Cara Allah Memberi Rezeki
“Engkau masukkan malam ke dalam siang
dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup
dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan
Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”
(QS al-‘Imran [3]:27)
Saudaraku, bicara soal
rezeki, sebenarnya mencakup banyak sisi yang sangat luas. Rezeki tidak
melulu bicara tentang harta saja, melainkan apapun jenis ni’mat yang
Allah berikan adalah rezeki. Ilmu pengetahuan, kesehatan, kebahagian dan
lain sebagainya adalah bagian dari rezeki yang Allah berikan.
Ingatlah bahwa rezeki tidaklah sebatas
harta dunia. Ilmu yang bermanfaat adalah rezeki, kemudahan untuk beramal
shalih adalah rezeki, istri yang shalihah adalah rezeki, anak-anak juga
termasuk rezeki. Kewajiban kita untuk senantiasa bersyukur atas rezeki
yang Allah berikan. Bahkan rezeki yang hakiki adalah rezeki yang dapat
menegakkan agama kita sehingga mengantarkan kita selamat di akherat.
Inilah rezeki yang sesungguhnya. Rezeki yang hanya Allah berikan kepada
hamba-hamba pilihan-Nya.
Sebenarnya Allah telah menentukan cara
memperoleh rezeki dan telah mengkategorikan rezeki berdasarkan
tingkatannya, mulai dari yang terendah dalam arti rezeki yang telah
(dijamin) oleh Allah kepada semua makhluk-Nya hingga rezeki paling
tinggi tingkatannya (rezeki untuk orang beriman dan bertaqwa).
Rezeki Tingkat Pertama (yang dijamin oleh Allah).
Allah berfirman, “Dan tidak ada
suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (QS Hûd [11]: 6).
Inilah tingkatan rezeki yang pertama
yaitu rezeki yang sudah dijamin oleh Allah untuk semua makhluk-Nya.
Artinya Allah akan memberi kesehatan, makan, minum untuk seluruh makhluk
hidup di dunia ini. Dari manusia bahkan hingga makhluk terkecil yang
tak tampak oleh mata sekalipun. Pada tingkatan ini adalah tingkatan
rezeki yang paling rendah.
Allah menegaskan tingkatan rezeki yang pertama ini dalam ayat yang lain Allah berfirman, “Dan
berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya
sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Ankabût [29] : 60)
Rezeki Tingkat Kedua.
Allah berfirman, “Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya” (QS al-Najm [53]: 39)
Allah akan memberi rezeki sesuai dengan
apa yang dikerjakannya, jika ia bekerja dua jam, dapatlah hasil yang dua
jam. Jika lebih lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih
sungguh-sungguh, ia akan mendapat lebih banyak. Tidak memandang apakah
dia itu muslim atau kafir.
Banyak orang yang bertanya kenapa Allah
menjadikan orang-orang non muslim itu kaya?. coba kita lihat kembali
pada diri kita masing-masing sudah usaha kita melebihi mereka, sudah
kita bekerja lebih keras dua kali lipat dari mereka. Jika belum,
rubahlah karena untuk urusan riziqi Allah berikan sesuai apa yang
diusahakannya. Namun ada catatan penting dalam firman Allah l yang harus
kita pahami, “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan
orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman.
Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di
hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang
dikehendaki-Nya tanpa batas”.(QS al-Baqarah [2] : 212)
Allah mengetahui apa yang kita kerjakan,
Allah melihat bagaiman hamba-Nya bekerja dan berusaha. Jika kita hanya
duduk santai, tak berusaha lebih keras maka jangan harap Allah akan
memberi hasil yang lebih pula. Memang, urusan rezeki itu ditangan Allah,
tapi apabila kita tak meraihnya maka rezeki itu tak akan sampai pada
kita.
Rezeki Tingkat Ketiga
Allah berfirman, “….. Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat-ku), jika kamu
mengingkari(nikmat-ku), maka sesungguhnya azab-ku sangat pedih” (QS Ibrahîm [14]: 7)
Di kategori tingkatan rezeki yang
ketiga, inilah rezeki yang disayang Allah. Orang-orang yang pandai
bersyukur akan dapat merasakan kasih sayang Allah dan mendapat rezeki
yang lebih banyak. Itulah janji Allah, orang yang pandai bersyukurlah
yang dapat hidup bahagia sejahtera dan tentram. Usahanya akan sangat
sukses, karena Allah tambhakan selalu.
Sebesar apapun rezeki yang Allah
berikan, jika kita terima dengan penuh rasa syukur maka akan Allah
tambah. Permasalahannya adalah banyak orang yang kufur akan nikmat
tersbut. Selalu mengeluh padahal Allah sudah berikan rezeki kepadanya.
Maka selalu memohon dan berdoalah agar kita digolongkan sebagai hamba
yang penuh syukur, karena hidup tidak melulu bicara soal seberapa harta
yang kita punya, tapi bagaimana kita merasa bahagia (bersyukur) atas apa
yang kita miliki.
Prihal bersyukur pun disinggung dalam ayat lain, “Hai
orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
kepada-Nya kamu menyembah”.(QS al-Baqarah [2]: 172).
Rezeki Tingkat Keempat (untuk orang-orang beriman dan bertaqwa).
Allah berfirman, “…Barang
siapa yang bertaqwa kepada Allah niscya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS al-Thalaq [65]: 2-3)
Peringatan rezeki yang keempat ini
adalah yang paling istimewa, tidak semua orang bisa meraihnya.
Orang-orang istimewa itu adalah orang-orang yang bertaqwa kepada Allah (Muttaqun). Allah sudah menjamin dalam firmannya dalam urusan rezeki untuk orang yang taat kepada perintah-Nya.
Maka sebagai Muslim, tentu kita harus
sadari betul hal ini. Meski pun Allah telah menjamin rezeki kepada semua
makhluknya, namun porsi seberapa besar yang akan kita terima adalah
sesuai apa yang kita usahakan. Jika kita berusaha lebih, berdoa lebih,
maka hasilnya pun akan lebih pula.
Jangan mau hidup miskin, padahal Tuhan
kita (Allah) Maha Kaya. Jangan pernah mau hidup kekurangan rezeki
padahal rezeki Allah begitu luas. Jika ada tingkatan rezeki yang paling
tinggi (rezeki untuk orang-orang bertaqwa), kenapa kita harus memilih
tingkatan yang paling rendah.
Rezeki telah Ditentukan
Dalam tulisannya Ustadz Adika Mianoki
menyebutkan (http://muslim.or.id/
aqidah/memahami-dua-jenis-rezeki.html), bahwa seluruh rezeki bagi
makhluk telah Allah tentukan. Kaya dan miskin, sakit dan sehat, senang
dan susah, termasuk juga ilmu dan amal shalih seseorang pun telah
ditentukan.
Rasulullah ` bersabda,“Sesungguhnya
tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40
hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqah (segumpal darah) selama itu
juga lalu menjadi Mudhghah (segumpal daging) selama itu juga, kemudian
diutuslah Malaikat untuk
meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata:
Rezeki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Allah yang tiada
Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan
ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali
sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia
melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian
yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak
antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului
oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk
surga.”(HR Bukhari, No. 3208 dan HR Muslim No. 2643)
Dengan mengetahui hal ini, bukan berrati
kita pasarah dan tidak berusaha mencari rezeki. Sebagian orang memiliki
anggapan yang salah dalam memahami hal ini. Mereka hanya pasrah
terhadap takdir tanpa
melakukan usaha sama sekali. Sunngguh, ini adalah kesalah yang nyata.
Bukankah Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan
melarang kita dari bersikap malas? Apabila kita sudah mengambil sebab
dan mendapatkan hasil yang tidak kita inginkan, maka kita tidak boleh
sedih dan berputus asa, termasuk dalam mencari rezeki, karena semuanya
sudah merupakan ketetapan Allah.
Oleh karena itu Nabi ` bersabda,
“Bersemangatlah
dalam hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah dan
jangalah kamu malas! Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu
mengatakan:’Seaindainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini
atau begitu’, tetapi katakanlah: ‘Qaddarullahu wa mâ sya’a fa’ala” (HR Muslim, No. 2664).
Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar