Jumat, 11 Oktober 2013

Pentingnya Menjaga Perasaan Saudara Kita

Jagalah Perasaan Saudaramu, Jangan Sakiti Hatinya. 

Nabi SAW bersabda : “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dia aniaya untuk ditanggungkan kepadanya.” [HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a]. 


Astaghfirullah al’adzim, itulah kalimat pertama yang saya ucap tatkala membaca hadist tersebut pada sebuah lembar buletin jum’at yang biasa tertera di Masjid. Saya jadi berfikir, apakah selama interaksi dengan orang lain, baik kerabat, teman atau orang lain yang pernah berinteraksi, apakah mereka tidak pernah merasa terzalimi, tersakiti, teraniaya secara lisan? Ataukah pernah dan memendam di hati? Astaghfirullah al’adzim. Dalam diskusi tentang dakwah, berdiskusi dengan harokah dakwah lain.  Apakah kita telah berdiskusi secara ahsan? Apakah kita telah berdiskusi dalam rangka mencari kebenaran, bukan mencari pembenaran? Apakah diskusi yang kita lakukan tidak dalam membuka aib lawan diskusi kita karena telah kalah hujjah? Sebagaimana kata seorang ikhwah : “ketidakmilikan hujjah seseorang dalam berdiskusi, maka orang tersebut akan akan menyerang dari sisi selain hujjah lawan diskusinya” Atau tatkala kita membuka aib saudara kita sesama muslim hanya karena faktor ketidaksukaan kita kepadanya. Na’udzubillahi mindzalik. 

Hadist diatas menggambarkan kepada kita, bahwa tatkala kita tidak meminta maaf kepada orang yang kita rasa pernah kita sakiti,baik secara fisik maupun non fisik (kata-kata),maka wajiblah kita untuk meminta maaf. Jika tidak, maka kelak semua amal shalih kita akan diambil untuk menghilangkan dosa dari menganiaya tersebut sesuai kadarnya, dan jika kita tidak punya sama sekali amal shalih atau kebaikan, maka kita akan mendapatkan tambahan kejahatan dari orang yang kita aniaya tersebut, sehingga semakin membertakan timbangan dosa kita di yaumul mizan kelak, yakni hari dimana dilakukan pertimbangan amal baik dan buruk.

 Semua orang tentu mempunyai aib. Dan tentu pula ia tidak mau orang lain tahu akan aib yang dimiliki. Bisa dibayangkan jika orang tersebut aibnya dibuka oleh orang lain, diceritakan dibelakang dia, atau semisal ditayangkan di televise sebagaimana hiburan infotainment di TV. Padahal Allah SWT menyuruh kita untuk menutupi aib saudara kita sendiri. “Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. 

Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya. Barang siapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenteraman, rahmat Allah akan menyelimuti mereka, dan Allah memuji mereka di hadapan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya. Barang siapa amalnya lambat, maka tidak akan disempurnakan oleh kemuliaan nasabnya.” (HR Muslim) 

Maka, berfikirlah sebelum berkata, berfikirlah sebelum berbuat. Bayangkan bahwa dia adalah kita. Posisikan kita sebagai dia. Posisikan kita yang aibnya di buka ataupun perasaannya di sakiti tatkala kita melontarkan perkataan atau kalimat yang itu membuat hati menjadi tersakiti. Bagi para hamilud dakwah, berdakwahlah dengan cara yang makruf. Bukan hanya berusaha menjaga perasaan hati para mad’u kita, namun juga menjaga perasaan saudara kita walaupun berbeda harokah dakwah. 

Berfikirlah sebelum berkata, dan berfikirlah sebelum berbuat. Dalam sebuah riwayat yangdiketengahkan oleh Imam at-Tirmidzi dijelaskan bahwa kunci untuk meraih keluhuran jiwa adalah menjaga lisan. Mu’adz ra berkata, Saya bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah beritahukan kepada saya amal perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam sorga dan menjauhkan dari neraka?” Beliau bersabda: “Kamu benar-benar menanyakansesuatu yang sangat besar. 

Sesungguhnya hal itu sangat mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah SWT, yaitu: Hendaklah kamu menyembah kepada Allah dengan tidak menyekutukanNya dengan sesuatuapapun, mendirikansholat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadlan, dan berhaji ke Baitullah bila kamu mampu menempuh perjalanannya.” Selanjutnya, beliau bersabda, “Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, shadaqah dapat menghilangkan dosa seperti halnya air memadamkan api, dan sholat seseorang pada tengah malam.” 

Beliau lantas membaca ayat yang artinya, “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, serta mereka menafkahkan sebagian rizki yang telah Kamiberikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu bermacam-macam nikmat yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” 

Lalu, beliau bertanya kembali, “Maukah engkau aku tunjukkan pokok dan tiang dari segala sesuatu dan puncak keluhuran?” Saya berkata, “Baiklah ya Rasulullah.” Rasulullah Saw berkata, “Pokok segala sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah sholat, dan puncak keluhurannya adalah berjuang di jalan Allah.” Kemudian beliau bersabda, “Maukah kamu aku tunjukkantentang kunci dari kesemuanya itu?” Saya menjawab, “Tentu ya Rasulullah.” 

Beliau lantas memegang lidahnya seraya berkata, “Peliharalah ini.” Saya berkata, “Ya Rasulullah, apakah kami akan dituntut atas apa yang kami katakan?” Beliau bersabda “Celaka kamu, bukankah wajah manusia tersungkur ke dalam neraka, tidak lain karena akibat lidah mereka?” [HR. at-Tirmidzi].

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution