Selasa, 09 Juni 2015

Yang Sombong Itu Iblis

Sombong, Menjauhkan Diri dari Jalan Islam

Sejak bumi ini diciptakan, iblis enggan untuk bersujud kepada Allah SWT. Iblis begitu sombong tidak mau diperintah untuk menyungkur sujud. Kita lihat sekarang, betapa banyak para pengusaha kaya yang sombong tidak mau bersujud dan membayar zakat. Banyak pula politisi yang seenaknya dalam menjalankan amanah rakyat. Seenaknya korupsi, menindas rakyat miskin, memanfaatkan jabatan. Semua itu berakar dari sifat sombong yang dipelopori oleh iblis.


Salah seorang ulama terkenal di abad ke-8 Masehi, Ibnu Taimiyah rahimahullah tentang bahaya hasad (dengki) dan kibr (sombong) ini memaparkan dalam salah satu kitabnya yang terkenal, Majmu al-Fatawwa. Sombong dan hasad (dengki) adalah dua penyakit yang telah menghancurkan orang terdahulu dan belakangan. Keduanya adalah dosa yang amat besar yang ada dahulu.

Sifat kibr (sombong) berawal dari Iblis sedangkan sifat hasad berasal dari Adam. Begitu pula anak Adam yang membunuh saudaranya. Ia membunuhnya karena hasad pada saudaranya. Karenanya, sifat sombong menafikkan Islam (sikap tunduk patuh pada Allah, pen). Sebagaimana pula syirk menafikkan Islam. Islam adalah berserah diri (tunduk patuh) pada Allah semata.

Barangsiapa yang tunduk patuh pada Allah, juga pada selain-Nya, maka dia termasuk musyrik pada Allah (karena dia telah menduakan Allah). Barangsiapa yang tidak tunduk patuh pada Allah, maka dialah orang yang kibr (sombong). Inilah sebagaimana keadaan Fir’aun dan pengikutnya.

Barangsiapa yang tunduk patuh pada Allah di jalan yang hanif (lurus), maka dia adalah yang sebenar-benarnya muslim (orang yang tunduk patuh). Dialah yang sebenarnya menjadi pengikut Ibrahim sebagaimana Allah SWT firmankan,

“Ketika Rabbnya berfirman kepadanya, ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab, ‘Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.’” (QS. Al-Baqarah: 131)

Pada umumnya yang menyebabkan manusia sombong adalah karena beberapa sebab antara lain:

Harta dan kekayaan. Sesungguhnya kita hidup tidak punya apa-apa. Harta yang dibangga-banggakan itu hanyalah titipan dari Sang Pemilik alam ini. Jangankan harta, diri kita pun bukan milik kita. Kita sepenuhnya milik Allah. Berapa banyak orang-orang kaya, hartanya hilang hanya dalam hitungan beberapa jam saja. Boleh jadi ditelan bencana atau berpindah tangan kepada orang lain.

Ilmu dan kepandaian. Sekali-kali bertamasyalah ke laut bebas, baik dengan kapal pesiar, motor boat, berenang, atau menyelam di laut itu. Celupkanlah jari telunjuk Anda ke laut yang luas itu. Air yang menempel di jari kita, itulah ilmu kita. Sebarkan di alam ini. Sementara samudera bebas tanpa batas, itulah ilmu Allah.

Apa yang dikenal dengan kecongkakan intelektual, yakni seakan-akan dengan akal hampir tidak ada rahasia di alam ini. Hal ini tidak beralasan sama sekali. Akal adalah makhluk yang mulia. Dengannya, manusia menjadi terhormat dan terpandang. Tetapi menjadikan akal menjadi kata akhir untuk menghukumi kebenaran. Yang demikian itu bukan suatu sikap yang bijak.
Pangkat dan jabatan. Mereka yang diberi jabatan oleh Allah adalah orang-orang pilihan karena mereka mendapat kesempatan lebih untuk menghimpun sebanyak-banyaknya amal saleh dan berdakwah. Jabatan dapat dimanfaatkan untuk membuka selebar-lebarnya pintu surga, untuk membuat jalan licin menuju surga, untuk berdakwah, memberi contoh tentang makna nilai-nilai amal saleh. Sekalipun memang dengan jabatan tersebut, manusia juga bisa membuka lebar-lebar jembatan ke neraka. Tergantung ke mana jabatan itu ia manfaatkan.

Pemimpin yang adil adalah tempat masyarakat menggantungkan masa depan. Jadi, pada hakikatnya di dalam Islam jabatan itu adalah pengabdian atau dengan kata lain jabatan adalah amanah dan tanggung jawab.

Darah dan keturunannya. Ini yang paling mudah membuat orang bersikap sombong. Dengan harta dan kekayaannya, karena pangkat dan jabatannya, karena ilmu dan kepandaiannya, masih banyak orang yang dapat mengendalikan diri. Tetapi hampir setiap orang menjadi sombong apabila sudah berbicara tentang darah dan keturunannya.

Sejarah telah memberikan pelajaran amat berharga pada kita. Abu Jahal tahu makna syahadat dengan segala kebenarannya atau Muhammad dengan kerasulannya. Tetapi Abu Jahal menolak kebenaran karena kesombongan darah dan keturunannya. Fir’aun tahu kebenaran risalah yang dibawa Musa tetapi karena darah dan keturunannya, ia menolak kebenaran yang dibawa oleh Musa. Bahkan iblis menolak untuk bersujud pada Adam karena kesombongannya yang merasa superior diciptakan dari api. Semoga Allah melindungi kita dari penyakit sombong, baik yang terbuka dan tertutup.

Dengan menjauhi sikap sombong, berarti kita mendekati sifat rendah hati. Dengan rendah hati, kita bisa menerima Islam dengan seutuhnya. 



Wallahu’alam bishawab. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution