Meniti Kesempurnaan Iman
99 LANGKAH MENITI KESEMPURNAAN IMAN
Sungguh keliru, jika mengaku Muslim masih salah dalam menentukuan tujuan dan arah hidup. Apalagi secara lalai, abai, atau bahkan
sengaja mengesampingkan aspek iman-taqwa dan lebih memprioritaskan aspek
lain yang sifatnya kenikmatan-kenikmatan semu.
Kenikmatan Semu
Kenikmatan-kenikmatan jasadiah (semu)
sesungguhnya bukanlah sumber kebahagiaan sebagaimana anggapan kebanyakan
manusia baik dari zaman Nabi Adam hingga kelak di masa akhir zaman. Anggapan itu muncul tidak lain karena
manusia lebih mengedepankan kekuatan indera (pragmatisme) dan menafikan
kekuatan mata hati (batin) Bagi mereka kebahagiaan itu adalah
melimpahnya harta, tingginya kekuasaan, dan banyaknya wanita yang berada
dalam kehidupannya. Mereka sama sekali tidak mampu melihat realita di
balik indera. Baginya hidup ini adalah dunia dan tidak ada kehidupan
setelah dunia ini. Allah mengkategorikan orang-orang seperti itu sebagai
orang kafir.
Secara bahasa, makna kafir atau kufur berarti kafara yang
artinya ‘tertutup’ atau terhapus. Sedang yang dimaksudkan dengan orang
kafir adalah orang yang tertutup mata hatinya dari kemampuannya untuk
melihat hakikat kebenaran dan karena itu akan selalu sesat dalam melihat
arti kebahagiaan. Ketika mata hati seorang manusia tertutup
maka akal sehatnya, batinnya, dan perasaannya tidak akan berfungsi
dengan baik. Inilah yang menyebabkan mengapa banyak orang berani melawan
kebenaran dari Allah Subhanahu Wata’ala. Jiwa raganya telah diselimuti
oleh kekuatan setan yang pasti akan selalu berbuat keruasakan dan
kesesatan.
وَإِخْوَانُهُمْ يَمُدُّونَهُمْ فِي الْغَيِّ ثُمَّ لاَ يُقْصِرُونَ
“Mereka yang selalu menyesatkan manusia dari jalan kebenaran ini ada dua yaitu orang yang kafir dan orang yang fasik. Seperti dalam firman-Nya, “Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan).” … (QS.7 Al-A’raf : 202)
Bagi orang yang demikian itu, dan
biasanya kelompok ini selalu ada di setiap zaman, keimanan bukanlah hal
penting. Bagi mereka kebahagiaan sama seperti anggapan kebahagiaan yang
dimiliki oleh Fir’aun, Namrudz, Qarun, dan Tsa’labah memandang
kebahagiaan. .. Na’udzubillahi min dzalik.
|
Jaga iman dan sempurnakan
Setiap Muslim berkewajiban untuk menjaga
keimanannya dan ketaqwaannya kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar mata
hati, akal sehat, dan perasaannya tetap berada diliputi oleh cahaya
kebenaran dari Allah SWT, sehingga terhindar dari mengikuti
langkah-langkah setan. Mengenai hal ini Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wassalam senantiasa mengajarkan umatnya untuk berupaya
semaksimal mungkin menyempurnakan imannya setiap saat, dimana dan kapan
pun juga. Oleh karena itu tidak semestinya seorang Muslim
memprioritaskan hal lain selain sempurnanya iman dalam jiwa dan raga
secara terus-menerus sepanjang hidup. Menjaga iman apalagi menyempurnakannya
bukanlah perkara mudah namun juga tidak berarti tidak bisa diupayakan.
Hanya ada satu syarat seorang Muslim bisa menyempurnakan iman dengan
sebaik-baiknya, yaitu menjadi Muslim secara kaffah.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ
تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” … (QS.2 Al-Baqarah : 208)
Muslim kaffah ialah Muslim yang
senantiasa mengikuti Rasulullah dalam segala hal dalam kehidupannya. Hal
itu tergambar dalam beberapa ayat Al-Qur’an.
Satu di antaranya adalah;
‘Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” … (QS.3 Ali Imran : 31)
Hal inilah yang mendorong Umar bin
Khaththab selalu gelisah dengan kondisi rakyatnya. Oleh karena itu dia
mengharamkan kemewahan bagi diri dan keluarganya. Selain itu Umar
merelakan seluruh hidupnya demi kebahagiaan seluruh rakyatnya yang
menjadi amanah tertinggi baginya sebagai seorang pemimpin. Kerusuhan, kericuhan, dan kesemrawutan
yang terjadi hari ini boleh jadi dikarenakan sudah sangat banyak orang
yang meninggalkan ajaran Islam. Dalam hal apapun; memimpin, berdagang,
belajar, bekerja, hidup dll.
Kesempurnaan Iman
Dunia ini akan tetap aman dan tentram
manakala semua elemen masyarakat, bangsa dan negara mampu memperagakan
nilai-nilai Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari. Seorang Muslim yang baik (imannya) adalah
Muslim yang benar-benar mengikuti risalah Rasulullah. Di antaranya
adalah senantiasa berkata baik atau diam, menghormati tetangga, dan
memuliakan tamu. Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda,
”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.”
(HR. Bukhori – Muslim)
Satu contoh kecil. Sekarang tidak jarang
orang terjebak oleh suasana hati yang kurang bersih, sehingga banyak
juga di antara umat Islam yang perkataannya sering melukai perasaan
saudara sesama Muslim. Belum lagi akhlaq dan amalan-amalan mulia
Islam yang banyak ditinggalkan. Menerima tamu, menghormati tetangga,
bekerja, mengurus keluarga (termasuk suami/istri dan anak), mendidik
yang benar, yang kesemuanya menuju satu kesempurnaan iman.
Contoh lain. Tak sedikit gadis-gadis
Islam tergila-gila pria hanya karena ia ganteng dan cakep. Bukan karena
agamanya. Akibatnya, setelah setahun dua tahun menikah, ujungnya tak
lain perceraian belaka. Tak sedikit orangtua depresi di hari tua,
karena anak-anak yang mereka lahirkan dan diidam-idamkan, akhirnya
tidak memiliki kecintaan dan rasa sayang padanya. Di kala anaknya sudah
sukses dan makmur, mereka jarang datang menjenguknya, kecuali hanya
kiriman uangnya tiap bulan.
“Di saat saya sakit dan menderita, mengjengukpun tidak pernah. Ia hanya mengirimkan uang saja.”
Sesungguhnya tak ada yang salah. Ketika
orangtua mengajarkan dan mendidik anak-anak mereka dengan sentuhan
finansial semata, di kala besar, pendekatan mereka juga finansial dan
uang. Mungkin jika ditanya, anak-anak itu bisa
berkata. “Dulu semua dihitung dengan uang. Kini, ketika saya sukses,
telah aku kembalikan uangnya secara perlahan-lahan.” Banyak orangtua salah mendidik anaknya.
Padahal, aset berharga sebagai bekal hidup di dunia fana adalah amal
jariyah dan anak yang sholeh.
”Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.” … (HR. Muslim)
Itulah sesungguh-sungguhnya aset berharga
para orangtua untuk bekal ke aherat. Akhirnya, marilah kita kembalikan
semuanya pada al-Quran dan Sunnah (tuntunan Rasulullah), semata-mata
agar kita mendapatkan kemulian dan kesempurnaan iman.
99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman
01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do’a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do’a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
56. Cintai keluarga Nabi saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
56. Cintai keluarga Nabi saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;
71. Jangan membiasakan berkata dusta;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;
82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa
setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang
“Sebarkanlah walau satu ayat pun” … (Sabda Rasulullah SAW)
“Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” … ( Surah Al-Ahzab :71)
0 komentar:
Posting Komentar