Memilih Teman Yang Baik Secara Islam
Pertemanan (friendship) merupakan sebuah makna signifikan
yang mesti ditafsirkan ulang makna dari “teman baik” berbeda dari satu orang ke
yang lainnya. Sebagian orang meyakini bahwa teman baik adalah seseorang yang
dapat dipercaya dan menjadi tempat untuk menceritakan semua rahasia.
Sementara yang lain mendefinisikannya sebagai seseorang yang setia menemani baik ketika sedih maupun bahagia.
Sementara yang lain mendefinisikannya sebagai seseorang yang setia menemani baik ketika sedih maupun bahagia.
Kriteria Teman Baik Menurut Islam
Jika demikian, apa sih sebenarnya kriteria teman yang
baik dalam Islam? Pikirkan sejenak tentang teman-teman kalian, dan biarkan saya
bertanya, “Bagaimana kalian memilih teman? Apa peran teman-teman dalam
kehidupan kalian? Apakah teman hanya semata-mata untuk pergi bareng dan
bersenang-senang?” Jika kalian mengamini semua pertanyaan di atas, maka ada
baiknya berpikir ulang dan mencoba untuk memahami makna serta peranan teman
yang shaleh. Teman bukan sekadar seseorang yang bisa diajak untuk menikmati
waktu bersama. Peranan teman ternyata lebih dalam dari sekedar berbagai sudut
pandang yang dangkal.
Seorang teman bisa membantu kalian melakoni amalan-amalan
hebat yang memicu pahala dan surga. Di sisi lain, teman juga bisa menghalangi
dirimu dari perjalanan menuju surga. Pengaruh teman terhadap diri kalian
sungguh luar biasa, bahkan melebihi anggota keluarga. Inilah mengapa begitu
penting untuk berhati-hati memilih teman.
…Teman bukan sekadar seseorang yang bisa diajak untuk
menikmati waktu bersama. Seorang teman bisa membantu kalian melakoni
amalan-amalan hebat yang memicu pahala dan surga…
Hal-hal penting yang harus kalian pikirkan ketika memilih
teman adalah kedekatan mereka kepada Allah. Kalian bisa tahu kedekatan tersebut
bukan hanya dari penampilan mereka. Tapi juga melalui tingkah laki, tabiat,
akidah, dan tindak-tanduk mereka.
Teman yang sepanjang waktunya memikirkan bagaimana
caranya menggapai pahala, bisa dekat dan menggapai keridhaan Allah melalui
tindakannya adalah teman yang bisa kalian percaya. Jalinlah persahabatan
dengannya.
Jika kalian tidak shalat, tidak pernah berpuasa, gemar
bergosip, atau kalian tidak memiliki peran aktif dalam masyarakat, maka sudah
seharusnya kalian memiliki teman-teman yang mampu memperbaiki perilaku dan
sikap kalian menjadi lebih baik. Alangkah buruknya jika kita memiliki teman
yang justru memperburuk moral, sikap, dan bahkan akidah kita.
Karena teman-teman berperangai buruk bisa mendorong
kalian untuk melakukan tindakan-tindakan yang buruk juga. Berbohong, kecanduan
narkoba, dan bahkan berzina adalah hal-hal yang merupakan hasil buruk dari
teman-teman yang berperangai buruk. Seorang teman mengatakan, “Teman-teman
memiliki dampak nyata terhadap diri seseorang, dan bahkan mereka bisa
mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang.”
Sementara itu, teman-teman yang shaleh bisa memberikan
pengaruh positif bagi kehidupan kalian; membuat hidup menjadi lebih baik dunia
dan akhirat.
Sebagai contoh, teman yang memiliki aktivitas dalam derma
bisa mendorong kalian untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatannya. Hal demikian
lebih baik daripada kalian menghabiskan waktu melakukan hal-hal tidak
bermanfaat atau sesuatu yang haram bersama teman-teman berkelakuan keji.
Teman-teman yang baik bisa menemani kalian untuk mengunjungi panti asuhan,
menghadiri halaqah pembelajaran Al-Qur’an, atau menghabiskan waktu untuk
hal-hal bermanfaat lainnya. Bahkan, selain bermanfaat, semua itu juga bernilai
pahala di sisi Allah.
…Sementara itu, teman-teman yang shaleh bisa memberikan
pengaruh positif bagi kehidupan kalian; membuat hidup menjadi lebih baik dunia
dan akhirat…
Bahkan dalam kondisi penuh keceriaan dan kegembiraan pun,
segala sesuatunya bisa berbeda jika kita lakukan bersama teman yang baik. Dia
senantiasa mengingatkan kalian untuk selalu memperbarui niat karena Allah di
mana pun dan kapan pun. Selain itu, teman yang baik senantiasa mendorong kalian
untuk menjaga harga diri atau menjaga ibadah-ibadah yang dianjurkan, sehingga
keindahan Islam selalu terukir di hati kalian.
Hal ini terjadi dengan Iman Asy-Syarif, seorang muslimah
berkewarganegaraan Mesir berusia 25 tahun. Iman melakukan perjalanan ke Denmark
tak lama setelah kasus kartun Nabi Muhammad merebak, untuk mengubah citra buruk
Islam di sana. Apa yang mendorong Iman untuk melakukan sesuatu demi memperbaiki
citra muslim ?
Nabi Muhammad pernah bersabda, “Seseorang itu tergantung
agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa
temannya." (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Dari Anas, dia menuturkan, Rasulullah SAW bersabda, ”Dan
perumpamaan teman duduk yang baik itu bagaikan penjual minyak wangi kasturi,
jika minyak kasturi itu tidak mengenaimu, maka kamu akan mencium bau wanginya.
Dan perumpamaan teman duduk yang jelek adalah seperti tukang pandai besi, jika
kamu tidak kena arangnya (percikannya), maka kamu akan terkena asapnya.” (HR.
Abu Dawud).
…Carilah sedikitnya seorang teman baik dan shaleh yang
bisa menjadi batu loncatan bagi kalian menuju surga…
Menjadi sangat penting bagi kita untuk memahami hadits di
atas yang mengindikasikan dampak teman terhadap kehidupan seseorang, dan
pentingnya memilih teman-teman yang baik. Maka pikirkanlah baik-baik. Dan
bahkan jika semua teman kalian adalah teman yang berkelakukan buruk, maka Allah
akan mengampuni, jika kalian mau bertobat. Carilah sedikitnya seorang teman
baik dan shaleh yang bisa menjadi batu loncatan bagi kalian menuju surga.
Rasulullah melalui ungkapannya:
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalihah) dan
teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai
besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau
engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harmznya itu.
Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan
mencium darinya bau yang tidak sedap“. (Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul
Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir 4/2026)
Dari petunjuk agamanya, wanita muslimah akan mengetahui
bahwa teman itu ada dua macam. Pertama, teman yang shalihah, dia laksana
pembawa minyak wangi yang menyebarkan aroma harum dan wewangian. Kedua teman
yang jelek laksana peniup api pandai besi, orang yang disisinya akan terkena
asap, percikan api atau sesak nafas, karena bau yang tak enak.
Maka alangkah bagusnya nasehat Bakr bin Abdullah Abu
Zaid, ketika baliau berkata,” Hati-hatilah dari teman yang jelek …!, karena
sesungguhnya tabiat itu suka meniru, dan manusia seperti serombongan burung
yang mereka diberi naluri untuk meniru dengan yang lainnya. Maka hati-hatilah
bergaul dengan orang yang seperti itu, karena dia akan celaka, hati- hatilah
karena usaha preventif lebih mudah dari pada mengobati “.
Maka pandai-pandailah dalam memilih teman, carilah orang
yang bisa membantumu untuk mencapai apa yang engkau cari . Dan bisa mendekatkan
diri pada Rabbmu, bisa memberikan saran dan petunjuk untuk mencapai tujuan
muliamu.
Maka perhatikanlah dengan detail teman-temanmu itu,
karena teman ada bermacam-macam
1.ada teman yang bisa memberikan manfaat
2.ada teman yang bisa memberikan kesenangan (kelezatan)
3.dan ada yang bisa memberikan keutamaan.
