Kamis, 03 Oktober 2013

Utsman bin Affan Si Super Dermawan

Malaikat pun Malu Padanya

Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”


Ya, dialah Utsman bin Affan. Sejarah umat Islam telah mencatat bahwa ketika masa kekhalifahan beliau selama kurang lebih 12 tahun, banyak kemajuan dan perkembangan yang dialami oleh umat ini.

Apa pelajaran-pelajaran yang bisa kita peroleh dari sosok Kholifah ke-3 Umat Islam ini? Banyak sekali, diantaranya sebagai berikut.

1. Dermawan yang Luar Biasa
Siapa bilang seorang Muslim yang zuhud tidak boleh kaya? Zuhud bukan berarti tidak boleh kaya. Justru Islam menganjurkan pemeluknya untuk kaya. Tetapi ingat, jangan sampai karena mengejar kekayaan dunia hingga melupakan kita beribadah dan mengingat ALLAH SWT. Jangan sampai kita ditakhlukkan oleh harta dunia sehingga meninggalkan barisan jamaah dakwah yang mulia ini. Seorang muslim yang zuhud justru sebaliknya. Dia menganggap bahwa harta dunia adalah amanah dunia untuk memperjuangkan ketinggian kalimah ALLAH SWT. Maka dari itu, dia bukan diperbudak harta dunia, tetapi malah memperbudak harta dunia. Dia mempergunakan kekayaan yang dia miliki sebagai alat beribadah agar semakin mendekatkan diri kepada ALLAH SWT.

Ini buktinya. Utsman bin Affan adalah salah satu saudagar terkaya di Mekah. Tetapi dengan kekayaannya itu, beliau perjuangkan keagungan rislalah ini. Di antara buktinya adalah sebagai berikut.

Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi yaitu sumur Ruumah- seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Lalu beliau memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya. Beliau juga mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya ekspedisi tersebut. Pada masa pemerintahan Abu Bakar,Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.

Bagaiamana teman-teman? Sungguh luar biasa kan kedermawanan beliau?

Nah, agar menjadi Muslim yang semakin sempurna, yuk jadi Muslim yang kaya raya, lalu kita teladani perilaku beliau ini.

2. Rasa Pemalu
Jadi umat Islam harus berani. Berani mengorbankan apa pun yang kita miliki untuk memperjuangkan risalah suci ini. Tetapi, Islam juga mengajarkan kita agar memiliki sifat malu. Seperti sabda Rasulullah SAW: “Malu itu sebagian dari iman.”

Nah, Utsman ini adalah sosok yang sangat pemalu hingga Malaikat penduduk langit pun sangat malu terhadapnya.

Sekarang coba kita introspeksi. Jika kita berbohong sedikit saja, apakah kita tidak malu kepada ALLAH SWT yang memberi nikmat berupa bibir dan mulut ini? Jika kita menyaksikan kemaksiatan, apakah kita tidak malu kepada ALLAH SWT yang telah memberi nikmat berupa kedua mata ini? Apakah kita telah mensyukuri nikmat tubuh kita ini dengan sebaik mungkin? Sudahkah kita gunakan anggota badan yang utuh ini untuk memperbanyak amal, atau sebaliknya, justru menambah banyak kemaksiatan?

3. Dzan Nuraini (Pemilik 2 Cahaya)
Hanya Utsman bin Affan yang memperoleh gelar mulia ini. Mengapa? Karena beliaulah satu-satunya sahabat yang menikahi 2 putri Rasulullah SAW: Ruqoyyah dan Ummu Kultsum.

Lalu apakah yang harus kita contoh dari hal ini? Apakah kita nantinya harus memiliki 2 istri? Tentu tidak. Utsman bisa menikahi putri Rasulullah SAW. Tentu hal itu adalah suatu kemuliaan yang luar biasa. Nabi SAW pun tidak sembarangan memilih Utsman sebagai menantunya. Perlu beberapa lama untuk mengenal Utsman lebih jauh bagi Rasulullah SAW. Setelah yakin, barulah beliau menikahkan putrinya dengan Utsman bin Affan.
Nah, begitu juga dengan kita. Memperoleh jodoh yang solih/solihah tentu adalah sebuah kemuliaan yang sangat berharga, terlebih lagi di zaman sekarang. Lalu bagaimana untuk bisa memperolehnya? Ya, tentu dimulai dari diri sendiri. Laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik dan wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Bagi sahabat yang belum menikah, mari kita perbaiki akhlak dan perilaku kita mulai detik ini.

Mari menjaga perilaku dengan yang bukan muhrim. Jika kita bisa menjadi Muslim terbaik, insyaALLAH nanti jodoh terbaik pun telah dipersiapkan oleh ALLAH SWT. Semoga dari diri kita dan pasangan kita yang baik tersebut nantinya lahir generasi-generasi unggul yang siap meneruskan estafet perjuangan dakwah ini. Generasi keturunan solih/solihah itulah insyaALLAH yang akan investasi besar kita, di dunia hingga akhirat. Amin.

4. Rendah Hati
Beliau memiliki kerendah hatian yang begitu besar. Hal itu bisa terbukti ketika pergantian khalifah saat itu. Ketika bermusyawarah, beliau sama sekali tidak memiliki ambisi untuk menjadi khalifah. Bahkan, beliau sempat memilih Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, akhirnya sebagian besar rakyat Madinah memilih Utsman yang menjadi dasar terpilihnya beliau menjadi khalifah. Dan Ali bin Abi Thalib pun menjadi orang kedua yang membaiat beliau setelah penentu keputusan, Abdurrahman bin Auf.

Inilah bukti bahwa beliau bukanlah orang yang sangat berambisi mengejar kedudukan. Beliau menganggap kedudukan khalifah adalah sebuah amanah besar yang harus ditunaikan dengan sungguh-sungguh dan penuh tangggung jawab.

5. Tidak ingin Orang Lain Berkorban Untuknya
Ketika rumah beliau dikepung oleh sekelompok pemberontak, banyak di antara sahabat yang menawarkan bantuan untuk menjaga rumah beliau dan siap berperang menjaga keselamatan beliau. Namun, beliau menolak semua bantuan itu. Bahkan, beliau telah merelakan nyawanya sendiri demi menjaga umat dari terpecah-belah. Akhirnya, beliau pun wafat di tangan pemberontak ketika sedang membaca Al Quran. Subhanalloh.

6. Kecintaan yang Luar Biasa terhadap Al Quran.
“Kalau hati kita suci, niscaya kita tidak akan pernah puas dengan firman Tuhan. Aku benci bila sehari saja tidak melihat mushaf”

Itulah kata-kata Utsman yang dikenang selalu oleh Abdurrahman at-Taimi. Kesaksian serupa diungkapkan pula oleh Hassan yang menyebutkan Utsman rajin mengkhatamkan al-Qur’an dalam satu rakaat. Bahkan ar-Rawi pernah melihat mushaf al-Qur’an milik Utsman banyak yang robek karena terlalu sering dibaca.
Dari rasa kecintaannya yang begitu besar terhadap al-Qur’an inilah kemudian di masa ia menjadi khalifah ketiga kaum muslimin, Utsman menyusun al-Qur’an dalam bentuk Mushaf yang di masa sebelumnya masih berupa tumpukan Shuhuf-shuhuf dan sekaligus menyatukan gaya bahasanya (Qira’at).

Nah, itulah pelajaran-pelajaran berharga dari sosok besar, Utsman bin Affan ra. Yuk, meski perlahan-perlahan, kita pasti bisa meneladaninya, dan semoga kita nanti menjadi generasi Muslim terbaik. 

Amin,

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution