Jumat, 30 Agustus 2013

Antara Azab Dan Cobaan

Perbedaan Azab dan Cobaan

Dalam menafsirkan surat Al Ankabut ayat 10   Hazrat Khalifatul Masih Ats Tsani ra bersabda didalam tafsir Kabir:” Dari kalimat  ja’ala fitnatan naasi ka’adzaabillahi diketahui bahwa antara azab dan cobaan terdapat perbedaan besar, tapi karena kebodohan, orang-orang tidak memperhatikan perbedaan itu dan menganggap bahwa kesulitan yang dihadapi di jalan Tuhan itu sebagai penyebab kehancuran mereka, padahal itulah yang akan menyebabkan kemajuan bagi mereka.


Perbedaan antara cobaan dan azab adalah:

1. Azab akan mengakibatkan kehancuran dan kebinasaan, sedangkan ujian tidak, kesulitan memang dirasakan oleh kedua kondisi itu. Perhatikanlah perihal (kehidupan) Rasulullah SAW, meskipun berkali-kali Beliau terjerat dalam genggaman musuh dalam keadaan sendiri, Tapi Allah Ta’ala senantiasa menyelamatkan Beliau SAW, tapi Abu Jahal yang hanya satu kali saja tertangkap dengan bala tentaranya, langsung mati.

2. Azab akan mengakibatkan bertambahnya kerugian, tapi sebaliknya dengan adanya cobaan akan bertambahnya manfaat. Permisalan cobaan/ujian adalah seperti halnya bola karet, sekeras apa dia dilemparkan, sehebat itulah dia akan melompat-lompat, tapi setelah manusia terjatuh kedalam azab, dia tidak akan bangkit lagi.

3. Kepada siapa suatu azab diturunkan, maka akan timbul rasa putus asa dan ketakutan didalam dirinya. Tapi kepada siapa ujian turun, maka didalam hatinya akan timbul ketentraman dan ketenangan. Ketika azab turun maka disebut sebagai maghdlub,  aduh, saya sudah mati atau kalaupun dia tidak takut dari azab itu, maka perasaan takabbur dan gejolak egois  mulai menguasai hatinya dan dia akan menganggap, siapa yang mampu membunuh ku?

tapi ketika cobaan datang, maka insan mengatakan, tidak perduli, aku lemah dan tidak berdaya tapi penyelamatku adalah maha gagah, dan keyakinan terhadap Allah Ta’ala semakin bertambah, sehingga prasangka baik terhadap Allah Ta’ala semakin bertambah kuat.

4. Ketika manusia berusaha untuk menjauhkan azab, maka dia selalu tersandung. Tapi kepada siapa ujian turun, akan menjadikan suatu pemahaman baru (pelajaran, fehm rasan)  kemudian dia mulai memahami masalahnya dengan baik. Perhatikanlah Rasulullah SAW, bagaimana kaum kuffar menyisir jejak langkah Beliau sehingga sampai di Gua Tsur (Pada saat Hijrah-Pent) Dan si pencari jejak mengatakan:” atau mungkin dia naik ke langit atau disini (dalam gua).

Mereka sangat mempercayai perkataan si pencari jejak. Pada saat itu nyawa Rasulullah SAW dalam keadaan yang sangat berbahaya. Tapi sedikitpun Rasulullah SAW tidak merasa khawatir, Beliau bahkan mulai untuk menenangkan Hazrat Abu Bakar ra dengan bersabda Laa Tahzan Innal Looha Ma’ana, janganlah bersedih! Allah Ta’ala bersama kita.

Begitu juga suatu ketika Beliau sedang tidur, tiba-tiba seorang kafir menghunuskan pedang kepada Beliau dan ingin membunuh Beliau SAW,  tapi sedikitpun Beliau tidak merasakan takut dan Beliau menjawab pertanyaan si kafir dengan penuh ketengan, dia bertanya:”sekarang siapa yang bisa menyelamatkan engkau? Beliau menjawab :” ALLAH. Setelah melihat kondisi tenang yang luar biasa itu si kafir itu sedemikian rupa gemetar sehingga pedang itu terjatuh dari tangannya.

5. Perbedaan yang kelima adalah ketika menghadapi ujian, dalam diri manusia tidak ada perasaan dicoba, ketika cobaan datang, manusia menganggap kesulitan itu tidak berarti dan dia akan merasakan suatu kelezatan karena terdapat keyakinan didalam hatinya bahwa aku sedang mengorbankan sesuatu yang tidak berharga untuk sesuatu  yang luhur misalnya hartanya raib, maka dia akan mengatakan (harta itu) telah pergi untuk Allah Ta’ala, karena itu apa perdulinya, atau kalaulah anaknya mati, maka dia mengatakan Allah lah yang telah memberikan anak, kalaulah dia mengambilnya kembali, apa yang harus disedihkan? Ada peristiwa Hazrat Masih Mau’ud as. Beliau sangat mencintai Mia Mubarak Ahmad dan ketika Beliau sakit Beliau as sering sekali menjaganya dengan ini terfikir juga oleh Hazrat Khalifatul Masih Awwal, kalaulah Mubarak Ahmad wafat, maka Hazrat Masih Mau’ud as akan sangat sedih. Pada saat terakhir Hazrat Khalifatul Masih Awwal memperhatikan urat nadinya (Mia Mubarak), dan Beliau ra mengatakan kepada Hazrat Masih Mau’ud as tolong ambilkan minyak kesturi, karena denyut nadinya berhenti, Beliau berfikir bahwa Hazrat Masih Mau’ud as akan sangat bersedih dengan wafatnya Mia Mubarak, sehingga (Beliau ra berfikir) sedemikian Beliau as akan merasa sedih, sehingga ketika berdiri pun Beliau as akan terjatuh.

Tapi ketika Hazrat Masih Mau’ud as mengetahui bahwa Mubarak Ahmad sudah wafat, maka pada saat itu dengan sabarnya Beliau mulai menulis surat kepada sahabat sahabatnya bahwa Mubarak Ahmad sudah wafat. Tapi hendaknya tidak khawatir akan hal ini, ini adalah satu kehendak Allah Ta’ala dan kita harus bersabar dalam menghadapinya dan Beliau pergi keluar dengan tersenyum dan mulai berceramah bahwa ilham yang berkenaan dengan Mia Mubarak Ahmad sekarang sudah sempurna, sebagaimana ada sebuah syair Beliau as yang berbunyi :  ”Yang memanggilnya adalah yang paling indah (tampan)  kepada Dialah  engkau sandarkan jiwa, wahai hati !”

Maksudnya adalah didalam menghadapi ujian, kesedihan tidak menjadikan putus asa dalam diri, karena manusia menganggap bahwa aku sedang mengorbankan sesuatu yang tidak berarti untuk sesuatu yang luhur.
Terkadang dalam azab yang berat pun perasaan menderita menjadi terhapus. Tapi ini terjadi disebabkan karena daya untuk merasakannya sudah hilang.

Suatu ketika Hazrat Khalifah Awwal ra memperlihatkan seorang wanita dan bertanya kepadanya (wanita itu) bagaimana kabar saudara kamu si  anu itu? Wanita itu menjawab sambil tersenyum bahwa dia sudah mati, begitu juga ketika ditanyakan (kabar) satu dua orang saudaranya lagi dia pun menjawab dengan tersenyum bahwa mereka sudah mati. Meskipun dari sisi makrifat dia tidak biasa melakukan hal itu, tapi memiliki penyakit yang didalamnya tidak tersisa lagi perasaan untuk merasakan kesedihan.

6. Perbedaan yang ke enam bahwa didalam azab, kerohanian akan mengalami penurunan, sebaliknya didalam ujian, kerohanian menjadi bertambah, karena didalam azab akan menjadikan manusia terjauh dari Tuhan, tapi didalam ujian, perhatian justru akan bertambah lagi kepada Allah Ta’ala. Inilah perbedaan-perbedaan yang besar antara Ujian dan azab yang harus diketahui. (Tafsir Kabir jilid 7 hal 596 -597) Penerjemah :Mahmud Ahmad Wardi


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution