Jumat, 23 Oktober 2015

Jika Tidak Mungkin Bersahabat

Kalau Tidak Mungkin Jadikan Sahabat, Jangan Dimusuhi

Tulisan ini bukan menggurui, bukan pula menampilkan diri sebagai sosok orang saleh, namun sekedar menerapkan sharing and connecting, melalui berbagi kisah hidup.Yang kiranya ada manfaatnya bagi orang banyak.


Kalau Tidak Mungkin Bersahabat, Janganlah Dimusuhi


Mungkin kita tidak bisa menjadi sahabat semua orang, karena berbagai alasan. Misalnya beda prinsip hidup, karakter yang bertolak belakang atau mungkin kita sudah pernah tersakiti. Baiki langsung secara verbal ,maupun merasa tersakiti karena body language ,maupun lewat tulisan. Namun ,kendati demikian, sesungguhnya tidak perlu kita memusuhi.


Karena menanam bibit permusuhan dengan satu orang saja, sudah sangat merugikan kita. Contoh:


  • Setiap kali mendengar namanya disebut, kening kita sudah berkerut
  • Perasaan jadi tidak nyaman
  • Hidangan yang sedang kita santap, menjadi berkurang nikmatnya
  • Ketawa kita, tiba tiba berubah menjadi nyegir
  • Pembicaraan kita menjadi tidak fokus,karena pikiran kita terpaut wajah orang yang kita musuhi


Seperti kata pribahasa :” Seorang musuh sudah terlalu banyak, seribu teman masih terlalu sedikit”


Permusuhan itu membuat hati kita sakit ,Tidak ada lagi kedamaian. Tidak ada lagi keteduhan dalam jiwa. Karena jiwa kita terluka dan meradang. Saya sudah mengalaminya ,karena ditipu oleh orang yang sudah kami anggap anak sendiri. Bebas membuka kulkas dan bebas makan apapun yang ada dirumah kami. Sudah kami perlakukan dan percayai, tak ubahnya anak kandung sendiri, namun teramat menyakiti, ketika kepercayaan yang diberikan, disalah gunakan.. Ratusan juta, dibawa kabur dan tidak pernah kembali lagi.


Pada waktu itu, kebencian meluap dalam diri saya, Bukan hanya jiwa saya yang sakit, tapi tubuh saya juga rontok, Saya sakit parah. Walaupun hanya ada satu orang yang tadinya adalah anak angkat kami, kemudian menjadi musuh bagi saya.. Dan selama luka batin itu belum sembuh, saya terus sakit sakitan, sehingga sekarat. Pada waktu itulah saya sadar diri, bahwa memiliki satu orang musuh saja, sudah menumbuhkan sebuah kebencian yang mendalam. Dan membuat saya hampir mati.


Sakit dan sekarat, Membuat Saya Bertobat


Sejak saat itu, saya sudah memaafkannya, walaupun jelas, andaikan ia datang kembali kepada saya, tidak mungkin lagi ia menjadi seperti anak yang hilang, Yang dipeluk dan dibawa masuk lagi kedalam rumah kami. Namun setidaknya, sejak saat kebencian itu sirna dari jiwa saya dan pelakunya sudah saya maafkan, saya sembuh total.


Saya bersyukur, hidup tanpa musuh itu sungguh sangat meneduhkan hati dan jiwa kita, Kalau tidak mungkin bagi kita menjadikan semua orang sahabat kita, minimal, jangan ada satupun musuh dalam hidup kita.



Kita bisa bersahabat dengan siapa saja, namun bila tidak mungkin, jangan jadikan mereka musuh kita.








0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution