Perbedaan Ujian dan Hukuman (Azab)
Allah SWT menguji hamba-Nya dengan musibah yang baik dan musibah yang
buruk, dengan kekurangan dan kekayaan. Musibah ini dimaksudkan untuk memberikan
mereka balasan dan menaikkan derajatnya di Surga nanti. Ujian ini banyak
terjadi pada para Nabi dan Rasul dan orang-orang shalih.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang-orang yang mendapatkan
kemalangan adalah para Nabi, lalu orang-orang shalih dan sesudahnya orang-orang
yang terbaik sesuai dengan kebaikannya.”
Terkadang penderitaan itu mungkin adalah buah dari dosa seseorang dan
karena dirinya makin menjauh dari Allah. Dalam hal ini Al-Qur’an menjelaskan,
Dan apa saja musibah yang menimpa
kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)(QS
Ash-Shura 42:30).
Menurut Ulama Islam yang cukup terkenal Sheikh Muhammad Iqbal Nadvi,
direktur dan imam Pusat Islam Al-Falah, Oakville, Ontario Canada, ada 4 jenis
ujian, beliau menjelaskan:
Ujian yang pertama itu jelas mengenai kehidupan. Karena hidup itu sendiri
adalah cobaan dan ujian. Allah SWT berfirman,
Yang menjadikan mati dan hidup,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS Al-Mulk 67:2).
Jadi terkait dengan musibah-musibah ini maka Allah menguji seseorang untuk
mengetahui kadar keimanannya. Allah SWT memberikan berbagai macam situasi dan
kondisi untuk melihat sejauh mana kadar keimanannya dalam segala kondisi
tersebut. Allah SWT ingin memastikan jika keimanan orang tersebut tulus atau
tidak.
Ujian yang kedua adalah melalui berbagai macam kesusahan dalam rangka
menaikkan derajatnya. Semakin ia beriman maka akan semakin banyak ujian yang
harus ia hadapi.
Ujian yang ketiga adalah melalui kesengsaraan dalam rangka untuk
menghilangkan dosa-dosa dan perbuatan jahatnya.
Sabda Nabi Muhammad SAW,”Menakjubkan urusan seorang mu’min, jika ia
mendapatkan ni’mat, maka ia bersyukur dan syukur itu sangat baik baginya. Dan
jika ia ditimpa musibah, maka ia bersabar dan sabar itu sangat baik
baginya.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Bentuk keempat dari ujian adalah fitnah, yang berguna untuk menghilangkan
sakit dan kekurangan dari beberapa orang atau menjadikan mereka contoh bagi
yang lain. Allah SWT berfirman,
Supaya Allah memisahkan (golongan)
yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya
di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya
ke dalam neraka Jahannam. Mereka itulah orang-orang yang merugi. (Al-Anfal
8:37).
Lalu hukuman itu apa? Begini, kita akan dapat membedakan mana ujian yang
ditujukan untuk hukuman dan mana ujian yang dimaksudkan untuk yang lain.
Jika seseorang melakukan perbuatan
baik dan masih mengalami penderitaan maka itu adalah ujian untuk meningkatkan
derajatnya. Diriwiyatkan bahwa Aisyah RA telah diberitahukan oleh seseorang tentang
sakitnya Abu Bakar meski dia telah tiada. Lalu dia berkata, “Allah ingin
menaikkan derajatnya (Abu Bakr) meskipun dia telah tiada.”
Namun jika seseorang tidak melakukan suatu kesalahan dan setelahnya dia
mendapatkan masalah maka itu adalah hukuman.
Diriwayatkan seseorang dibawa kehadapan Umar RA setelah tertangkap tangan
melakukan kejahatan. Orang tersebut lalu meminta kepada Umar untuk memaafkannya
atas perbuatannya itu karena ia baru pertama kali melakukannya, lalu Umar
menjawab, “Tidak, Allah menempatkan anda dalam keadaan itu setelah Dia
memberikan anda begitu banyak pilihan untuk menyesali.
Masih bingung?
Ok coba lagi ya. Musibah atau bencana yang menimpa orang yang
beriman yang tidak lalai dari keimanannya, itu adalah ujian dan cobaan.
Allah ingin melihat bukti keimanan dan kesabaran kita. Jika kita bisa menyikapi
dengan benar, dan mengembalikan semuanya kepada Allah, maka Allah akan
memberikan pertolongan dan rahmat sesudah musibah atau bencana tersebut.
Sebaliknya bagi orang-orang yang bergelimang dosa dan kemaksiatan,
bencana atau musibah yang menimpa, itu adalah hukuman atau azab dari
Allah atas dosa-dosa mereka.Apabila ada orang yang hidupnya bergelimang
kejahatan dan kemaksiatan, tetapi lolos dari bencana/musibah, maka Allah
sedang menyiapkan bencana yang lebih dahsyat untuknya, atau bisa jadi ini
merupakan siksa atau azab yang ditangguhkan, yang kelak di akhirat-lah balasan
atas segala dosa dan kejahatan serta maksiat yang dilakukannya.
Sebenarnya yang terpenting bukan musibahnya, tetapi apa alasan
Allah menimpakan musibah itu kepada kita. Untuk di ingat, jika musibah
itu terjadi, disebabkan dosa-dosa kita, maka segera-lah bertaubat kepada Allah.
Kalau musibah yang terjadi karena ujian keimanan kita, maka kuatkan iman dan
berpegang teguhlah kepada Allah.
Siapa saja berbuat kebaikan, maka manfaatnya akan kembali kepadanya.
Sedangkan siapa saja berbuat kejahatan, maka bencananya juga akan kembali
kepada dirinya sendiri. Bisa dibalas didunia atau di akhirat.
Perhatikan firman allah SWT berikut ini :
”Barangsiapa mengerjakan
perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan
kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki
maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga,
mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”. (QS. Al Mukmin
[40] : 40).
Perhatikan juga dengan seksama firman Allah SWT berikut ini :
“Apa
saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An
Nissa [4] : 79)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Apa saja nikmat yang kamu peroleh
adalah dari Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang Allah SWT. Sedangkan
makna “dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu
sendiri.” Berarti dari dirimu sendiri dan dari perbuatanmu sendiri.
Ketika itulah kita kembali kepada Allah untuk memohon pertolongan dengan
cara memperbaiki ibadah-ibadahnya yang selama ini sudah jarang kita perhatikan
lagi yuk.
Musibah juga bisa berarti sebagai penggugur dosa-dosa kita loh. Perhatikan
sabda Rasulullah saw berikut ini:
“Tak seorang muslim pun yang ditimpa
gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan
dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan
dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.”
(HR Bukhari dan Muslim).
Perhatikan dengan seksama firman Allah SWT berikut ini :
“Dan
Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia)
sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke
jalan yang benar).” (QS. As Sajdah : 21)
Jadi sebenarnya, Allah SWT menurunkan
musibah atau azab pada kita di dunia ini, sebagai peringatan bagi kita, untuk
kembali pada kebenaran.
Tapi Musibah juga bisa dikategorikan tanda kecintaan Allah SWT pada
seseorang hamba. Semakin tinggi derajat keimanan dan kekuatan agama seseorang
justru ujian (musibah) yang menimpanya akan semakin berat.
Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini : Dari Mushab bin Sad dari
ayahnya. Ayahnya berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW,” Manusia
manakah yang paling berat ujiannya?” Rasulullah SAW menjawab,” Para Nabi,
kemudian disusul yang derajatnya seperti mereka, lalu yang di bawahnya lagi.
Seseorang diuji sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya itu kokoh maka diperberatlah
ujiannya. Jika agamanya itu lemah maka ujiannya pun disesuaikan dengan
agamanya. Senantiasa ujian menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka
bumi tanpa dosa sedikit pun.” (HR. al-Ahmad, al-Tirmidzi dan
Ibn Majah,berkata al-Tirmidzi: hadits hasan shahih)
Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al
Qur’an seperti tertulis dalam firman Allah SWT :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya [21] : 35)
0 komentar:
Posting Komentar