Jumat, 04 Oktober 2013

Mari Sayangi Mertua Kita

Bijaksana Menghadapi Mertua

Sikap bijak dalam Islam dikenal dengan Akhlaq, yang berarti “tabiat”, “sifat”, “Dien”. Begitulah makna akhlaq sebagaimana disebutkan dalam An-Nihayah oleh Ibnu Atsir. Ahklaq itu mempunyai dan meliputi cangkupan yang sangat luas. Dari hal yang terkecil hingga yang paling besar, dari hal yang ‘remeh’ hingga hal yang penting. Dari menyingkirkan duri di jalan dan benda- benda yang dapat membahayakan keselamatan orang lain hingga berkata yang benar terhadap penguasa yang zalim. Dari hal senyum hingga al-wala’ wal bara’. Tak luput juga dalam hal bersikap bijaksana terhadap mertua.


Mertua adalah sebutan dalam hubungan/sistim kekerabatan yang merunjuk pada orang tua istri atau suami. Selain merujuk pada ayah mertua dan ibu mertua juga dapat merujuk pada kakek atau nenek mertua. Lawan dari kata mertua adalah menantu.

Ada lima hal pokok yang perlu kita perhatikan ketika bermu’asyarah atau berbaur bersama mereka supaya tercipta hubungan harmonis antara menantu dan mertua. Kelima hal pokok tersebut adalah:

1. Menghormatinya
Islam mengajarkan kepada umatnya agar menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda. Menghormati dalam hal berkata santun dan ramah ketika berkomunikasi dengannya, menggunakan bahasa yang pas saat menjawab pertanyaan darinya, mendahulukannya saat makan bersama, mengutarakan pendapat, dan semua hal yang menjadi tata krama; bak seorang anak dengan orang tuanya sendiri.

Diterangkan dalam sebuah hadits dari Ibnu al-Sarh, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا فَلَيْسَ مِنَّا

"Siapa yang tidak menyayangi orang yang kecil di antara kami dan tidak mengerti hak orang yang lebih besar di antara kami, maka ia bukan dari golongan kami." (HR. Abu Daud)

Menantu menghormati mertua dan mertuapun menyayangi menantu. Hubungan timbal balik semacam ini akan melahirkan mahabbah (kecintaan dan sayang) diantara mereka.

2. Menyayanginya
Orang Muslim itu penyayang. Karena sikap berkasih sayang adalah buah dari taatnya seorang hamba dalam mengamalkan perintah Allah dan Rasul-Nya. Ia menjadi tanda jiwa yang bening dan hati yang bersih. Dalam mengerjakan kebaikan, mengerjakan amal shalih, menjauhi keburukan, dan menghindari kerusakan, orang Muslim selalu berada dalam keadaan hati yang bersih dan jiwa yang baik. Barangsiapa keadaannya seperti itu, maka sifat kasih sayang tidak berpisah dengan hatinya. Maka sudah sepantasnya mertua kita sayangi seperti sayangnya seorang anak kepada orang tua kanungnya sendiri.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ

Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka adalah golongan kanan.(QS. Al-Balad : 17-18)

Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Para penyayang akan disayangi oleh Ar Rahman. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa saja yang di langit.” (HR. Abu Daud)

Da;am sabda yang lain, “Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang. (HR. Al-Bukhari)

3. Menasehatinya
Sifat rahmah atau kasih sayang akan menumbuhkan sikap untuk saling memberi nasehat, baik dalam hal tarhib wa targhib  (anjuran dan peringatan). Karenanya, seorang menantu yang baik tidak rela jika mertuanya berada dalam kesesatan, kebid’ahan, kesyirikan, khurafat dan penyimpangan lainnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. Al-Tahrim: 6)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu ia berkata; Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

الدِّينُ النَّصِيحَةُ ثَلَاثَ مِرَارٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

Agama itu adalah nasehat." Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Kemudian para shahabat bertanya, "Bagi siapakah wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Bagi Allah, Kitab-Nya, bagi para pemimpin dan kaum muslimin seluruhnya.” (HR. Muslim)

4. Mendo’akannya
Salah satu karakter menantu yang baik adalah suka dan gemar mendo’akan mertuanya agar selalu diberikan kebaikan, kesehatan, kemakmuran, kebenaran, dan juga diringankan segala beban yang sedang mereka pikul. kita memang harus saling mendo’akan. Karena  berdo’a merupakan intinya ibadah dan senjata kaum muslimin. Begitu jugalah antara menantu dan mertua selama masih  sesama mukmin harus saling peduli dan saling mendo’akan. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

مَنْ لَمْ يَهْتَمَّ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ

Barangsiapa yang tidak memiliki kepudulian dengan urusan umat Islam, maka ia tidak termasuk mereka.” (HR.Al-Baihaqi dan Ath-Thabarani)

5. Menjenguknya
Menjenguk mertua dalam rangka bersilaturahim merupakan sebab yang dapat mempererat hubungan antara menantu dan mertua. Dengan demikian akan saling ta’aruf, tafahum, ta’awun diantara mereka khususnya bagi menantu maupun mertua yang tidak serumah.

Sesungguhnya silaturrahim termasuk ibadah kepada Allah yang paling baik dan ketaatan yang paling agung. Ia memiliki kedudukan yang tertinggi di sisi Allah, keberkahan yang besar, sebab yang mendatang kebaikan secara umum di dunia dan akhirat. Maka silaturrahim merupakan kebutuhan secara fitrah dan sosial.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِي الْأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِي الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِي الْأَثَرِ

Belajarlah dari nasab kalian yang dapat membantu untuk silaturrahmi karena silaturrahmi itu dapat membawa kecintaan dalam keluarga dan memperbanyak harta, serta dapat memperpanjang umur.” (HR. Al-Tirmidzi)

Mari sayangi mertua kita, sebagimana kita menyayangi Kedua orang tua kita, karena di sana ada do´a untuk kebahagian rumah tangga kita. 

Wallahu Ta’ala A´lam.
Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution