Mensikapi Ujian Kesenangan
Semoga
ujian kesenangan yang datang kepada kita, bisa menjadi ladang amal
sholeh bagi kita. Sehingga ujian tersebut tidak menjadi pemberat dosa
kita kelak di akhirat.
Semoga Alloh Yang Maha Menatap, menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang
istiqomah. Hamba-hamba-Nya yang selalu beristighfar, bertaubat atas
setiap kemaksiatan dan tidak mengulanginya. Sholawat dan salam semoga
selalu terlimpah kepada kekasih Alloh, penutup para nabi dan rasul,
Muhammad Saw.
Alloh Swt. berfirman, “Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”,
sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang
dusta.” (QS. Al Ankabut [29] : 2-3)
Saudaraku, sudah kita
pahami bersama bahwasanya ujian adalah keniscayaan hidup. Hidup di dunia
pasti selalu bertemu dengan berbagai persoalan, masalah, ujian. Dan
salah satu bentuk dari ujian tersebut adalah ujian dalam bentuk
kesenangan. Bahkan, ujian dalam bentuk kesenangan ini jauh lebih berat
daripada ujian kesusahan. Resiko ketika salah mensikapinya pun jauh
lebih besar daripada ujian kesulitan.
Ujian kesenangan itu bisa
berbentuk pangkat, jabatan, popularitas, anak-anak yang lucu dan pintar,
pasangan hidup yang berparas indah, harta kekayaan, kendaraan, rumah.
Bisa juga berupa sanjungan dan pujian. Semua ini adalah hal-hal yang
menyenangkan kita dan bisa melenakan kita. Jika salah mensikapinya, kita
bisa terjerumus pada berbagai penyakit hati yang menimbulkan malapetaka
pada diri kita sendiri.
Bagaimana sikap terbaik mensikapi ujian kesenangan?
Pertama, beristighfar.
Kesenangan yang kita dapatkan, apapun bentuknya, biasanya meninggalkan
lintasan rasa senang, gembira di dalam hati. Tidak jarang secara halus
menimbulkan bibit-bibit ujub, riya, sum’ah. Maka istighfar, memohon
ampun adalah untuk membersihkan bibit-bibit penyakit tersebut. Sehingga
hati kita senantiasa terjaga kebersihannya. Hanya hati yang bersih yang
bisa peka menangkap hidayah Alloh Swt.
Kedua, bertasbih
memuji Alloh Swt. Kepahitan dan kesenangan adalan ujian, sedangkan ujian
adalah bagian dari nikmat Alloh terhadap hamba-Nya. Ketika mendapatkan
ujian kesenangan, maka langkah terbaik menghadapinya adalam dengan
segera menyandarkan kesenangan itu hanya kepada Alloh Swt. Yakin di
dalam hati bahwa tiada yang kuasa melimpahkan kesenangan ini selain
Alloh. Dan tiada yang kuasa mencabut kesenangan ini melainkan hanya
Alloh semata.
Ketiga, bersyukur. Sikap yang juga sangat
disukai Alloh Swt. dari hamba-Nya adalah sikap bersyukur. Ketika
mendapatkan ujian berupa kesenangan, maka bersyukur adalah sikap orang
yang beriman. Ini adalah sikap yang Alloh sukai sebagaimana Alloh
sampaikan di dalam Al Quran. Bentuk-bentuk syukur pun banyak macamnya.
Hati dan lisan memuji Alloh. Sikap dan perbuatan menggunakan dan
membelanjakan pemberian Alloh di jalan yang Alloh ridhoi.
Semoga
ujian kesenangan yang datang kepada kita, bisa menjadi ladang amal
sholeh bagi kita. Sehingga ujian tersebut tidak menjadi pemberat dosa
kita kelak di akhirat, namun sebaliknya, menjadi pemberat catatan amal
ibadah kita di hadapan Alloh Swt.
Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
0 komentar:
Posting Komentar