Bersihkan Hati
Kesuksesan
sejati adalah manaka Alloh ridho kepada kita.....
Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Tiada yang patut
disembah selain Alloh, dan tiada yang bisa dijadikan tempat meminta
pertolongan, kecuali hanya Alloh. Sholawat dan salam semoga selalu
terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Saudaraku, puncak
kesuksesan seseorang itu alat ukurnya adalah perjumpaan dengan Alloh
Swt. Ingatlah pada salah satu firman Alloh di dalam Al Quran, “(Yaitu)
hari di mana harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang
yang menghadap Alloh dengan qolbun saliim (hati yang bersih).” (QS. Asy Syu’aro [26]: 88-89).
Dalam ayat-Nya yang lain Alloh Swt. berfirman,
“Maka Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikian jiwa itu,
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy Syams [91]: 7-9).
Kesuksesan
sejati adalah manaka Alloh ridho kepada kita dan kita berjumpa
dengan-Nya. Maka kunci sukses ada pada kegigihan menjaga kebeningan
hati, agar sekecil apapun amal kita bisa diterima oleh Alloh. Alloh Yang
Maha Mengetahui tidak akan menerima amal kecuali amal yang ikhlas. Amal
besar akan sia-sia jikalau tidak ikhlas.
Hati bisa kotor baik
sebelum beramal, sedang beramal atau setelah beramal. Kotor hati sebelum
beramal yaitu niat yang salah. Misalnya, kita bersedekah, tapi niatnya
ingin disebut dermawan, takut disangka pelit, atau supaya tidak
diganggu.
Kotor hati ketika sedang beramal yaitu riya’ (pamer,
ingin dilihat). Misalnya, kita ingin dilihat orang saat sedekah ratusan
ribu, ingin diketahui orang jika mengeluarkan zakat dalam jumlah besar.
Padahal berzakat itu bukan sebuah prestasi karena zakat adalah
kewajiban, jika tak menunaikan berarti berdosa.
Kotor hati setelah
beramal yaitu;
pertama, menceritakan amal, misalnya menceritakan jumlah
sedekah. Menceritakan kebaikan boleh saja, tapi Alloh Maha Tahu niat di
balik setiap cerita, apakah niatnya mengajak orang lain sedekah atau
ingin disebut ahli sedekah. Atau, menceritakan tentang seringnya kita
beribadah umroh. Kalau niatnya memotivasi orang yang lain, mudah-mudahan
menjadi amal kebaikan, tapi kalau sekadar untuk pamer, bisa jadi kita
justru lebih buruk dari orang yang belum beribadah umroh.
Kedua,
takabur yaitu merasa diri bisa berbuat, merasa lebih dengan merendahkan
orang lain. Misalnya kita merasa berjasa lantaran menyekolahkan, memberi
pekerjaan, atau mengajari seseorang. Padahal hakikatnya Alloh-lah yang
berbuat, kita hanyalah dijadikan jalan pertolongan bagi hamba-hamba-Nya.
Ketiga,
ujub yaitu merasa diri berbeda dari yang lain, mungkin tidak
berbicara/menceritakan, tapi hati kecilnya merasa lebih dari yang lain.
Misalnya, kita rajin membaca Al Quran, shaum atau tahajud, tapi ketika
melihat ada orang yang jarang membaca Al Quran, shaum atau tahajud, hati
kecil kita meremehkannya dan kita merasa paling sholeh. Padahal hanya
Alloh Yang Maha Tahu siapa yang lebih ikhlas dalam beramal di antara
hamba-hamba-Nya. Karenanya kita tak cukup bisa beramal, kita juga harus
menjaga penyakit hati di awal, di tengah, maupun akhir amal-amal kita.
Ketika
hati kita bersih, orang menghargai kita insyaa Alloh karena kemuliaan
pribadi kita. Tetapi yang terpenting adalah hati yang bersih akan
membuat amal kita diterima oleh Alloh dan Alloh berkenan menjamu kita di
akhirat kelak. Tiada kesuksesan kecuali orang yang berhasil berjumpa
dengan Alloh, buah dari qolbun saliim, hati yang selamat, yang bersih dari kebusukan.
Ya
Alloh, jauhkan hati ini dari segala kebusukan hati. Berikan kepada kami
kebahagiaan seperti nikmat yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu
yang sholeh. Berikan kepada kami kesanggupan rendah hati dan kenikmatan
beramal dengan tulus dan ikhlas.
Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
0 komentar:
Posting Komentar