Kamis, 25 Juni 2015

Dalam Kehidupan Pasti Ada Ujian

Ujian Di Dalam Kehidupan 

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, hidup ini adalah ujian. Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai bentuk keadaan. Bencana, musibah, kesempitan, dan kesusahan; ini adalah sebagian bentuk ujian. Di sisi lain, ada pula kesenangan, kelapangan, kekayaan; ini pun bentuk lain daripada cobaan.

Dengan adanya musibah, akan tampak siapa yang sabar dan siapa yang tidak sabar. Dengan adanya nikmat, akan tampak siapa yang bersyukur dan siapa yang tidak bersyukur. Inilah perkara yang semestinya kita perhatikan di dalam hidup ini. Allah ta’ala berfirman,

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia itu mengira dia dibiarkan begitu saja mengatakan ‘kami beriman’ lalu mereka tidak diberikan ujian?” (QS. al-’Ankabut: 2)

Ujian akan datang secara silih berganti. Seorang mukmin akan menghadapi ujian dengan iman kepada Allah dan ketundukan kepada-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عجبًا لأمرِ المؤمنِ إنَّ أمرَه كلَّه خيرٌ إنْ أصابَتْه سرَّاءُ شكَر وإنْ أصابَتْه ضرَّاءُ صبَر وكان خيرًا له وليس ذلك لأحدٍ إلَّا للمؤمنِ

Betapa mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika datang kepadanya kesenangan dia pun bersyukur. Maka hal itu baik baginya. Jika datang kepadanya kesusahan dia pun bersabar. Maka hal itu pun baik baginya. Dan tidaklah hal itu didapatkan kecuali oleh orang mukmin.” (HR. Muslim)

Sabar itu barangkali terasa pahit. Namun, seperti kata orang bijak, buahnya lebih manis daripada madu. Kesabaran seorang mukmin di dunia akan membuahkan pahala dan kenikmatan tiada tara di surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

Surga diliputi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, sedangkan neraka diliputi perkara-perkara yang menyenangkan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian pula syukur. Seorang yang menyadari bahwa kenikmatan yang dia dapatkan semuanya adalah dari Allah, tentu akan memuji Allah atasnya, menyandarkan nikmat kepada-Nya, dan menggunakannya untuk taat kepada perintah-Nya. Dengan syukur inilah hidupnya akan semakin bertabur nikmat dan pahala. Sementara nikmat terbesar yang harus selalu diingat dan disyukuri oleh seorang hamba adalah nikmat hidayah kepada islam dan iman. Nikmat inilah yang membuat berbagai rintangan dan cobaan terasa ringan.

Allah ta’ala berfirman,

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى

Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka” (QS. Thaha: 123).

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah menjamin bagi siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya; bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat”.

Inilah nikmat yang menjaga seorang hamba dari kesesatan dan kehancuran. Sesat karena beramal tanpa ilmu. Atau hancur karena tidak mengamalkan ilmu dan kebenaran. Dengan demikian, meniti jalan Islam butuh kepada ilmu dan kesungguhan. Dengan ilmu, seorang hamba akan bisa beribadah dengan benar. Dengan kesungguhan, seorang hamba akan menggapai hidayah dan kesabaran di atas segala cobaan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan,

مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ

Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, niscaya Allah pahamkan dia dalam urusan agama.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau juga menyatakan,

من سلك طريقًا يلتمس فيه علمًا سهَّل اللهُ له طريقًا إلى الجنةِ

Barangsiapa yang menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu [agama] maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Manusia lebih membutuhkan ilmu lebih banyak daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau dua kali. Adapun ilmu dibutuhkan sebanyak bilangan nafas.”

Anda masih hidup hari ini? Itu artinya anda masih membutuhkan ilmu dan keimanan. Tanpa ilmu dan keimanan maka hidup anda akan penuh dengan kerugian. Allah ta’ala berfirman,

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3)



Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution