Bergembira Menyambut Bulan Ramadhan
Ramadhan berasal dari kata “rahmat” yang artinya sisa pembakaran
(keabu-abuan) ini karena di Arab sana biasanya terjadi pada saat puncak
panas. Pembakaran yang dimaksud disini adalah membakar nafsu, kebiasaan
buruk kita dan hal-hal buruk lainnya. Sehingga sangat rugi apabila
seorang masuk bulan Ramadhan, namun saat meninggalkannya tidak mendapat
ampunan dari Allah.
10 hari pertama adalah fase rahmat, 10 hari
kedua adalah fase maghfirah, 10 hari terakhir adalah fase dibebaskan
dari api neraka. Semakin kebelakang, semakin mulia karena terdapat hari
yang lebih baik dari 1000 bulan. Namun kesalahan kebanyakan dari kita
adalah terlalu semangat di awal tetapi semakin melemah ke belakang. Hal
ini disebabkan kurang persiapannya diri kita. Allah meminjamkan pakaian
putih dan bersih kepada kita, namun kita mengotorinya sehingga kelak
harus dibersihkan dulu dengan api neraka. Allah memberikan fasilitas
untuk mencuci dosa-dosa tersebut melalui bulan Ramadhan. Fiosofinya
adalah jika kita mempunyai banyak dosa seperti seekor binatang yang
bernama ulat.
Seorang muslim yang melakukan puasa di bulan
Ramadhan seperti ulat yang menahan lapar agar dapat berubah menjadi
kepompong sehingga dapat berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah.
Bayangkan apabila ulat tidak mampu menahan lapar, maka dia tidak akan
bermetamorfosa menjadi kupu-kupu. Seseorang yang masuk bulan Ramadhan
namun tidak mampu bermetamorfosa maka dia sangat rugi karena tidak dapat
memanfaatkan waktu di bulan Ramadhan dengan baik.
Berpuasa adalah
kewajiban yang ditujukan pada orang yang bertakwa, yaitu orang yang
percaya pada hal ghaib, berinfak di jalan Allah, beriman dengan hari
akhir. Ayat dalam Alquran sering bermaksud “sedang-akan” (istiqomah).
Allah menyukai orang yang istiqomah. Orang bertakwa di sini adalah orang
yang berbuat baik dan melakukan hal tersebut. Orang yang beribadah dan
terus melakukan ibadah. Ini akan diuji setelah Ramadhan. Tujuan inti
Ramadhan adalah tarbiyah (pembinaan) atau pembiasaan untuk melakukan
hal-hal yang baik.
Jika setelah Ramadhan tidak meneruskan
kebiasaan baik, maka madrasah Ramadhan itu gagal. Padahal dulu sahabat
Rasulullah menangis tersedu-sedu saat Ramadhan akan pergi. Para sahabat
tersebut mempersiapkannya sebelum 6 bulan sebelumnya. Maka barangsiapa
yang tidak merasa senang dengan kedatangan Ramadhan, maka ia tidak akan
mendapatkan keutamaan Ramadhan. Maka jangan sampai kita tidak
mempersiapkan untuk menyambut Ramadhan.
Cara mempersiapkan
Ramadhan adalah dengan Persiapan Fisik dan Persiapan Mental. Keduanya
harus sama-sama kuat. Membiasakan diri dengan puasa, terutama di bulan
Sya’ban.
Jangan sampai kita kehilangan momen kebaikan tersebut karena
sakit. Alangkah baiknya ketika kita memasuki bulan suci Ramadhan dengan
hati dan diri yang suci. Salah satunya adalah dengan meminta maaf kepada
orang yang pernah kita sakiti dan kepada orang-orang terdekat kita.
0 komentar:
Posting Komentar