Selasa, 24 Maret 2015

Character Building

Matematika, Logika dan Character Building

(Math is not about logical issue, true or false, but also tells about 
character building. Therefore a student have to read  all 
instructions carefully before answering a question. 
Following the instructions leads a student being a good person.)

Dalam tulisan saya terdahulu (Siapa yang bodoh; Habibi, guru Habibi, 
Erfas atau kita?, 2014) menandaskan bahwa matematika tidak hanya 
mencakup hasil sehingga kita tidak peduli apa pun prosesnya. 
Matematika merupakan keseluruhan tahap; mulai dari input, proses, 
hingga output.
Berdasarkan uraian di atas, kita sepakat bahwa hasil akhir penting, 
tetapi proses lebih penting. Proses mendahului hasil. Bukan hasil 
yang mendahului proses. Dalam tahap proses, penalaran dibuat. 
Penetapan formula, dalil, atau algoritma. Semuanya harus mampu 
menjawab multi kasus (input) secara logis.

Bagian yang tak kalah penting dari proses adalah instruksi yang harus 
dipatuhi. Siswa dapat menggunakan cara atau metode lain, tetapi 
syaratnya perhatikan instruksi. Sikap tunduk siswa kepada instruksi 
soal tidak bermaksud untuk mengebiri kreativitas murid itu sendiri. 
Ini kaitan dengan kepatuhan murid kepada kesepakatan atau instruksi 
yang diberikan. Kreativitas dimungkinkan jika tidak ada aturan 
(instruksi) yang membatasinya.
Argumentasi yang mengedepankan kreativitas dalam kasus Habibi 
hanyalah upaya pembenaran diri. Kita lupa bahwa setiap soal ada 
instruksi yang harus dipatuhi. Sekalipun cara lain tepat dan logis, 
siswa harus tetap taat pada instruksi. Sikap yang ditempuh oleh Erfas 
merupakan tindakan terlalu dini. Ia seharusnya ‘membuktikan’ mengapa 
jawaban guru yang benar. Bukan jawaban adiknya. Atau, secara gampang, 
ia langsung melakukan konfirmasi kepada guru yang bersangkutan.

Di luar konteks soal matematika, kita kerap mengabaikan prosedur dan 
standard operasi tertentu. Kita  memilih jalan pintas. Menggunakan 
segala daya kreativitas. Padahal kepatuhan terhadap instruksi, prosedur 
dan standard operasi,  dan lain-lain merupakan isu krusial. Tidak terkait
level, berbakat atau tidak, dan kreatif atau tidak seseorang. Apapun instruksi 
dipatuhi karena memiliki konsekuensi logis. Karena bencana atau 
apapun masalah akibat mengabaikan instruksi bisa saja terjadi. 
Karena itu kita harus tunduk pada instruksi demi keamanan dan bebas 
secara hukum. 
Kepatuhan kepada instruksi merupakan salah satu nilai dasar (character) 
yang harus diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Anak-anak harus 
diarahkan untuk mengikuti alur instruksi. Kesetiaan terhadap hal kecil 
akan terbawa pula ke hal-hal yang besar. Hal ini yang hilang dalam 
perdebatan dan pembahasan polemik ini.
Fakta membuktikan bahwa banyak orang terjerat hukum karena memangkas 
atau bahkan mengabaikan prosedur dan standard operasi tertentu. 
Peristiwa naas MH35 karena kelalaian sang pilot mengikuti prosedur rute 
yang telah ditetapkan. Perahu motor Nelayan Bhakti yang tenggelam pada 
peristiwa Samana Santa di kota Renha, Larantuka,  berawal dari crew perahu 
motor yang mengabaikan prosedur dan standard kapasitas penumpang. 

Dan, masih banyak contoh kasus pelanggaran prosedur dan standard operasi 
atau instruksi yang berakibat fatal bagi nyawa manusia. 
Karena orang masih menganggap remeh terhadap aturan (standard 
dan prosedur). Memang tidak ada hubungan sama sekali antara nyawa 
dengan polemik perkalian yang menggemparkan tersebut. Dengan 
kata lain, kesalahan proses perhitungan tidak mengorbankan nyawa 
manusia. Satu hal yang mau ditekankan di sini bahwa ketidaktaatan 
memiliki ekses negatif baik terhadap pelaku maupun orang di sekitarnya.
Kita seharusnya bertanya;  Mengapa pengendara dan lalu lintas di barat 
lebih tertib? Mengapa lingkungan di barat lebih asri? Mengapa kasus korupsi 
di barat sangat minim? Mengapa dan terus mengapa? Jawabannya, mereka 
taat pada prosedur dan standard operasi (baca: aturan hukum). Mereka 
bekerja sesuai prosedur dan standard operasi, bukan kreativitas. 
Karena kreativitas bisa menjadi boomerang.


Hal ini mereka telah diajarkan sejak dini sejak di bangku sekolah. Bukan 
saat duduk di kursi kantor. Pembentukan karakter (character building) 
 tidak semata-mata melalui matapelajaran etika. Melalui  matematika atau 
matapelajaran apapun mereka diajarkan. Salah satunya taat kepada 
instruksi, metode, atau kesepakatan soal. Setia pada perkara kecil, 
akan setia pada perkara besar.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution