Selasa, 25 Maret 2014

Skript Naskah Hidup Kita Sudah Dibuat Allah

Hidup kita dunia ini sudah diatur oleh Allah SWT


Sahabat-sahabatku, hidup kita dunia ini sudah diatur oleh Allah SWT, setiap manusia memiliki peranannya masing dan juga episode-episode kehidupan yang harus dilaluinya. Setiap manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing. Disinilah akan terlihat mana manusia benar-benar beriman atau tidak. dan bagaimana proses manusia dalam menjalani dan menerima semua ketentuan takdir Allah itulah yang merupakan bagian terpenting dan juga yang merupakan jalan yang akan menghantarkan manusia itu pada kebahagiaan dan keselamatan hidup didunia dan akhirat atau sebaliknya. 
 Hidup ini tidak ubahnya seperti sebuah drama atau sandiwara. Setiap orang mempunyai perannya masing-masing. Setiap dari peran itu mempunyai konskuensi tersendiri. Namun terkadang dalam waktu tertentu seolah kita berada di bangku penonton menyaksikan drama tersebut, dan membuat kita bisa menilai, memprotes, dan mengkiritik atas perbuatan/permainan dari pemain yang memainkannya atau memprotes alur ceritanya.

Padahal saat kita diposisikan oleh Allah melakoni peran tersebut, kadang kita juga belum tentu bisa memerankankannya dan menjalaninya dengan baik, dan kita hanya bisa memerankan, menjalankan peran yang ada, tanpa bisa menilai, mengkritik dan memprotes peran yang sudah diberikan Allah untuk kita. Yang harus dan yang bisa kita lakukan kita lakukan hanyalah memahami peran yang diberikanNya dan melakoninya, menjalaninya dengan sebaik-baiknya.

Allah SWT mempunyai kuasa penuh atas adegan-adegan hamba-Nya dalam setiap episode kehidupan ini. Setiap orang mendapat perannya masing-masing, skript naskah hidup kita sudah ditentukan oleh Allah SWT dalam kitab Lahul Mahfuz dan dalam memerankan/menjalaninya, kita dikaruniai dua jalan, yaitu kebaikan dan kefasikan. alam surah Asy Syams :{91} : 7-8 Allah SWT berfirman, “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”
 
 Dalam drama Illahi, kita sebagai manusia mempunyai kebebasan dan diberi kewenangan dalam menentukan peran kita. Bahkan untuk menjadikan diri kita sebagai pemeran utamapun, diperbolehkan oleh Allah, hanya saja Allah SWT memberikan garis besar alur cerita dan konsekuensi setiap peran yang kita pilih dan kita mainkan

Namun yang kadang terjadi adalah, kita yang memilih peran hidup kita tetapi kadang kita juga yang suka merasa tidak puas dengan suatu keadaan, atau suatu adegan dalam episode hidup yang kita jalani Jika kita menemukan kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan kita, kita kecewa dan menggerutu kepada Allah, kita maunya semua sesuai dengan harapan dan keinginan kita.

Padahal selama kita hidup didunia ini, semua kenyataan baik dan tidak baik, membahagiakan atau mengecewakan, itu adalah hal yang lumrah terjadi dan pasti kita alami, dan kadang datang silih berganti dalam hidup kita, semua kembali pada diri kita sendiri, bagaimana kita menyikapinya.

Ada juga dari kita yang saat diberikan peran yang tidak menyenangkan oleh Allah SWT, peran yang mengharuskan kita rela, ikhlas dan ridho terhadap ketentuan takdirNya yang tidak menyenangkan bagi kita, maka kemudian kita mempertanyakan keadilan Allah dan menuduh bahwasanya Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna dan Adil, telah berlaku tidak adil kepada kita, hanya karena kita merasa berat menerima ketentuan takdirNya yang terasa menyakitkan kita.

Semua itu tidak benar, Allah SWT berlaku sangat baik dan sangat adil kepada kita. “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”. (QS An Nisa [4] : 40 ). Sesungguhnya kitalah yang menganiaya diri kita sendiri. . Lihat juga surah Ali Imran : 182 dan Al Anfal : 51

Ada dari kita, yang saat dihadapkan pada suatu pesoalan berat yang menuntut kerelaan dan keridhoan kita dalam menerima dan menjalaninya, kita merasa begitu berat dan menunjukkan sikap tidak terima, bahkan protes kepada Allah mengapa kita ditakdirkan hidup seperti ini? Dan kita bersikeras menolak ketentuan Allah yang tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu kita?

Mengapa ada dari kita yang merasa merasa tidak sanggup menerima dan menjalani ketetapan/takdir yang diberikanNya? Padahal Allah telah memberikan jaminan dalam firmanNya “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS Al Baqarah 286).

Lalu mengapa kita menuduh Allah sebagai pembohong? Dengan kita merasa tidak sanggup menerima dan menjalani takdirNya, itu sama saja secara tidak langsung, kita telah menuduh Allah sebagai pembohong, karena tidak percaya pada jaminanNya di surah Al Baqarah 286 tsb diatas. Ini merupakan tanda lemahnya iman dan tauhid kita dan tidak adanya baiksangka dan ketawakalan terhadap ketentuan takdirNya.

Padahal jika kita mau bersabar dan mencoba menerima semua ketentuan takdirNya dengan sikap dan penerimaan yang baik, ridho terhadap semua ketentuanNya, Insya Allah kita akan temukan bahwasanya, semua ketentuanNya yang kita tidak sukai itu adalah mengandung rahmat dan kasih sayangNya yang tidak terhingga, mengandung keridhoanNya untuk kita. Allah SWT berfirman“…..karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An Nisaa : 19)

“….Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu Tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 216

Sahabat2ku, sekarang waktunya kita bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kita menyikapi dan menjalani semua ketentuan takdirNya selama ini? Apakah kita hanya mampu menerima dengan lapang dada ketentuan2Nya yang mengenakkan/menyenangkan hati kita?

Atau apakah kita juga telah mampu menyikapi dan menerima dengan penuh kerelaan dan keridhoan, terhadap ketentuan-ketentuanNya yang tidak mengenakkan kita/yang menyakitkan kita? Apakah kita selama ini hanya mau terima takdirNya yang enak-enak saja dan menolak, menggerutu, tidak rela, tidak ikhlas, tidak ridho terhadap ketentuanNya yang tidak kita sukai/yang menyakitkan kita?

Jika iya, itu menandakan iman kita masih kekanak-kanakan, jauh dari kedewaasan iman dan kita masih belum sepenuhnya mengenal Allah dan bertawakal padaNya. Itu menunjukkan bahwa iman kita baru hanya sebatas lisan saja, karena jika kita benar-benar telah beriman padaNya dengan sebenar-benarnya iman, maka kita akan tawakal dan ridho terhadap segala sesuatu yang diperbuatNya dan ridho terhadap segala ketentuan takdirNya dan aturanNya. Karena kita meyakini bahwa semua ketentuan takdir Allah dan pengaturan Allah untuk kita adalah yang terbaik

Sahabat-sahabat semua, saya yang menulis tulisan ini ini juga masih terus belajar untuk benar-benar bisa jadi hamba Allah yang tawakal dan ridho dengan segala ketentuan takdirNya, saya juga masih terus berusaha dan belajar memhami setiap peran yang diberikanNya dan memainkan/menjalaninya dengan sebaik-sebaiknya. Tulisan ini sebagai pengingat untuk diri saya sendiri, semoga bermanfaat untuk sahabat-sahabat semua.

Dewi Yana

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution