Memahami Dua Jenis Rezeki
Alhamdulillah,
baru saja dapat rezeki”. Ketika mendengar kalimat ini, kebanyakan orang
berpikir bahwa obyek yang sedang dibicarakan dalam kalimat tersebut
adalah rezeki duniawi, lebih khusus lagi adalah rezeki …
“Alhamdulillah, baru saja dapat rezeki”. Ketika mendengar
kalimat ini, kebanyakan orang berpikir bahwa obyek yang sedang
dibicarakan dalam kalimat tersebut adalah rezeki duniawi, lebih khusus
lagi adalah rezeki berupa harta. Kalau kita mau mencermati, sebenarnya
rezeki berupa harta adalah sebagian saja dari rezeki yang Allah berikan
kepada makhluk-Nya. Namun, sifat kebanyakan manusia yang jauh dari rasa
syukur dan lebih berorientasi dengan gemerlap dunia yang fana, terkadang
hanya membatasi rezeki dengan harta duniawi semata. Padahal
sesungguhnya Allah Ta’ala telah banyak memberi rezeki kepada manusia dengan bentuk yang beragam.
Rezeki Umum dan Rezeki Khusus
Rezeki yang Allah berikan kepada makhluk ada dua bentuk :
1. Rezeki yang sifatnya umum (الرزق العم )
Yakni segala sesuatu yang memberikan manfaat bagi badan, berupa
harta, rumah, kendaraan, kesehatan, dan selainnya, baik berasal dari
yang halal maupun haram. Rezeki jenis ini Allah berikan kepada seluruh
makhluk-Nya, baik orang muslim maupun orang kafir.
Banyaknya pemberian jenis rezeki yang pertama ini tidak menunjukkan
kemuliaan seseorang di sisi Allah. Begitu pula sedikitnya rezeki dunia
yang Allah berikan kepada seseorang tidak menunjukkan kehinaan orang
tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
فَأَمَّا الْإِنسَانُ
إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي
أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ
فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia
dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata:
“Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu
membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” . (QS. Al Fajr :15-16)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah Ta’ala
berfirman mengingkari keyakinan (sebagian) manusia. (Maksud ayat ini)
bahwasanya jika Allah meluaskan rezeki mereka tujuannya adalah untuk
menguji mereka dengan rezeki tersebut. Sebagian orang meyakini bahwa
rezeki dari Allah merupakan bentuk pemuliaan terhadap mereka. Namun yang
benar bukanlah demikian, bahkan rezeki tersebut merupakan ujian dan
cobaan untuk mereka sebagaimana firman Allah :
. نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لَّا يَشْعُرُونَ. أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُم بِهِ مِن مَّالٍ وَبَنِينَ
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami
berikan kepada mereka itu (berarti bahwa),Kami bersegera memberikan
kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar” (QS. Al Mu’minun:55-56).
Demikian pula sebaliknya. Jika Allah memeberinya cobaan dan
mengujinya dengan menyempitkan rezekinya, sebagian orang menyangka Allah
sedang menghinakannya. Maka Allah katakan : { كَلا }
(sekali-kali tidak). Yang dimaksud bukanlah seperti persangkaan mereka.
Allah memberikan harta kepada orang yang Allah cintai dan kepada orang
yang tidak Allah cintai. Allah juga menyempitkan harta terhadap orang
yang Allah cintai maupunn orang yang tidak dicintai-Nya.
Sesungguhnya
semuanya bersumber pada ketaatan kepada Allah pada dua kondisi tersebut
(baik ketika mendapat rezeki yang luas maupun rezeki yang sempit). Jika
seseorang kaya (mendapat banyak rezeki harta) dia bersyukur kepada
Allah dengan pemberian tersebut, dan jika miskin (sempit rezeki) dia
bersabar.” (Tafsiru al Quran al ‘Adzim, Imam Ibnu Katsir rahimahullah)
Banyak sedikitnya rezeki duniawi adalah ujian semata, bukan standar
kecintaan Allah terhadap hamba. Rezeki harta sebagai ujian Allah atas
hamba-Nya, untuk mengetahui siapakah di antara hambanya yang bersyukur
dan bersabar.
2. Rezeki yang sifatnya khusus (الرزق الخاص )
Yakni segala sesuatu yang membuat tegak agama seseorang. Rezeki jenis
ini berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih serta semua rezeki
halal yang membantu seseorang untuk taat kepada Allah. Inilah rezeki
yang Allah berikan khusus kepada orang-orang yang dicintai-Nya. Inilah
rezeki yang hakiki, yang menghantarkan seseorang akan mendpat
kebahagiaan dunia akherat.
Rezeki jenis ini Allah khususkan bagi orang-orang mukmin. Allah
menyemprunakan keutamaan bagi mereka, dan Allah anugerahkan bagai mereka
surga di hari akhir kelak. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ
وَيَعْمَلْ صَالِحاً يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ
رِزْقاً
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang
saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya “ (QS. Ath Thalaq:11).
Dan juga firman-Nya :
هَذَا ذِكْرٌ
وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآَبٍ (49) جَنَّاتِ عَدْنٍ مُفَتَّحَةً
لَهُمُ الْأَبْوَابُ (50) مُتَّكِئِينَ فِيهَا يَدْعُونَ فِيهَا
بِفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ وَشَرَابٍ (51) وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ
أَتْرَابٌ (52) هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِيَوْمِ الْحِسَابِ (53) إِنَّ هَذَا
لَرِزْقُنَا مَا لَهُ مِنْ نَفَادٍ (54
“Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi
orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang
baik, (yaitu) syurga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di
dalamnya mereka bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil meminta
buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu. Dan pada sisi mereka
(ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya
Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. Sesungguhnya ini
adalah benar-benar rezki dari Kami yang tiada habis-habisnya. “ (QS. Shaad: 49-54)
Hanya Allah Pemberi Rezeki
Di antara nama-nama Allah adalah “Ar Rozzaq” dan “ Ar Rooziq”. Nama “Ar Rozzaq” terdapat dalam firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (QS. Adz Dzariyat:58)
Sedangkan nama “ Ar Rooziq”terdapat dalam firman-Nya,
وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً
أَوْ لَهْواً انفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِماً قُلْ مَا عِندَ
اللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ
الرَّازِقِينَ
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka
bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri
(berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada
permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki” (QS. Al Jumu’ah:11)
Dan juga firman-Nya,
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ قُتِلُوا أَوْ مَاتُوا لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللَّهُ
رِزْقاً حَسَناً وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka
di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka
rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezki” (QS. Al Hajj: 58)
Dari nama Allah Ar Rozzaq dan Ar Rooziq terkandung didalamnya sifat rezeki {الرزقُ} (ar ruzqu). Dalam siifat ar ruzqu
bagi Allah, terkandung di dalamnya dua makna, yaitu banyaknya rezeki
yang Allah berikan pada setiap makhluk, dan banyak/luasnya jumlah
makhluk yang mendapat rezeki dari-Nya :
1. Rezeki yang banyak
Maksudnya rezeki yang Allah berikan kepada setiap makhluknya sangat
banyak. Masing-masing makhluk Allah mendapat jatah rezeki yang banyak.
Kita sebagai manusia mendapat rezeki berupa nikmat yang sangat banyak.
Nikmat sehat, anggota tubuh yang sempurna, tempat tinggal, keluarga,
harta, dan masih banyak nikmat-nikmat yang lainnya. Itu semua merupakan
rezeki dari Allah yang sangat banyak dan tak terhingga. Allah Ta’ala berfirman :
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa
yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat
zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim:34)
2. Rezeki yang luas
Rezeki yang Allah berikan meliputi seluruh makhluk-Nya sesuai dengan
kondisinya masing-masing. Masing-masing setiap makhluk mendapat rezeki
yang banyak dari Allah. Manusia, jin, seluruh binatang dan tumbuhan,
serta semua yang ada di langit dan di bumi mendapat rezeki dari Allah.
Seluruh makhluk tersebut dipenuhi rezekinya oleh Allah semata. Ini
menunjukkan luasnya rezeki yang Allah berikan pada makhluk-Nya. Allah
berfirman :
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberinya rezeki“ (QS. Huud:6)
Semangatlah Mencari Rezeki
Saudarakau, ingatlah bahwa rezeki tidaklah sebatas harta dunia. Ilmu
yang bermanfaat adalah rezeki, kemudahan untuk beramal shalih adalah
rezeki, istri yang shalihah adalah rezeki, anak-anak juga termasuk
rezeki. Kewajiban kita untuk senantiasa bersyukur atas rezeki yang Allah
berikan. Bahkan rezeki yang hakiki adalah rezeki yang dapat menegakkan
agama kita sehingga mengantarkan kita selamat di akherat. Inilah rezeki
yang sesungguhnya. Rezeki yang hanya Allah berikan kepada hamba-hamba
pilihan-Nya.
Maka saudaraku, setelah kita mengetahui bahwa ilmu dan amal shalih
termasuk rezeki yang bermanfaat, kita hendaknya bersemangat untuk
menggapainya. Sebagaimana kita bersemangat dan bahkan menghabiskan waktu
kita untuk mengais rezeki dunia, mestinya kita juga semangat untuk
mencari rezeki yang lebih bermanfaat, yaitu ilmu dan amal shalih. Rezeki
yang akan menyelamatkan kita di dunia dan akherat kita.
Rezeki telah Ditentukan
Perlu diperhatikan, bahwa seluruh rezeki bagi makhluk telah Allah
tentukan. Kaya dan miskin, sakit dan sehat, senang dan susah, termasuk
juga ilmu dan amal shalih seseorang pun telah ditentukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن أحدكم يجمع خلقه في بطن
أمه أربعين يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك , ثم يرسل
إليه الملك فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات : بكتب رزقه , وأجله ,
وعمله , وشقي أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل
الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل
النار , وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع
فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة
“Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam
rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh
(segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging)
selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh
kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal
dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada
seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga
tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian
ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli
neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan
ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka
kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia
melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.”(HR. Bukhari 3208 dan HR.Muslim 2643)
Dengan mengetahui hal ini, bukan berrati kita pasarah dan tidak
berusaha mencari rezeki. Sebagian orang memiliki anggapan yang salah
dalam memahami hal ini. Mereka hanya pasrah terhadap takdir tanpa
melakukan usaha sama sekali. Sunngguh, ini adalah kesalah yang nyata.
Bukankah Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan
melarang kita dari bersikap malas? Apabila kita sudah mengambil sebab
dan mendapatkan hasil yang tidak kita inginkan, maka kita tidak boleh
sedih dan berputus asa, termasuk dalam mencari rezeki, karena semuanya
sudah merupakan ketetapan Allah. Oleh karena itu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
احرص على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجز وإن أصابك شيء فلا تقل لو أني فعلت كان كذا وكذا ولكن قل قدر الله وما شاء فعل
“Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah
pada Allah dan jangalah kamu malas! Apabila kamu tertimpa sesuatu,
janganlah kamu mengatakan :’Seaindainya aku berbuat demikian, tentu
tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah : ‘Qoddarullahu wa maa
sya’a fa’ala” (HR. Muslim 2664)
Semoga tulisan rigkas ini bermanfaat. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad
Referensi Utama :
- Syarhu al ‘Aqidah al Waashitiyah, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah
- Fiqhu al Asmai al Husna, Syaikh ‘Abdurrozaq bin ‘Abdil Muhsni al Badr hafidzahullah
0 komentar:
Posting Komentar