Rabu, 18 Juni 2014

Mengapa Wanita Tak Menyadari Posisi

Perempuan-Perempuan yang Tak Sadar Posisi

Mari menjadi orang-orang yang merawat Indonesia, dimulai dari merawat diri sendiri.

Ketika kita berbicara tentang kaum perempuan, pastilah kita akan membicarakan masa depan generasi sebuah bangsa. Kenapa bisa dikatakan seperti itu? Karena tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa kaum perempuan menjadi madrasah pertama bagi seorang anak. Dialah yang akan menentukan ke arah mana si anak yang dididik dan arahkan. Perempuan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan generasi sebuah bangsa. Perempuan menjadi penentu utama baik dan buruknya generasi sebuah bangsa di masa depan.

Tetapi, apabila kita kontekskan di Indonesia, kondisi perempuan-perempuan di negeri ini luar biasa tragis dan memilukan. Bagaimana tidak? Banyak perempuan yang lebih suka mengejar karirnya daripada mengurus anak-anaknya di rumah. Tetapi di sini, saya tidak sertamerta mencaci sekaligus membatasi kaum perempuan untuk tidak berpartisipasi dalam meniti karirnya. Saya hanya menyayangkan para kaum perempuan yang sibuk meniti karirnya, kemudian untuk urusan anak-anak dan rumah tangga biar diurus oleh pembantunya, tanpa mempedulikan sama sekali. Intinya, terima jadi saja.

Tidak berhenti di sini saja, tetapi juga saat ini banyak kaum perempuan yang seharusnya menjadi teladan  bagi orang lain, terutama putra-putrinya, malah dengan sadar ataupun tidak justru memberikan kehancuran bagi bangsa ini. Banyak kaum perempuan yang dengan sengaja menggunakan pakaian ketat seraya mengumbar aurat. Mereka cenderung menganut budaya Barat dan meninggalkan budaya Timur sebagai identitas negeri kita. Tidak bisa dipungkiri, bahwa negeri kita ini merupakan negeri dengan mayoritas penduduknya muslim. Maka, tidak salah kita tinjau hal ini dalam ajaran Islam. Di sana, Allah Swt telah berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. al-Ahzab:59)

Selain itu, banyak perempuan pengusung feminisme yang cenderung menggambarkan bahwa kaum perempuan telah disinggirkan oleh kaum laki-laki. Dan, kini saatnya perempuan mengangkat martabatnya dengan mempunyai posisi seimbang dengan laki-laki. Dalam hemat saya, orang-orang seperti ini tidak paham akan peran dirinya dan tidak memahami makna dirinya dilahirkan oleh perempuan. Mereka adalah orang-orang yang termakan/budak dari ajaran kaum Eropa.

Tentu, belum hilang dari ingatan kita tentang salah satu kebijakan dari salah satu Menteri Kesehatan tentang pembagian kondom massal kepada masyarakat. Pembagian itu dimulai dari kaum muda yang merupakan kaum intelektual. Hal ini seperti menjadi  pelegalan tindakan asusila oleh Pemerintah.

Apabila kembali menelisik para kaum perempuan yang menjadi pendahulu kita, seperti R.A.Kartini, Nyai Ahmad Dahlan, Cut Nyak Dien, dll. Maka, akan banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sana. Tentang bagaimana kaum perempuan Indonesia seharusnya.

Dalam konteks kekinian, salah satu tauladan kaum perempuan bisa didapati dari salah satu anggota DPR RI yang saat ini sudah tiada. Beliau adalah Ustadzah Yoyoh Yusroh. Bagaimana beliau yang mempunyai agenda super padat, tetapi tidak pernah melupakan peran dan tugas utamanya sebagai seorang ibu rumah tangga. Beliau mendidik 10 putra-putrinya dan melayani Ustadz Budiyanto sebagai suaminya.

Bahkan, keluarga ini, baik Ayah, Bunda dan Anak-anaknya menjadi hafizh al-Qur’an semuanya. Beliau, secara publik menjadi salah satu Anggota Dewan telah berusaha keras untuk mengegolkan UU Pornografi demi menjaga moral bangsa. Sungguh Luar biasa dan sangat jarang kita temukan orang-orang seperti ini. Walaupun mungkin, beliau pasti memiliki kekurangan karena tiada manusia yang sempurna.

Perempuan yang baik dan ideal adalah perempuan yang dapat menjadi madrasah utama bagi keluarga, terutama bagi putra-putrinya yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Istri sekaligus manajer rumah tangga yang dapat menjadi partner yang baik bagi suami. Perempuan rumahan itu baik, tapi dapat melahirkan dan mengelola 4-7 putra-putri menjadi orang yang luar biasa. Tetapi akan lebih luar biasa ketika perempuan itu bekerja tetapi tidak melupakan peran dan tugas utamanya dalam rumah tangga.

Saya hanya mengajak kepada kaum perempuan untuk sadar akan posisinya dan segera belaja untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Begitu juga dengan penulis. Karena orang baik adalah orang yang selalu menjadi pembelajar dan pengajar di manapun dia berada. Mungkin, untuk menjadi pribadi seperti Ustadzah Yoyoh tidaklah mudah. Dan, sangat tidak etis ketika membandingkan diri dengan beliau. Tapi, untuk belajar dari teladan selayak beliau sangatlah diperbolehkan.







0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution