Selasa, 30 Juni 2015

Nabi Muhammad Saja Dimusuhi

Rasulullah Saw. Dibenci Karena Aqidahnya

Nabi Muhammad saw. merupakan sosok manusia paripurna, yang memiliki akhlak agung tiada tandingannya. Karena akhlaknya, Nabi saw. dicintai dan dihormati segenap kalangan. Tua-muda, laki-perempuan semua sangat terkesan dengan pribadi agungnya.

 
Kemuliaan kepribadian Nabi saw. hadir bukan sejak beliau diangkat Allah menjadi nabi, melainkan sejak beliau masih kecil. Bahkan pada jaman jahiliah kaum Quraisy, beliau dijuluki”Al-Amin” (laki-laki terpercaya). Hal ini bahkan diabadikan dalam firman Allah:

“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qolam: 4)

Namun, meski dikenal sebagai manusia dengan akhlak yang mulia, tetapi, tak bisa dipungkiri jika Rasulullah saw memiliki musuh yang membencinya, bahkan ingin membunuhnya. Pertanyaannya kemudian, kenapa Rasulullah masih mempunyai musuh? Mengapa masih ada manusia yang berniat membunuhnya jika semua orang sepakat bahwa akhlak beliau sedemikian mengagumkan?

Tentunya, jika kita cermati lagi, yang menjadikan Nabi Muhammad saw. dimusuhi bukan karena akhlaknya. Melainkan, karena keimanannya. Orang yang memusuhi nabi, adalah mereka yang tidak suka dengan ajaran aqidah atau keimanan yang dibawanya, yang mengajarkan bahwa hanya ada satu tuhan, yaitu Allah Subhanahu wata’ala. Menurut mereka, ajaran tauhid mengancam eksistensi ajaran mereka, yang menuhankan selain Allah.

Dalam Sirah Nabawiyyah (sejarah perjuangan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam), paman Nabi, yakni Abu Tholib, diminta oleh para pemuka Quraisy untuk melobi Nabi saw.   agar mau menghentikan seruan da’wah Tauhid-nya dengan imbalan apapun yang diinginkan Rasulullah. Tetapi Rasulullah menjawab: ”Demi Allah, hai Pamanku…! Jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, dengan maksud agar aku meninggalkan urusan ini, maka saya tidak akan melakukannya, sampai Allah memenangkannya atau aku hancur dalam melaksanankannya…!”

Seruan tauhid merupakan seruan abadi para Nabi dan Rasul utusan Allah. Para Nabi dan Rasul secara bergantian membawa misi mengajak manusia agar menghamba semata kepada Allah dan menjauhi thaghut.

’Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS An-Nahl: 36)

Sebelum para Nabi dan Rasul mengajarkan apapun, mereka senantiasa mendahulukan pengajaran akan hakikat fundamental pengesaan Allah. Tiada gunanya segenap amal-sholeh dan amal-ibadah diajarkan kepada manusia jika tidak dilandasi pemahaman sekaligus keyakinan mendasar akan keesaan Allah. Bahkan Al-Qur’an menggambarkan bahwa hakikat kebencian kaum kafir hingga tega menyiksa sesama manusia lainnya ialah dikarenakan manusia lain itu memiliki keimanan akan keesaan Allah semata.

”Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu’min itu melainkan karena orang-orang mu’min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS Al-Buruuj ayat 8-9)

Inilah hakikat permusuhan dan konfrontasi di dunia. Permusuhan yang sesungguhnya ialah permusuhan karena pertentangan aqidah bukan yang lainnya. Maka sudah sepantasnya kita selalu introspeksi dan evaluasi diri. Jika dalam kehidupan ini kita ternyata dimusuhi manusia, maka jangan bersedih dulu. Sebab, Nabi pun pernah dimusuhi.

Namun, harus kita lihat, apakah kita dimusuhi orang lain karena akhlak kita atau aqidah kita. Jika ternyata dibenci karena akhlak kita, maka sudah sepatutnya kita ber-istighfar dan memperbaiki diri. Namun, jika kita dibenci lantaran aqidah kita, maka sepatutnya kita bersyukur dan bersabar. Sebab Nabi saw. dan para sahabatnya-pun dibenci karena aqidahnya. Itupun dengan catatan, bahwa kita selama ini memang sudah terus berusaha meluruskan dan mengokohkan aqidah tauhid kita setiap hari. 


syaamilquran.com
Sumber: eramuslim.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution