Kamis, 10 Oktober 2013

Amal Tanpa Keikhlasan

SAUDARAKU FILLAH

Diantara tanda keikhlasan seseorang adalah ia semakin gembira dan bahagia tatkala semakin tidak ada orang yang melihat atau mengetahui amalan sholeh yang ia kerjakan.

Tatkala ia mengetahui bahwasanya hanyalah Allah yang mengetahui amalan sholehnya maka hatinyapun berbinar-binar.

Pernahkan anda merasakan kebahagiaan tersebut??

jika pernah maka bergembiralah, pertahankanlah kebahagiaan tersebut, semoga anda termasuk orang-orang yang ikhlas.

Namun jika tidak pernah anda rasakan maka berangan-anganlah jika anda beramal sholeh baik haji atau umroh atau bersedekah atau ikut pengajian atau berdakwah atau membantu orang lain agar tak seorangpun yang mengetahuinya kecuali Allah ta’aalaa.

Angan-angan ini sangatlah berat dan sulit… akan tetapi berdoalah…

Allahlah yang membolak-balikan hati kita.



CIRI CIRI ORANG IKHLAS


Bismillah....

Ciri-ciri tidak ikhlas dalam beramal: bila dipuji.. tambah semangat. Bila tidak dipuji.. kurang semangat. Jika dicela.. patah semangat.

Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir.  Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.”

Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang- orang munafik.”

“Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima.

Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.”

Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.

Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran.

Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan.

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.”
Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.

 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution