Ada Empat Kondisi Hati, Di Mana Posisi Kita?
Hati yang bersih itu adalah hati orang Mukmin, dan pelita yang ada di dalamnya itu adalah cahayanya
Sesungguhnya di dalam diri manusia ada segumpal darah, jika hati itu baik, baik pula seluruh diri dan amal perbuatan manusia
HATI merupakan
inti dari diri seorang manusia. Dan, Allah Ta’ala sangat memperhatikan
kondisi hati setiap hamba-Nya. Hati yang dijaga akan senantiasa
memancarkan kekuatan iman, semakin tenang dengan melakukan
kebaikan-kebaikan, terutama kala mendengarkan ayat-ayat Allah
dikumandangkan.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا
ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ
زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman
ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal [8]: 2).
Terhadap hati orang yang beriman yang
indikatornya bisa dilihat pada apa yang Allah firmankan di atas, Allah
pun akan berikan anugerah ketenangan langsung dari sisi-Nya.
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي
قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ
وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيماً
حَكِيماً
“Dia-lah yang telah menurunkan
ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka
bertambah di samping keimanan mereka.” (QS: Al Fath [48]: 4).
Dengan kata lain, hati seorang Muslim akan
semakin hidup dengan konsisten (istiqomah) dalam ketaatan semata
kepada-Nya. Dan, jika itu berhasil dilakukan secara terus-menerus, insha
Allah, kebahagiaan akan semakin nyata dalam kehidupannya.
Akan tetapi, karena lemahnya iman, banyak
di antara umat Islam yang abai terhadap masalah hati ini. Padahal,
bahagia tidaknya setiap Muslim sangat bergantung pada kondisi hatinya.
Untuk itu, penting sekali setiap Muslim
memahami masalah ini, karena jika tidak, bisa jadi hati yang amat
penting ini justru terkontaminasi dengan sifat-sifat buruk yang
membahayakan, yakni kemunafikan bahkan kekafiran.
Rasulullah bersabda, “Hati itu ada
empat macam; hati yang bersih yang di dalamnya terdapat semacam pelita
yang bersinar, hati yang tertutup lagi terikat, hati yang berbalik, dan
hati yang berlapis.”
Hati yang bersih itu adalah hati orang
Mukmin, dan pelita yang ada di dalamnya itu adalah cahayanya. Hati yang
tertutup adalah hati orang kafir. Hati yang berbalik adalah hati orang
munafik murni (tulen), ia mengetahui Islam lalu ingkar.
Sedangkan hati yang berlapis adalah hati
orang yang di dalamnya terdapat iman dan kemunafikan. Perumpamaan iman
di dalam hati itu adalah seperti sayur-sayuran yang disiram air bersih.
Sedangkan perumpamaan kemunafikan dalam
hati adalah seperti luka yang dilumuri nanah dan darah. Mana di antara
keduanya (iman dan kemunafikan) yang mengalahkan yang lainnya, maka
dialah yang mendominasi. (HR. Ahmad).
Dari empat kriteria hati tersebut, sudah
barang tentu kita harus memiliki hati yang bersih yang di dalanya
terdapat pelita yang bersinar. Karena hati yang demikian yang bisa
merasakan nikmat dan indahnya iman. Dan, selain itu adalah kondisi hati
yang mesti kita waspadai.
Terhadap orang yang mengetahui kebenaran
lalu menginkarinya maka Allah akan cabut nikmat iman di dalam hatinya
sehingga kehidupannya akan sangat jauh dari kebahagiaan dan kebenaran.
Hati sebagai Raja
Dengan demikian pantas jika dikatakan hati
adalah inti atau raja dari setiap manusia. Sebab, pikiran, ucapan dan
perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi hatinya.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di
dalam diri manusia ada segumpal darah (hati), apabila hati itu baik maka
baik pula seluruh diri dan amal perbuatan manusia dan apabila hati itu
rusak, maka rusaklah seluruh diri (amal perbuatan manusia tersebut).
Ingatlah, ia adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim).
Untuk itu guna memastikan hati kita tetap
menjadi raja yang benar dan baik, upaya untuk senantiasa menjaganya
menjadi kebutuhan paling azasi dari diri setiap Muslim. Dan, satu cara
strategis untuk memastikan hati tetap dalam kebenaran adalah dengan
senantiasa melakukan dzikir kepada Allah Ta’ala.
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28).
Dengan mengenal empat macam hati ini,
semoga upaya kita untuk senantiasa memiliki hati yang bersih, hidup dan
bersinar bisa semakin menguat, sehingga prioritas kita sebagai Muslim
dalam keseharian tidak melulu pada aspek lahiriah semata, tetapi juga
hati kita yang merupakan inti dari setiap jiwa.
by.http://www.hidayatullah.com
0 komentar:
Posting Komentar