Fitrah Manusia.
Kupahami fitrah untuk bersyukur menyungkur sujud menyembah Allah dan wafat dalam agama Islam
Ketika Allah Yang Maha Pencipta, Ya Allah ya Khaaliq menyatakan:
“Jadilah!”, maka jadilah apa yang diinginkan Tuhanku atas diriku.
Siapakah aku? Manusia!
Siapakah manusia? Makhluk ciptaan Allah! Bagaimana aku lahir ke dunia? Dari cinta kasih perkawinan orang tua: ibu dan bapak. Sesuai firman Tuhanku Yang Maha Kasih Sayang, Ya Allah ya Rahiim yang diwahyukan kepada rasul terakhir, penutup para nabi, Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril, tertera dalam Kitab Suci Al Quran surat An Nisa ayat 1: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.”
Bagaimanakah Allah menciptakan moyangku yang awal? “Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,” begitu penjelasan Tuhanku di surat Al Hijr ayat 26 Al Quran. Dan dalam Al Quran di surat As-Sajadah ayat 29, Nabi Muhammad saw. menyampaikan: “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
Begitu juga tentang proses kelahiran Nabi Isa, yang lahir tanpa kehadiran seorang bapak dari ibu bernama Maryam. Kata Tuhanku Yang Maha Mengadakan dan Mengembangkan Dari Tiada, Ya Allah ya Baari’ dalam Kitab Al Quran surat Ali Imran ayat 59: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: Jadilah’ (seorang manusia), maka jadilah dia.” “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk,” begitu dijelaskan Tuhanku Yang Maha Pembuat Bentuk, Ya Allah ya Mushawwir dalam Kitab Al Quran surat Al-Mu’minun ayat 12-14. Ilmu pengetahuan pun kemudian membuktikan kebenaran Ya Allah ya Rasyiid, Tuhanku Yang Maha Pandai, bahwa dalam tubuh manusia memang mengandung unsur-unsur yang dikandung tanah: karbon, oksigen, hydrogen, fosfor, sulfur, nitrogen, kalsium, potassium, sodium, magnesium, chlorine, zat besi, tembaga, yodium, fluorine, kobalt, silicon, dan alumunium.
Mengapa laki-laki dan perempuan berpasangan?
Dan tentang firman Tuhanku Yang Maha Cinta Kasih, Ya Allah ya Waduud, dalam Al Quran surat al-Najm ayat 45-46 yang berbunyi: “Bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan.”, terkuaklah hikmahnya melalui kemampuan pengetahuan akal manusia: bahwa mani atau sperma ternyata terbagi dua: jenis yang membawa kromosom laki-laki (Y) dan jenis yang membawa kromosom wanita (Y). Bila Allah mempertemukan sperma pembawa kromosom (Y) dengan ovum pengandung kromosom (X), maka insya Allah akan lahir anak laki-laki. Bila sperma berkromosom (X) bertemu dengan ovum pengandung kromosom (X), maka insya Allah akan lahir anak perempuan.
Bagaimana tanggungjawab seorang anak?
Tuhanku, Ya Allah ya Syakuur, Allah Yang Maha Menerima Syukur, berfirman dalam Al Quran surat Luqman ayat 14: “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu.”
Aku wajib bersyukur kepada Allah yang telah menciptakanku. Aku pun wajib bersyukur kepada ibu-bapak karena telah melahirkanku ke dunia ini. Hingga aku seperti sekarang ini: bisa menikmati hidup dan indahnya dinamika kehidupan. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya,“ bunyi firman Tuhanku. Allah swt. dalam surat Al Isra ayat 23 Al Quran, “Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Nabiku, Muhammad saw. juga menekankan itu pula dalam satu hadis yang diriwayatkan dalam Kitab Shahih Bukhari (1690): Dari Abu Hurairah, katanya: Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw. dan bertanya: “Wahai Rasulullah! Siapakah yang paling berhak aku pergauli dengan baik?” Jawab beliau: “Ibumu!” Tanya orang itu: “Sesudah itu siapa?” Jawab beliau: “Ibumu!” Tanya: “Kemudian itu siapa lagi?” Jawab beliau: “Ibumu!” Tanya: “Siapa lagi?” Jawab beliau: “Kemudian itu bapakmu!”
Bagaimana tanggungjawab orang tua?
Dan aku, sebagai orang tua, memiliki tanggungjawab untuk menjadikan anak-anakku memeluk agama-Nya yang sempurna, yakni agama Islam. Kupelihara keluargaku agar mereka yang kusayangi itu tidak menjadi bahan bakarnya neraka. Sebagaimana firman Tuhanku dalam Al Quran surat At Tahrim ayat 6: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Kubukakan pintu seluas-luasnya bagi anak-anakku untuk memahami fitrah hidayah agama-Nya yang sempurna: Islam. Kujaga perilakuku dan istriku agar menjadi pintu bagi anak-anakku memasuki agama Islam. Kupenuhi rak-rak buku di rumahku dengan buku dan bacaan tentang agama Islam agar menjadi pintu masuk bagi anak-anakku memahami Islam. Kusetelkan perangkat audio visual yang kumiliki dengan syiar Islam agar menjadi pintu masuk bagi anak-anakku memahami agama Islam. Kuminta sanak keluarga dan karib kerabat yang bertandang ke rumahku untuk melaksanakan shalat di rumahku atau di masjid dekat tempat tinggalku, agar itu menjadi pintu masuk bagi anak-anakku memahami Islam.
“Seribu satu pintu dan jendela kubuka selebar-lebarnya agar cahaya hidayah agama Islam menyinari keluargaku. Termasuk doa dan pintaku agar anak cucu keturunanku senantiasa mendapatkan cahaya agama-Nya yang sempurna: Islam-- sepanjang hidup keluarga dan keturunan kami. Aamiin ya Rabbal Aallamin.” Bukankah Nabi Ibrahim, bapak para nabi pengajar agama samawi, telah memilihkan bagi anak-anaknya agama tauhid?
Bacalah dalam surat Al Baqarah ayat 132: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.
Seorang anak dilahirkan dalam keadaan fitrahnya beragama tauhid yang sempurna, menyembah satu Tuhan yakni Allah Yang Maha Esa tanpa sekutu, sebagaimana diajarkan dalam agama Islam. Bila anak itu kemudian menjadi tidak beragama atau memeluk agama nonIslam, maka itu disebabkan oleh peran kedua orang tuanya.
Sebagaimana dikatakan
Nabiku, Muhammad saw. diriwayatkan Abu Hurairah, dalam kitab Hadis
Bukhari dan Muslim (1527): Rasulullah saw. bersabda: “Setiap anak itu
dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya
menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi.
Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat,
apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya?” (Dana Anwari)
0 komentar:
Posting Komentar