Kamis, 26 September 2013

Nobody’s Perfect!”

Manusia Sempurna (?)
  Nobody’s perfect!” Katanya. 

Manusia tidak ada yang sempurna, bisa salah, khilaf, lalai, punya dosa, punya kekurangan, tidak suci kayak malaikat, tidak sekuat gajah, tidak selincah rusa, tidak setangguh ikan hiu, tidak bisa terbang, bla bla bla, dst,….

Kadang proposisi serupa kerapkali digunakan sebagai justifikasi terhadap berbagai macam kekurangan, kegagalan, bad performance, kemalasan, (baik scope individu maupun kolektif) dan juga sering dipakai sebagai sebuah excuse untuk bersikap permissif terhadap berbagai kemudhorotan, penyimpangan moral, maksiyat dan bahkan di tataran yang akut, membenarkan perilaku kezaliman & kejahatan.

Semua manusia yang hidup di dunia ini, diciptakan oleh Allah dengan menggunakan suatu standard produksi yang sudah baku. Allah tidak akan pernah ngawur, spekulasi, khilaf, lalai, iseng-iseng, dalam menggagas, mendesain, sampai proses perwujudanya, tidak pernah lepas seperbilyun detikpun dalam mensupervisi, memantau, mengontrol masing-masing prosesnya.


Dari mulai seleksi material mentahnya, mengolah menjadi bahan siap produksi, proses menjadi produk jadi, sampai tahap finishing-nya sangat ketat dan teliti, merujuk dan sesuai dengan standard ISO-Allah. Bahkan dalam tahapan “pemakaian produk di pasaran”, Sang Produsen tetap memberikan pelayanan yang luar biasa, mendemontrasikan model atau prototipe sebagai standard pengoperasian penggunaannya, life time guaranteed, manual yang komperhensif, humas yang capable-reliable, bonus service yang Wwah….,

Lantas apa maksudnya “Tidak ada manusia yang sempurna”? 


Sempurna, ada beberapa pengertian, yakni:

1.    Sempurna yang bermakna lengkap, utuh lawanya adalah, cacat. Adakah manusia yang sejak dilahirkan keadaannya tidak sempurna atau cacat?  Sebelum berusaha menjawab pertanyaan tersebut, hendaknya kita tengok bagaimana standard “lengkap-utuh” menurut ISO-Allah.  Merujuk buku manual dari Allah, komponen-komponen yang merupakan eksistensi sosok manusia antara lain:

-    Penglihatan dan pendengaran (sama’ wa bashor)- Bukan dlm makna fisikal.
-    Qalbu / Fuad / sudur (hati).
-    Fitrah.
-    Jasad/jasmani/tubuh.
-    Ruh.
-    Jiwa / Nafs


Keutuhan atau kelengkapan komponen2 tersebut itulah yang merupakan eksistensi wujud manusia. Alias kalau ada sebagian komponen yg tidak ada atau hilang, ya….bukan manusia namanya! (Genderuwo mungkin.…) Maka adakah manusia yang tidak sempurna?  Dalam pengertian, tidak lengkap atau tidak utuh komponen kemanusiaanya, semua manusia adalah sempurna!

2.    Sempurna dalam konteks perbandingan.
“Manusia itu lemah, hina, suka ingkar, banyak dosa tidak seperti malaikat yang selalu tunduk, patuh,  suci”   “Manusia itu banyak kekurangan, kesempurnaan hanya milik Allah.”

Mari kita lihat perbandingan berikut; Mana yang lebih baik atau lebih sempurna: Printer Canon iP1880 ataukah Honda Supra Fit? Bingung njawabnya kan?  Emang nggak nyambung!!

Kalau melakukan perbandingan, tentu kepada sesama item yang sejenis, sekufu, apple to apple. Suatu perbandingan tentu memakai suatu sumbu ataupun parameter yang sama, sebanding. Manusia dan Malaikat adalah 2 jenis dari makhluk Allah yang berbeda, tidak sejenis-sebanding, bahan dasarnya beda, komponen vitalnya juga beda, wujudnyapun juga jelas tidak sama, masing-masing mempunyai fungsi-peran yang beda, desain tujuannya pun juga lain, dsb juga beda. Maka membandingkan keduanya ya sama aja ngelindur ngelantur. Apalagi membandingkan manusia dengan Allah…?? Ya nggak bisa dibandingkan!!! Mukhalafatu lil hawadisti, kata Pak Kyai (maksudnya; Allah TIDAK BISA dibandingkan dengan apapun. Baik sifat, Dzat, perilaku, dsb)

So,…adakah manusia yang tidak sempurna? Melihat kesempurnaan manusia, tentu harus memakai parameter dan semesta manusia. Jangan semesta malaikat digunakan untuk mengukur kwalitas kesempurnaan manusia. Masa’ mengukur kesempurnaan Printer Canon iP1880 dengan menggunakan parameter/semesta sebuah kendaraan bermotor. Jaka sembung main gitar. nGgak nyambung, jreeeeengng…..

3.    Sempurna yang maknanya; bisa berfungsi dengan benar (sesuai standard).
Sebagai ilustrasi sederhana, katakanlah sebuah Kipas Angin (Wayer) punya standard fungsi: Menyediakan angin atw udara yang bergerak.  Kalau ada Kipas Angin yang mengalami malfuction, sehingga tidak bisa menghasilkan angin, sama saja Kipas Angin tersebut tidak berfungsi, dengan kata lain pada haqiqinya adalah bukan Kipas Angin. Wujud fisikalnya memang sebuah Kipas Angin, tapi nilainya tidaklah sebagaimana lazimnya sebuah Kipas Angin, alih-alih dihargai sebagai sebuah barang rongsokan, atau pajangan saja.

Demikian halnya dengan manusia. Bilamana manusia tidak berhasil menjalankan fungsi kemanusiaanya yang sesuai standard, maka nilai haqiqi yang melekat di dirinya bukanlah sosok manusia, walaupun wujud fisiknya adalah manusia, tapi valuenya adalah value (maaf) binatang. Dan memang secara konsep, ada mekanisme perbaikan, therapy dan sebagainya.

Wallahu a’lam

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution