Kamis, 11 Juni 2015

Menyambut Bulan Ramadhan

Bergembira Menyambut Bulan Ramadhan

Ramadhan berasal dari kata “rahmat” yang artinya sisa pembakaran (keabu-abuan) ini karena di Arab sana biasanya terjadi pada saat puncak panas. Pembakaran yang dimaksud disini adalah membakar nafsu, kebiasaan buruk kita dan hal-hal buruk lainnya. Sehingga sangat rugi apabila seorang masuk bulan Ramadhan, namun saat meninggalkannya tidak mendapat ampunan dari Allah.


10 hari pertama adalah fase rahmat, 10 hari kedua adalah fase maghfirah, 10 hari terakhir adalah fase dibebaskan dari api neraka. Semakin kebelakang, semakin mulia karena terdapat hari yang lebih baik dari 1000 bulan. Namun kesalahan kebanyakan dari kita adalah terlalu semangat di awal tetapi semakin melemah ke belakang. Hal ini disebabkan kurang persiapannya diri kita. Allah meminjamkan pakaian putih dan bersih kepada kita, namun kita mengotorinya sehingga kelak harus dibersihkan dulu dengan api neraka. Allah memberikan fasilitas untuk mencuci dosa-dosa tersebut melalui bulan Ramadhan. Fiosofinya adalah jika kita mempunyai banyak dosa seperti seekor binatang yang bernama ulat.

Seorang muslim yang melakukan puasa di bulan Ramadhan seperti ulat yang menahan lapar agar dapat berubah menjadi kepompong sehingga dapat berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Bayangkan apabila ulat tidak mampu menahan lapar, maka dia tidak akan bermetamorfosa menjadi kupu-kupu. Seseorang yang masuk bulan Ramadhan namun tidak mampu bermetamorfosa maka dia sangat rugi karena tidak dapat memanfaatkan waktu di bulan Ramadhan dengan baik.

Berpuasa adalah kewajiban yang ditujukan pada orang yang bertakwa, yaitu orang yang percaya pada hal ghaib, berinfak di jalan Allah, beriman dengan hari akhir. Ayat dalam Alquran sering bermaksud “sedang-akan” (istiqomah). Allah menyukai orang yang istiqomah. Orang bertakwa di sini adalah orang yang berbuat baik dan melakukan hal tersebut. Orang yang beribadah dan terus melakukan ibadah. Ini akan diuji setelah Ramadhan. Tujuan inti Ramadhan adalah tarbiyah (pembinaan) atau pembiasaan untuk melakukan hal-hal yang baik.

Jika setelah Ramadhan tidak meneruskan kebiasaan baik, maka madrasah Ramadhan itu gagal. Padahal dulu sahabat Rasulullah menangis tersedu-sedu saat Ramadhan akan pergi. Para sahabat tersebut mempersiapkannya sebelum 6 bulan sebelumnya. Maka barangsiapa yang tidak merasa senang dengan kedatangan Ramadhan, maka ia tidak akan mendapatkan keutamaan Ramadhan. Maka jangan sampai kita tidak mempersiapkan untuk menyambut Ramadhan.

Cara mempersiapkan Ramadhan adalah dengan Persiapan Fisik dan Persiapan Mental. Keduanya harus sama-sama kuat. Membiasakan diri dengan puasa, terutama di bulan Sya’ban. 

Jangan sampai kita kehilangan momen kebaikan tersebut karena sakit. Alangkah baiknya ketika kita memasuki bulan suci Ramadhan dengan hati dan diri yang suci. Salah satunya adalah dengan meminta maaf kepada orang yang pernah kita sakiti dan kepada orang-orang terdekat kita.



Devi Lukita Sari
 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution