Perbedaan Azab dan Cobaan
Dalam menafsirkan surat Al Ankabut ayat 10 Hazrat Khalifatul Masih
Ats Tsani ra bersabda didalam tafsir Kabir:” Dari kalimat ja’ala
fitnatan naasi ka’adzaabillahi diketahui bahwa antara azab dan cobaan
terdapat perbedaan besar, tapi karena kebodohan, orang-orang tidak
memperhatikan perbedaan itu dan menganggap bahwa kesulitan yang dihadapi
di jalan Tuhan itu sebagai penyebab kehancuran mereka, padahal itulah
yang akan menyebabkan kemajuan bagi mereka.
Perbedaan antara cobaan dan azab adalah:
1. Azab akan mengakibatkan kehancuran dan kebinasaan, sedangkan ujian tidak, kesulitan memang dirasakan oleh kedua kondisi itu. Perhatikanlah perihal (kehidupan) Rasulullah SAW, meskipun berkali-kali Beliau terjerat dalam genggaman musuh dalam keadaan sendiri, Tapi Allah Ta’ala senantiasa menyelamatkan Beliau SAW, tapi Abu Jahal yang hanya satu kali saja tertangkap dengan bala tentaranya, langsung mati.
2. Azab akan mengakibatkan bertambahnya kerugian, tapi sebaliknya
dengan adanya cobaan akan bertambahnya manfaat. Permisalan cobaan/ujian
adalah seperti halnya bola karet, sekeras apa dia dilemparkan, sehebat
itulah dia akan melompat-lompat, tapi setelah manusia terjatuh kedalam
azab, dia tidak akan bangkit lagi.
3. Kepada siapa suatu azab diturunkan, maka akan timbul rasa putus
asa dan ketakutan didalam dirinya. Tapi kepada siapa ujian turun, maka
didalam hatinya akan timbul ketentraman dan ketenangan. Ketika azab
turun maka disebut sebagai maghdlub, aduh, saya sudah mati atau
kalaupun dia tidak takut dari azab itu, maka perasaan takabbur dan
gejolak egois mulai menguasai hatinya dan dia akan menganggap, siapa
yang mampu membunuh ku?
tapi ketika cobaan datang, maka insan mengatakan, tidak perduli, aku
lemah dan tidak berdaya tapi penyelamatku adalah maha gagah, dan
keyakinan terhadap Allah Ta’ala semakin bertambah, sehingga prasangka
baik terhadap Allah Ta’ala semakin bertambah kuat.
4. Ketika manusia berusaha untuk menjauhkan azab, maka dia selalu tersandung. Tapi kepada siapa ujian turun, akan menjadikan suatu pemahaman baru
(pelajaran, fehm rasan) kemudian dia mulai memahami masalahnya dengan
baik. Perhatikanlah Rasulullah SAW, bagaimana kaum kuffar menyisir jejak
langkah Beliau sehingga sampai di Gua Tsur (Pada saat Hijrah-Pent) Dan
si pencari jejak mengatakan:” atau mungkin dia naik ke langit atau
disini (dalam gua).
Mereka sangat mempercayai perkataan si pencari jejak. Pada saat itu
nyawa Rasulullah SAW dalam keadaan yang sangat berbahaya. Tapi
sedikitpun Rasulullah SAW tidak merasa khawatir, Beliau bahkan mulai
untuk menenangkan Hazrat Abu Bakar ra dengan bersabda Laa Tahzan Innal
Looha Ma’ana, janganlah bersedih! Allah Ta’ala bersama kita.
Begitu juga suatu ketika Beliau sedang tidur, tiba-tiba seorang kafir
menghunuskan pedang kepada Beliau dan ingin membunuh Beliau SAW, tapi
sedikitpun Beliau tidak merasakan takut dan Beliau menjawab pertanyaan
si kafir dengan penuh ketengan, dia bertanya:”sekarang siapa yang bisa
menyelamatkan engkau? Beliau menjawab :” ALLAH. Setelah melihat kondisi
tenang yang luar biasa itu si kafir itu sedemikian rupa gemetar sehingga
pedang itu terjatuh dari tangannya.
5. Perbedaan yang kelima adalah ketika menghadapi ujian, dalam diri
manusia tidak ada perasaan dicoba, ketika cobaan datang, manusia
menganggap kesulitan itu tidak berarti dan dia akan merasakan suatu
kelezatan karena terdapat keyakinan didalam hatinya bahwa aku sedang
mengorbankan sesuatu yang tidak berharga untuk sesuatu yang luhur
misalnya hartanya raib, maka dia akan mengatakan (harta itu) telah pergi
untuk Allah Ta’ala, karena itu apa perdulinya, atau kalaulah anaknya
mati, maka dia mengatakan Allah lah yang telah memberikan anak, kalaulah
dia mengambilnya kembali, apa yang harus disedihkan? Ada peristiwa Hazrat Masih Mau’ud as. Beliau sangat mencintai Mia
Mubarak Ahmad dan ketika Beliau sakit Beliau as sering sekali menjaganya
dengan ini terfikir juga oleh Hazrat Khalifatul Masih Awwal, kalaulah
Mubarak Ahmad wafat, maka Hazrat Masih Mau’ud as akan sangat sedih. Pada
saat terakhir Hazrat Khalifatul Masih Awwal memperhatikan urat nadinya
(Mia Mubarak), dan Beliau ra mengatakan kepada Hazrat Masih Mau’ud as
tolong ambilkan minyak kesturi, karena denyut nadinya berhenti, Beliau
berfikir bahwa Hazrat Masih Mau’ud as akan sangat bersedih dengan
wafatnya Mia Mubarak, sehingga (Beliau ra berfikir) sedemikian Beliau as
akan merasa sedih, sehingga ketika berdiri pun Beliau as akan terjatuh.
Tapi ketika Hazrat Masih Mau’ud as mengetahui bahwa Mubarak Ahmad
sudah wafat, maka pada saat itu dengan sabarnya Beliau mulai menulis
surat kepada sahabat sahabatnya bahwa Mubarak Ahmad sudah wafat. Tapi
hendaknya tidak khawatir akan hal ini, ini adalah satu kehendak Allah
Ta’ala dan kita harus bersabar dalam menghadapinya dan Beliau pergi
keluar dengan tersenyum dan mulai berceramah bahwa ilham yang berkenaan
dengan Mia Mubarak Ahmad sekarang sudah sempurna, sebagaimana ada sebuah
syair Beliau as yang berbunyi : ”Yang memanggilnya adalah yang paling
indah (tampan) kepada Dialah engkau sandarkan jiwa, wahai hati !”
Maksudnya adalah didalam menghadapi ujian, kesedihan tidak menjadikan
putus asa dalam diri, karena manusia menganggap bahwa aku sedang
mengorbankan sesuatu yang tidak berarti untuk sesuatu yang luhur.
Terkadang dalam azab yang berat pun perasaan menderita menjadi
terhapus. Tapi ini terjadi disebabkan karena daya untuk merasakannya
sudah hilang.
Suatu ketika Hazrat Khalifah Awwal ra memperlihatkan seorang wanita dan bertanya kepadanya (wanita itu) bagaimana kabar saudara kamu si anu itu? Wanita itu menjawab sambil tersenyum bahwa dia sudah mati, begitu juga ketika ditanyakan (kabar) satu dua orang saudaranya lagi dia pun menjawab dengan tersenyum bahwa mereka sudah mati. Meskipun dari sisi makrifat dia tidak biasa melakukan hal itu, tapi memiliki penyakit yang didalamnya tidak tersisa lagi perasaan untuk merasakan kesedihan.
6. Perbedaan yang ke enam bahwa didalam azab, kerohanian akan
mengalami penurunan, sebaliknya didalam ujian, kerohanian menjadi
bertambah, karena didalam azab akan menjadikan manusia terjauh dari
Tuhan, tapi didalam ujian, perhatian justru akan bertambah lagi kepada
Allah Ta’ala. Inilah perbedaan-perbedaan yang besar antara Ujian dan
azab yang harus diketahui. (Tafsir Kabir jilid 7 hal 596 -597) Penerjemah :Mahmud Ahmad Wardi
0 komentar:
Posting Komentar