Rabu, 21 Agustus 2013

Bisakan Mengendalikan Amarah

Amarah? Bagaimana Cara Mengendalikan Amarah Menurut Islam?


Syahdan, seorang pria mendatangi Rasulullah SAW. dan meminta petunjuk hidup yang baik.”Nasehatilah aku, wahai Rasulullah!” pintanya. Nabi SAW. yang memiliki ketajaman pandangan bersabda, “janganlah engkau marah!” Kalimat itu beliau ulangi berkali kali. Dalam riwayat lain disabdakan, “Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.”


Salah satu alasan bagi kita untuk menahan amrah, adalah karena “melepaskan amarah itu mengumpulkan kejahatan, sedangkan menahannya adalah mengumpulkan kebaikan,” tulis Imam Ahmad bin Hanbal. Sementara itu Imam Ja’far bin Muhammad mengatakan, “Amarah adalah kunci segala kejahatan.” 


Mengendalikan Amarah..


Bagaaimana caranya agar kita bisa menahan diri dari amarah yang sia-sia? Para psikolog menganjurkan agar kita tetap berpikir sehat saat emosi muncul. Berikut ini beberapa petunjuk yang diberikan Islam pada kita untuk mengekang amarah :

1. Meminta Perlindungan kepada Allah dengan Berta’awudz.
Amarah adalah “pintu” segala kejahatan yang dibuka oleh setan. Melepaskan amarah berarti memberi kesempatan setan memperdaya diri kita.

“Sesungguhnya aku akan mengajarkanmu satu kalimat yang jika engkau mengucapkannya akan hilang (amarah) darinya, yaitu jika ia berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk’.”(HR Bukhari)
2. Mengubah Posisi Badan.
Cara ini memberikan kesempatan bagi badan untuk melakukan relaksasi dan berfungsi meredakan ketegangan akibat kemarahan.

“Jika salah satu dari kamu marah sedang dia dalam keadaan berdiri hendaknya ia duduk, karena sesungguhnya amarah akan pergi. Jika tidak, hendaknya ia berbaring”(HR Ahmad)
3. Redam Amarah dengan Berwudhu.
Rasulullah SAW. bersabda,

“Marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api padam oleh air. Maka jika seorang marah hendaknya ia berwudhu”.(HR Ahmad)
4. Menahan Diri untuk Tidak Mengeluarkan Kata-kata
Biasanya, ketika marah orang akan sulit mengontrol isi pembicaraan.

Sabda Rasulullah SAW.“Jika salah satu di antaramu sedang marah hendaklah ia diam (Rasulullah saw. mengulanginya 3 kali).(HR Ahmad)
5. Mengingat Keutamaan Sabar dan Keburukan Marah.
Ini memang memerlukan kemampuan berpikir cepat dan tajam. Saat diri kita menegang karena stimulan yang merangsang amarah, pikiran menjadi pendek.

Rasulullah SAW bersabda,“Siapa yang menahan amarah, padahal ia dapat melampiaskannya, maka kelak pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di depan semua mahkluk, kemudian disuru memilih bidadari sekehendaknya.”(HR Abu Daud dan Tirmidzi)
6. Mengembangkan Sikap Pengertian dan Pemaaf.
Anas bin Malik ra. pernah bercerita bahwa suatu ketika ia berjalan bersama Rasulullah SAW. sedang beliau memakai selendang Najran yang tebal. Tiba-tiba, seorang badaui menarik sorban tersebut hingga berbekas pada leher Rasulullah SAW. sambil berkata, “Hai Muhammad, berikan kepadaku harta Allah yang ada padamu!” Rasulullah menoleh pada badui itu sambil tersenyum, kemudian beliau menyuruh pesuruhnya untuk mengabulkan permintaan orang badui itu.(HR Bukhari Muslim)

 “Ambillah maaf, anjurkan kebaikan, dan abaikan orang-orang bodoh.” (QS Al-A’raf [7]: 198)
7. Relaksasi.
Saat marah akan menggelegak, kita dianjurkan untuk menarik nafas dalam-dalam sambil berhitung, lalu melepaskannya perlahan. Jika hitungan pendek amarah telah mereda, berarti semakin terampil kita mengendalikan diri.

8. Menafsirkan Kembali Situasi yang Ada.
Kita bisa meredam amarah dengan cara menafsirkan kembali seituasi yang ada. Renungkan, pantaskah kita untuk marah? Apa dampaknya jika kita melampiaskan amarah saat itu? Pantaskah kesalahan yang dilakukan lawan bicara kita untuk diserang dengan amarah?

9. Melihat Sisi Positif Lawan Bicara Kita.
Ketika marah, biasanya yang melintas dalam pikiran adalah informasi negatif “lawan” kita. Saraf yang merespons kemarahan membuat otak memutar memori-memori negatif.Ketika itu, cara untuk meredam amarah adalah dengan membuka gudang memori pikiran kita untuk mencari sisi positif lawan bicara.

10. Mengembangkan Sikap Humor dan Realistis
Dalam kondisi tertekan, yang menjadi stimulan kemarahan, misalnya dalam rapat yang penuh dengan kritik, menanggapinya dengan serius malah memper besar emosi kita. Dalam kondisi demikian kita, tanggapilah setiap serangan yang ditujukan kepada anda dengan santai dan penuh humor. Humor dapat mengurangi ketegangan diri Anda.


by. alikhlascipayung
 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution