Rabu, 24 Juni 2015

Sesal Sebagai Pengingat

Ora Gelo

Saya yakin, setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan, kesulitan, dan berbagai macam halangan dalam proses kehidupannya. Tak jarang, kita kemudian merasakan penyesalan teramat dalam.

Dalam bahasa Jawa, ada istilah gelo yang arti harfiahnya "sesal". Gelo ini bisa terjadi karena berbagai macam hal dan kondisi. Karena tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, karena tidak mendapatkan sesuatu seperti yang diharapkan, karena belum bisa naik jabatan, karena bisnis merugi, karena cinta ditolak, karena pendapat tidak disetujui, dan berbagai hal lain. Dan, semua itu bisa disebabkan oleh karena situasi atau keadaan di luar diri, tapi tak jarang pula akibat perbuatan diri sendiri.

Memang, menyesal boleh saja. Namun ingat, seperti pepatah, "penyesalan selalu datang terlambat". Karena itu, sudah pasti kejadiannya pun sudah berlalu. Jika kita tenggelam dalam penyesalan itu, niscaya diri hanya akan terkungkung pada rasa bersalah tiada akhir.


Maka, harus disadari, penyesalan berlebihan sebenarnya hanya akan menambah beban. Pikiran jadi tak tenang karena beban rasa dosa akibat perbuatan yang telah lalu. Kerja pun jadi kurang fokus karena beban kesalahan yang telah terjadi. Parahnya lagi, dengan penyesalan yang berlebih, kita jadi takut untuk bertindak, kurang nyaman berkarya, sehingga ujungnya, produktivitas menurun.
Untuk itu, mari jadikan sesal sekadar sebagai pengingat, bahwa kita pernah melakukan kesalahan. Dengan begitu, kita akan lebih waspada, lebih teliti, lebih bisa menata diri untuk tidak terjerumus pada lubang yang sama. Kita jadikan rasa sesal sebagai koreksi dan evaluasi berbagai tindakan, ucapan, dan sikap yang mungkin pernah menghasilkan kekecewaan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Ingat

setiap orang pasti tak lepas dari kesalahan, kegagalan, dan ketidakberhasilan. Seperti pepatah, “Tiada gading yang tak retak.” Namun, justru itulah yang membuat gading memiliki keunikan dan kelebihan sehingga bernilai mahal. Karena itu, tak perlu gelo berlebihan. Sebab, sejatinya gagal dan hal-hal kurang menyenangkan akan selalu terjadi. Semua itu adalah hal yang biasa. Dan pastinya, yang kita alami, pasti ada hikmahnya.
Maka, saat gagal, jangan terpaku pada penyesalan. Kalau memang kegagalan itu bisa diubah, segeralah lakukan tindakan koreksi. Namun, kalau memang sama sekali tak bisa diubah, berarti ada jalan lain yang sedang “ditunjukkan” kepada kita untuk meraih sukses dengan jalur yang berbeda. 

Seperti kisah Abraham Lincoln yang beberapa kali gagal dalam berbisnis. Ia kemudian gagal juga menjadi senat serta jadi anggota parlemen. Namun, ia mampu mengoreksi diri dan menjadikan kegagalan itu sebagai ”modal” untuk bersaing di pemilihan presiden hingga akhirnya jadi salah satu presiden paling berpengaruh di Amerika Serikat.
Marilah, tidak perlu menyesal berlebihan. Dan, jangan pula sombong saat sukses di tangan. Jadikan sesal sebagai modal belajar lebih giat dan bekerja lebih tekun. Sehingga, kita bisa selalu berada dalam kondisi terbaik untuk mampu terus berjuang menggapai impian. 



Salam sukses luar biasa!

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution