilan dan kesepuluh, janganlah melawan perintahnya dan jangan bongkar rahasianya.

“Jika engkau melawan perintahnya, berarti engkau membuat dadanya cemburu.” 

”Jika engkau bongkar rahasianya, maka engkau tidak akan aman dari tipu dayanya. Janganlah engkau bergembira di hadapannya di saat ia sedang bersusah hati, dan jangan pula engkau bermuram durja di saat ia sedang bahagia.” 

Nasehat Umamah binti al-Harits dalam kisah di atas merupakan nasehat yang berharga bagi setiap istri. Khidmatnya seorang isteri pada suami akan membuahkan kebahagiaan hidup berumah tangga dan jalan meraih surga. 

Untuk itu, mari kita realisasikan nasehat itu untuk mencari ridha suami dan sebagai ketaatan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya aku boleh menyuruh seseorang sujud kepada orang lain, maka aku akan menyuruh seorang wanita sujud kepada suaminya.” (HR Tirmidzi).



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution