Zikir Sebagai Taman Hakiki
Seorang ayah mengajak isteri dan anak-anaknya berwisata keluar kota.
Sang ayah berharap agar keluarga yang dipimpinnya bisa menemukan
ketenangan, rileksasi, dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari.
Tibalah sang ayah dan keluarganya di suatu tempat yang penuh dengan
suasana hijau. Pepohonan nan rindang menyejukkan pandangan mata,
rerumputan yang senantiasa menghaluskan pijakan dan tapakan kaki yang
begitu lelah dengan suasana kota. Suasana pegunungan nan biru
menyegarkan kembali harmonisasi hubungan keluarga.
“Ah, sungguh tempat yang tepat untuk mencari ketenangan,” ujar sang
ayah sambil memandangi keriangan isteri dan anak-anaknya ketika membaur
dengan suasana hijau. Sebuah penginapan pun menanti mereka untuk
mendapatkan kesegaran baru dari penatnya perjalanan jauh.
Hari pun berganti, dan tibalah sang ayah dan keluarga yang
dipimpimnya kembali menuju kehidupan kota. Mulailah terbayang oleh
masing-masing mereka sebuah kepenatan, kebisingan, kekhawatiran, dan
berbagai ketidaknyamanan yang seperti biasa mereka hadapi.
Sang ayah memandangi reaksi mereka satu per satu ketika kendaraan
yang mereka tumpangi berhenti di rumah mereka yang padat. “Ah, aku hanya
mengajak keluargaku lari dari kebisingan. Bukan ketenangan yang
hakiki,” batin sang ayah sambil menyemangati isteri dan anak-anaknya
dengan hiasan senyuman.
Hidup butuh keseimbangan. Ketika kepenatan dan berbagai perasaan tak
nyaman menumpuk, orang butuh ketenangan. Itulah arah yang mereka kejar
untuk mendapatkan keseimbangan baru dalam hidup.
Sayangnya, ketenangan yang mereka cari hanya sebuah selingan dari
berbagai himpitan kesibukan hidup yang sangat melelahkan. Ketenangan
dalam taman-taman yang mereka cari, ternyata hanya lapisan tipis gula
pemanis dari tumpukan pahitnya hidup yang menggelut.
Bukan itu taman yang sebenarnya mereka cari. Taman ketenangan yang
melahirkan keseimbangan hidup sebenarnya tidak semahal yang selama ini
orang kejar. Ia dalam diri setiap manusia. Itulah hati. Berzikirlah,
niscaya ketenangan akan melekat dalam hati untuk kurun yang lama.
Berzikirlah dan berzikirlah, karena di situlah ketenangan yang
hakiki. Berzikirlah, karena di situlah taman penenang hati yang
sebenarnya.”
0 komentar:
Posting Komentar