7M Setelah Ramadhan
Bulan penuh ampunan sebentar lagi meninggalkan kita; bulan penuh
rahmat sebentar lagi pergi; bulan penuh barakah sebentar lagi habis.
Apakah kita termasuk orang yang sukses atau merugi. Tidak semua orang
bisa mendapatkan kesempatan emas ini.
Tidak semua yang mendapat
kesempatan mampu memanfaatkan dengan baik. Tidak semua yang mampu
memanfaatkan dengan baik tetap bisa istiqamah baik di dalam maupun di
luar bulan Ramadhan. Berikut ini ada beberapa poin yang perlu
diperhatikan agar kita di bulan Ramadhan bisa tetap istiqamah dan
konsisten dalam beribadah:
- Mengevaluasi Amal
Amalan
yang baik adalah amalan yang bisa dievaluasi dan terukur. Tiadak akan
bisa terukur kalau sebelumnya tidak direncanakan dengan baik. Bagi kita
yang sebentar lagi akan ditinggal Ramadhan perlu kiranya mengevaluasi
diri. Evaluasi ini sangat penting mengingat manusia tidak lepas dari
kesalahan. Kesalahan dievaluasi agar kita bisa menjadi yang terbaik
sebagaimana yang difirmankan Allah: Yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji siapakah diantara kalian yang paling baik amalnya
(Qs. Al-Mulk: 2). Supaya amalan kita kedepan bisa lebih baik, evaluasi
terhadap amalan-amalan yang telah dilakukan merupakan sebuah
keniscayaan.
- Memperbarui Niat
Tajdîdun al-niyyah
(memperbarui niat) juga tidak kalah pentingnya. Dalam mengarungi
kehidupan yang penuh dengan rintangan dan halangan, terkadang ada saat
dimana manusia dihadapkan pada titik nadir kejemuan dan kemalasan yang
membuatnya rawan tergelincir pada kesalahan-kesalahan. Supaya manusia
bisa kembali pada tujuan semula, maka niat perlu diperbarui. Kalau kita
mengalami futur di luar bulan Ramadhan, memperbarui niat adalah
solusinya. Memperbarui dalam artian mengembalikan niat pada niat posisi
awalnya. Ini persis seperti kerja ‘refresh’ dalam komputer: memberi penyegaran bagi kerja komputer.
- Mengatur Waktu
Waktu
adalah kehidupan. Orang yang tidak pandai mengatur waktu sama saja
sedang membunuh dirinya. Sebesar apapun harta yang kita miliki tak akan
bisa membeli waktu yang telah hilang. Kalau di bulan Ramadhan kita sudah
terbiasa untuk mengatur waktu dalam beribadah, kita juga harus mengatur
waku di luar bulan Ramadhan.
Supaya tidak cepat bosan dan futur, memang
dalam mengatur waktu kita tidak harus langsung secara ketat. Kita
mencoba mengaturnya sesuai dengan kemampuan kita, tapi berusaha
istiqamah. Misalkan kalau dalam sehari kita tak bisa membaca Alquran
sebanyak satu juz, maka cukup dengan setengah juz saja. Demikian juga
pada hal-hal yang lainnya yang perlu pengaturan waktu, supaya waktu kita
bisa teratur dengan baik.
- Memohon Pertolongan Allah
Sehebat-hebat
manusia, yang bisa dilakukannya hanyalah usaha. Orang tidak bisa
menentukan hasil dari usahanya. Sebagai muslim dalam menjalankan usaha,
Alquran memberikan pelajaran penting agar kita meminta tolong kepada
Allah ta`ala. Dala surat al-Fatihah secara tegas biasa kita ucapkan: wa iyyâka nasta`în(dan hanya kepada-Mulah, kami memohon pertolongan). Di luar bulan Ramadhan kita harus memohon pertolongan Alla ta`ala agar dimudahkan dalam menjalankan amal seperti di bulan Ramadhan.
- Melakukan Amalan Sedikit Tapi Rutin
Mulailah
dari sedikit. Jika yang sedikit sudah bisa rutin, baru kemudian
menambahnya dengan amalan yang lain. Ini adalah prinsip dari sebuah
keistiqamahan. Sedikit tapi rutin inilah, yang membuat amalan yang di
mata kebanyakan orang remeh dan kecil, tapi bernilai besar menurut
pandangan Allah ta`ala. Kita tentu tahu sahabat yang bernama
Bilal bin Rabbah. Sewaktu masih hidup di dunia, terompahnya sudah
terdengar di surga.
Apa anda mengira Bilal beramal sebagaimana Abu Bakar
dan Umar? Tidak. Sewaktu ditanya, Bilal menjawab: “Setiap aku selesai
bersuci. Aku melaksanakan shalat dua rakaat”. Hanya itu saja, tapi
bernilai luar biasa karena istiqamah. Bilal tahu betul bahwa sebaik-baik
amalan di mata Allah ialah yang paling rutin meski sedikit, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.
- Menjalankan Amal Secara Bertahap
Bertahaplah
dalam beramal. Kehendak dan keinginan manusia tidak ada pangkalnya,
sedangkan kemampuan manusia amat terbatas. Hanya orang yang melakukan
sesuatu secara bertahap yang akan mampu sampai finish. Banyak sebenarnya
orang yang diberi kemampuan oleh Allah ta`ala melebihi
orang-orang pada umumnya. Tetapi karena tidak mampu mengontrol
keinginginannya yang ingin cepat-cepat sukses, tanpa mengindahkan
prinsip kebertahapan, akhirnya jatuh di tegah jalan.
Prinsip
kebertahapan ini bukan saja berlaku dalam, syari`at, dan dakwah, ia juga
berlaku pada teknis pelaksanaan sesuatu. Dari kehidupan manusia saja
kita di ajarkan untuk bertahap. Tidak ada manusia yang dilahirkan
langsung berdiri dan tertawa, yang ada ialah manusia yang tumbuh
berkembang sesuai dengan sunnatullah. Di dalam kebertahapan, tersimpan kesuksesan.
- Mendekatkan Diri dengan Orang-orang Shalih
Yang
tidak kalah pentingnya ialah kebaikan itu akan tumbuh berkembang dengan
baik ketika didukung dengan lingkungan yang baik. Mendekatkan diri
dengan orang-orang yang sholih merupakan keniscayaan jika kita
menginginkan amal kita tetap terpelihara. Ini bukan berarti kita tidak
boleh bergaul dengan orang yang buruk, karena sebagai muslim kita tetap
mempunyai kewajiban untuk berdakwah.
Kuncinya ke dalam kita mencari
penguatan dengan bergaul bersama orang-orang sholih, ke luar kita tetap
berdakwah tanpa harus terwarnai dengan sikap buruk orang yang kita
dakwahi. Rasulullah sudah mencontohkannya. Beliau ketika pertama kali
dakwah hanya sendirian. Yang beliau lakukan ialah mencetak orang-orang
shalih. Menciptakan suatu kondisi yang bisa disebut sebagai ‘keshalihan
kolektif’ sehingga meungkinkan pertumbuhan orang-orang shalih di
sekitarnya. Jadi, mendekatkan diri dengan orang shalih tidak
bertentangan dengan bergaul dengan orang yang tidak shalih dalam
kerangka dakwah.
Semoga dengan tujuh poin tadi kita bisa mawas
diri dan mampu menjaga amalan-amalan di bulan Ramadhan untuk kemudian
ditransfer pada bulan-bulan yang lain di luar bulan Ramadhan.
Wallahu a`lam bi al-Showab
0 komentar:
Posting Komentar