Adapun dua jenis yang pertama itu rapuh dan mudah
terputus karena terputus sebab-sebabnya. Adapun jenis ketiga, maka itulah yang
dimaksud persahabatan sejati. Adanya interaksi timbal balik karena kokohnya
keutamaan masing-masing keduanya. Namun jenis ini pula yang sulit dicari.
(Hilyah Tholabul ‘ilmi, Bakr Abdullah Abu Zaid halarnan 47-48)
Memang tidak akan pernah lepas dari benak hati wanita
muslimah yang benar-benar sadar pada saat memilih teman, bahwa manusia itu
seperti barang tambang, ada kualitasnya bagus dan ada yang jelek.
Demikian halnya manusia, seperti dijelaskan Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam,” Manusia itu adalah barang tambang seperti emas dan
perak, yang paling baik diantara mereka pada zaman jahiliyyah adalah yang
paling baik pada zaman Islam jika mereka mengerti. Dan ruh-ruh itu seperti
pasukan tentara yang dikerahkan, yang saling kenal akan akrab dan yang tidak
dikenal akan dijauhi ” (Riwayat Muslim).
Wanita muslimah yang jujur hanya akan sejalan dengan
wanita-wanita shalihah, bertakwa dan berakhlak mulia, sehingga tidak dengan
setiap orang dan sembarang orang dia berteman, tetapi dia memilih dan melihat
siapa temannya. Walaupun memang, jika kita mencari atau memilih teman yang
benar-benar bersih sama sekali dari aib, tentu kita tidak akan mendapatkannya.
Namun, seandainya kebaikannya itu lebih banyak daripada sifat jeleknya, itu
sudah mencukupi.
Maka Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisi
atau terkenal dengan nama Ibnu Qudamah AlMaqdisi memberikan nasehatnya juga
dalam memilih teman: “Ketahuilah, bahwasannya tidak dibenarkan seseorang
mengambil setiap orang jadi sahabatnya, tetapi dia harus mampu memilih
kriteria-kriteria orang yang dijadikannya teman, baik dari segi sifat-sifatnya,
perangai-perangainya atau lainnya yang bisa menimbulkan gairah berteman sesuai
pula dengan manfaat yang bisa diperoleh dari persahabatan tersebut itu. Ada
manusia yang berteman karena tendensi dunia, seperti karena harta, kedudukan
atau sekedar senang melihat-lihat dan bisa ngobrol saja, tetapi itu bukan
tujuan kita.
Ada pula orang yang berteman karena kepentingan Dien
(agama), dalarn hal inipun ada yang karena ingin mengambil faidah dari ilmu dan
amalnya, karena kemuliaannya atau karena mengharap pertolongan dalam berbagai
kepentingannya. Tapi, kesimpulan dari semua itu orang yang diharapkan jadi
teman hendaklah memenuhi lima kriteria berikut; Dia cerdas (berakal), berakhlak
baik, tidak fasiq, bukan ahli bid’ah dan tidak rakus dunia. Mengapa harus
demikian ?, karena kecerdasan adalah sebagai modal utama, tak ada kabaikan jika
berteman dengan orang dungu, karena terkadang ia ingin menolongmu tapi malah
mencelakakanmu. Adapun orang yang berakhlak baik, itu harus. Karena terkadang
orang yang cerdaspun kalau sedang marah atau dikuasai emosi, dia akan menuruti
hawa nafsunya.
Maka tak baik pula berteman dengan orang cerdas tetapi tidak berahlak. Sedangkan orang fasiq, dia tidak punya rasa takut kepada Allah. Dan barang siapa tidak takut pada Allah, maka kamu tidak akan aman dari tipu daya dan kedengkiannya, Dia juga tidak dapat dipercaya. Kalau ahli bid’ah jika kita bergaul dengannya dikhawatirkan kita akan terpengaruh dengan jeleknya kebid’ahannya itu. (Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah hal 99).
Maka tak baik pula berteman dengan orang cerdas tetapi tidak berahlak. Sedangkan orang fasiq, dia tidak punya rasa takut kepada Allah. Dan barang siapa tidak takut pada Allah, maka kamu tidak akan aman dari tipu daya dan kedengkiannya, Dia juga tidak dapat dipercaya. Kalau ahli bid’ah jika kita bergaul dengannya dikhawatirkan kita akan terpengaruh dengan jeleknya kebid’ahannya itu. (Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah hal 99).
Maka wanita muslimah yang benar-benar sadar dan mendapat
pancaran sinar agama, tidak akan merasa terhina akibat bergaul dengan
wanita-wanita shalihah meskipun secara lahiriyah, status sosial clan tingkat
materinya tidak setingkat. Yang menjadi patokan adalah substansi kepribadiannya
dan bukan penampilan dan kekayaan atau lainnya. “Pergaulan anda dengan orang
mulia menjadikan anda termasuk golongan mereka, karenanya janganlah engkau mau
bersahabat dengan selain mereka“.
Oleh karena itu datang petunjuk Al Qur’an yang menyerukan
hal itu :
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang
menyeru Rabbnya dipagi dan disenja hari dengan mengharap keridhoan-Nya. Dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan
kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi:28)
Tidak salah, Islam jauh-jauh hari sudah mengingatkan soal
bagaimana berteman. Memilih teman, menurut Islam, adalah niscaya. Boleh
dibilang, hitam-putihnya kualitas manusia sangat mungkin ditentukan oleh faktor
teman. Dan karena kita adalah makhluk sosial, persoalan teman menjadi perkara
penting. Kita harus memiliki teman dan tidak mungkin bisa hidup sendirian.
Allah menyuruh kita untuk akrab dengan orang yang taat
dan ahli ibadah, serta berpaling dari orang yang lalai dan memuja hawa nafsu.
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi
dan senja dengan mengharap Ridha-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi:
28).
Menurut ayat ini, teman yang baik akan mendorong kita
untuk berbuat baik. Teman buruk akan menyebabkan kita jauh dari ibadah.
Salah-salah, iman dan keyakinan kita menjadi taruhannya. Tepatlah sabda Nabi,
“Jangan kamu berteman kecuali dengan orang beriman. Jangan memakan makananmu,
kecuali orang bertakwa” (Abu Dawud).
Dalam hadis lain, beliau juga menyatakan, “Seseorang itu
bersama yang dicintainya” (Muttafaq Alaih). Dan ada hadis lain menyatakan,
“Seseorang itu berada di atas agama temannya. Maka hendaklah salah seorang kamu memperhatikan
dengan siapa ia berteman” (Tirmidzi)
Orang sangat dimungkinkan terpengaruh dalam agama dan
akhlak orang yang diakrabinya. Maka kita harus pandai-pandai dalam memilih
teman. Sikap selektif dalam persoalan teman bukanlah tindakan salah. Juga bukan
berarti kita telah membeda-bedakan antara manusia satu dan lainnya. Faktanya,
membeli pena saja kita memilih, apalagi teman. Salahlah orang yang suka
mencemooh sikap selektif dalam memilih teman.
Memilih teman itu perintah Islam. Hadis berikut sangat
populer. “Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan yang buruk itu seperti
pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan
mencipratkan minyak wanginya atau engkau membelinya atau engkau hanya akan
mencium harumnya. Sementara pandai besi mungkin akan membakar bajumu atau
engkau akan mencium bau yang tidak sedap” (Bukhari dan Muslim).
Sejenak mari renungkan nasihat Ibnu Qudamah Al-Maqdisi.
Dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin, ia menyebutkan kriteria teman yang
baik, yaitu berilmu, bermoral mulia, bukan pendosa, bukan ahli bid'ah, dan
bukan rakus dunia.
Cara Memilih Teman Yang Baik Secara Islam Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّجُلُ
عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
[Hadits hasan, riwayat Tirmidzi (no. 2387), Ahmad (no.
8212), dan Abu Dawud (no. 4833), Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib]
Maka dalam pergaulan kita harus pandai-pandai dalam
memilih teman yang baik, shalih/shalihah, yang benar-benar memberikan kecintaan
yang tulus, selalu memberi nasihat, dan menunjukan kebaikan. Karena bergaul
dengan orang-orang shalih/shalihah akan menjadikannya sebagai teman yang selalu
mendatangkan manfaat dan pahala yang besar, juga akan membuka hati untuk
menerima kebenaran. Maka kebanyakan teman akan jadi teladan bagi temannya yang
lain dalam akhlak dan tingkah laku. Seperti ungkapan:
“Janganlah kau tanyakan seseorang pada orangnya, tapi
tanyakan pada temannya. karena setiap orang mengikuti temannya ‘
‘Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat
wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu
agama, melihat gerak-geriknya teringat mati..’
Rasulullah bersabda :
مَثَلُ
الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ
وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ
رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ
ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا
خَبِيثَةً
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalih/shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harumnya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap”.
(Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan
Muslim kitab Albir 4/2026)
Apakah ciri-ciri seorang sahabat yang baik?
Seorang bijak pandai berpesan kepada anak lelakinya:
“Wahai anakku, sekiranya engkau berasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang,
maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut:
Cara Memilih Teman Yang Baik Secara Islam :
Jika engkau berbakti kepadanya, dia akan melindungi kamu;
Jika engkau rapatkan persahabatan dengannya, dia akan
membalas balik persahabatan kamu;
Jika engkau memerlu pertolongan daripadanya, dia akan
membantu kamu;
Jika engkau menghulurkan sesuatu kebaikan kepadanya, dia
akan menerimanya dengan baik;
Jika dia mendapat sesuatu kebajikan (bantuan) daripada
kamu, dia akan menghargai atau menyebut kebaikan kamu;
Jika dia melihat sesuatu yang tidak baik daripada kamu,
dia akan menutupnya;
Jika engkau meminta bantuan daripadanya, dia akan
mengusahakannya;
Jika engkau berdiam diri (kerana malu hendak meminta),
dia akan menanyakan kesusahan kamu;
Jika datang sesuatu bencana menimpa dirimu, dia akan
meringankan kesusahan kamu;
Jika engkau berkata kepadanya, nescaya dia akan
membenarkan kamu;
Jika engkau merancangkan sesuatu, nescaya dia akan
membantu kamu;
Jika kamu berdua berselisih faham, nescaya dia lebih
senang mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan;
Dia membantumu menunaikan tanggungjawab serta melarang
melakukan perkara buruk dan maksiat;
Dia mendorongmu mencapai kejayaan di dunia dan akhirat.
Dan Ingatlah bahwa harga mahal yang harus dibayarkan oleh
siapa saja yang mengaku cinta karena ALLAH adalah SALING MENASEHATI sebagaimana
firman ALLAH dalam surat 103 Al-’Ashr
بسم
الله الرحمن الرحيم
وَالْعَصْرِ
(1) إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenarandan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Hati-hatilah memilih kawan, kerana kawan boleh menjadi
cermin pribadi seseorang. Berkawanlah karena Allah untuk mencari ridha-Nya.
Berhati-hati Dalam Memilih Teman
Cinta seorang
Muslim kepada saudaranya yang dilakukan karena Allah Subhanahu wataala adalah
buah iman dan akhlaq yang baik.
Cinta itu adalah pagar penjaga Allah untuk hati seorang
hamba, dan Allah meningkatkan iman padanya agar tidak pudar dan melemah.
Nabi Shalallahu Alaihi Wassallam bersabda:
“ Pengikat tererat Iman itu adalah engkau mencintai
karena Allah, dan engkau membenci karena Allah”. (H.R. Imam Thabrani dalam Mu
jam Al Kabir, Hadits ke-11537).
Orang-orang yang dipilih untuk mendapatkan cinta harus
punya kejelasan dan tujuan yang bermanfaat bagi seseorang dalam hal agama,
dunia dan akhiratnya. Oleh sebab itu memilih teman merupakan hal yang sulit dan
pelik dan memerlukan taufik.
Seseorang yang berakal tidak layak bersahabat dengan
setiap orang yang dijumpai, karena manusia itu makhluq yang saling
mempengaruhi.
Salah memilih sahabat akan membawanya kepada akibat
kerugian dan penyesalan.
Ibn. Hajar Rahimahullah berkata : “ Tidak selayaknya
seseorang menyepele-kan dalam memilih orang yang pantas untuk dijadikan sahabat
“.
Rasulullah
Shalallahu alaihi Wassalam bersabda :
“ Seseorang tergantung pada agama rekan dekatnya. Untuk
itu, hendaknya salah seorang diantara kalian melihat siapa yang ia jadikan
sebagai sahabatnya”.
0 komentar:
Posting Komentar