Jumat, 18 Oktober 2013

Pangkal Lidah itu Hati

Pentingnya Menjaga Lisan dan Hati

Sebagai tempat iman, hati memang harus dijaga secara ekstra. Sebab, jika ia busuk dan kotor, jelas iman semakin menghindarinya


MULUT merupakan anggota tubuh yang terletak di bagian wajah. Posisinya yang strategis membuatnya cukup jadi perhatian. Tak jarang kita temui orang yang gemar “ menghias “ mulutnya dengan berbagai macam cara, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Semua itu dilakukan bertujuan agar dia lebih percaya diri untuk tampil di hadapan publik.

Tetapi, yang lebih penting dari itu adalah keberadaan mulut sebagai penentu baik dan buruk seseorang, sekaligus konsekuensinya, yaitu bahagia atau sengsara. Banyak pepatah Arab soal pernyataan ini, seperti : celakanya seseorang itu bukan karena terpelesetnya kaki, melainkan karena terpelesetnya mulut, selamatnya seseorang itu karena penjagaan terhadap lisannya, dan lain-lain. Ini karena mulut merupakan media yang sangat efektif bagi seseorang untuk mengungkapkan kata hatinya.

Melihat pada peran penting mulut itu, hingga ada yang menyatakan segala perkataan yang keluar darinya merupakan representasi dari kepribadian seseorang. Hal ini memang cukup pelik. mengingat belum dapat dipastikan, misalnya orang tutur katanya terdengar baik dan lembut belum pasti ia memiliki karakter seperti itu, karena bisa jadi hal itu dilakukan karena ada maksud-maksud terselubung.
Untuk itu, mulut sangat erat dengan hati. Dan di sini, orang tidak bisa main-main lagi karena siapapun tidak akan bisa membohongi diri sendiri. Hati yang tulus akan melahirkan perkataan yang menentramkan bagi orang yang mendengarnya.
Ada satu kisah tentang seorang yang mampu menjaga mulutnya untuk tetap berada pada jalur kebaikan dan kebenaran, yang kemudian namanya diabadikan Allah dalam Al-qur’an sebagai salah satu teladan bagi umat manusia, yaitu LUKMAN HAKIM. Dia seorang budak hitam ( wahsyi ), yang memiliki bibir tebal dan dua kaki melekuk. Dapat dibayangkan, secara fisik jelas bukan tergolong orang yang tampan. Tetapi, dari bibirnya yang tampak kurang sedap dipandang mata itu, justru tercermin kelebihannya dibandingkan orang lain, yaitu dia selalu tidak mengeluarkan suatupun dari mulutnya selain hal-hal yang mulia, penuh makna dan hikmah, serta berguna.

Suatu hari, diperintahkan tuannya menyembelih beberapa ekor kambing karena ada suatu tujuan tertentu. Setelah kambing-kambing itu disembelih, ia disuruh mengambilkan dua bagian yang terbaik dari daging kambing tersebut. Beberapa saat kemudian, dia menghadap tuannya dengan membawa potongan HATI dan LIDAH.

Setelah tuannya memastikan kedua potong daging itu telah berada di tangannya, dia kembali menyuruh Lukman mengambilkan dua potong daging lagi, tetapi kali ini dari bagian yang terburuk. Tak lama kemudian, dia kembali menghadap tuannya dengan membawa potongan HATI dan LIDAH.

Sudah tentu ulah Lukman ini terasa ganjil di mata tuannya, yaitu daging yang terbaik dan yang terburuk sama bentuknya. Ia lantas minta Lukman menjelaskan keganjilan perbuatannya itu.

Lukman kemudian menguraikan, “ Bila kedua bagian ini sudah baik, tidak ada lagi yang lebih baik dari keduanya. Sebaliknya, bila kedua bagian ini buruk, tidak ada lagi yang lebih buruk dibandingkan dengan keduanya.”

Kisah ini telah memberikan satu gambaran yang sangat jelas bahwa kedua bagian fisik manusia yang memiliki peran penting dalam mencitrakan baik atau buruk adalah HATI dan MULUT. Keduanya memang tidak dapat dipisahkan, karena masing-masing bergantung pada yang lain. Untuk itu, keduanya harus dijaga secara bersamaan, Sebab, jika yang satu menyimpang, maka yang lain akan mengikutinya.

Nabi sering mengingatkan untuk serius dalam menjaga MULUT. Pada satu kesempatan, ia menyatakan berkaitan dengan sikap yang semestinya dilakukan seorang mukmin. Menurut beliau, seorang yang telah menyatakan diri beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaknya hanya berbicara yang baik-baik, dan kalau ia tidak sanggup untuk itu, sebaiknya diam saja.

Pada kesempatan yang lain, Nabi juga menegaskan akibat bagi orang yang tidak mampu menjaga mulutnya adalah menjadi penghuni Neraka. Penegasan Nabi ini membuktikan adanya kaitan yang erat antara perkataan dan keimanan. Perkataan yang baik jelas mencerminkan iman yang tebal. Sebaliknya, dengan iman yang kuat, seseorang tak akan membiarkan mulutnya untuk berkata-kata kotor.

Karena iman akan menyelamatkan seseorang, maka mulut juga akan menyelamatkannya. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, menjaga mulut berarti juga menjaga keimanan. Dan karena iman itu merupakan suatu keyakinan dalam hati, maka hati juga harus diperhatikan.

Nabi mengingatkan bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang bila ia baik, maka seluruh kediriannya akan baik, dan bila ia rusak, maka seluruh kediriannya akan rusak, yaitu hati.

Sebagai tempat iman, hati memang harus dijaga secara ekstra. Sebab, jika ia busuk dan kotor, jelas iman semakin menghindarinya. Ketika iman sudah semakin jauh, mulut akan semakin tak terkendali. Pada saat itulah, kehancuran orang mulai menghampirinya. 

 Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution