Kamis, 29 Agustus 2013

Riwayat Dajjal Dalam Hadist Shahih

Hadist Shahih Tentang Riwayat Dajjal

HR. Shahih Riwayat Muslim, Hadist ini diriwayatkan oleh Fathimah binti Qais, “....Aku mendengar muadzin Rasulullah berseru, ‘Shalatlah berjama’ah’. Maka aku pun keluar untuk shalat di masjid bersama Rasulullah.

Setelah shalat, beliau duduk dimimbar dan bersabda, ‘Hendaknya setiap orang tetap berada pada tempat shalatnya’.



Kemudian bersabda lagi, “Apakah kalian mengetahui mengapa saya mengumpulkan kalian?”


Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-NYA yang lebih tahu”.


Beliau bersabda, “Demi Allah, saya tidak mengumpulkan kalian untuk membuat senang ataupun menakut-nakuti, tetapi saya mengumpulkan kalian karena Tamim Ad-Dari, yang sebelumnya seorang Nashrani, datang berbai’at dan telah memeluk Islam. Dan ia menyampaikan kepadaku suatu berita yang sesuai seperti apa yang telah saya sampaikan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal.”


Lalu Tamim berdiri dan bercerita dihadapan para hadirin, ”Kami mengendarai kapal laut bersama 30 orang, dan gelombang laut mempermainkan kami selama satu bulan. Lalu, kami melihat sebuah pulau dan berlabuh lah kami disana sehingga terbenamnya matahari. Kami duduk di dekat kapal kemudian memasuki pulau itu hendak mencari air tawar. Tiba-tiba seekor binatang melata dengan rambut yang sangat lebat menemui kami. Rambut binatang itu menutupi semua tubuhnya, sehingga kami tidak dapat memastikan mana qubulnya, mana pula duburnya.


Kami berkata, “wahai, sungguh celaka engkau, makhluk apakah engkau ini?”


Binatang itu menjawab, “Aku Jassasah”. – (yang artinya adalah ‘Mata-mata’)


Kami bertanya, “Apa itu Jassasah?”


Binatang itu tidak menajwab, tetapi berkata, “Wahai kaum, pergilah kalian menemui seorang lelaki dalam suatu rumah, ia rindu ingin mendengar berita tentang kalian”.


Tatkala ia menyebut adanya seorang lelaki, maka kami khawatir bahwa makhluk itu adalah setan perempuan. Maka kami berangkat pergi sehingga masuklah kami kedalam suatu rumah. Ternyata didalamnya terdapat orang yang termasuk makhluk terbesar dan belum pernah kami melihat sebelumnya. Dia dalam keadaan diikat dengan tali yang semacam besi secara kuat, tangannya dikumpulkan dengan lehernya, ditekuk sampai ke celah antara kedua lutut dan mata kakinya.


Kami bertanya, “Wahai, sungguh celaka engkau, siapakah engkau ini?”


Dia menjawab, “Sesungguhnya kalian telah mendapat berita berkenaan dengan diriku, maka beritahukanlah kepadaku siapakah kalian?”


Kami menjawab, “Kami adalah orang-orang Arab. Kami telah berlayar dan dipermainkan ombak selama satu bulan, maka kami berlindung ke pulau ini. Tatkala kami hendak memasuki pulau ini untuk mencari air tawar, kami dihadang oleh makhluk yang berambut sangat lebat, sehingga kami tidak dapat mengenali mana qubulnya dan mana pula duburnya. Kami bertanya hakekat tentang dirinya, dan dia menjawab bahwasanya ia adalah Jassasah, dan dia katakan agar kami menemui seorang lelaki yang berada disuatu rumah, karena ia rindu ingin mendengar kabar tentang kami. Maka kami datang menemuimu, dan kami khawatir melihatmu, kami khawatir engkau adalah setan”.


Dia berkata, “Beritahukanlah kepadaku tentang korma Baisan”


Kami bertanya, “Berita tentang apanya yang engkau ingin tahu?”


Dia berkata, “Aku bertanya kepada kalian tentang pohon kormanya, apakah masih berbuah?”


Kami berkata, “Ya, bahkan buahnya mengandung banyak air”


Dia berkata, “Tidakkah pohon itu suatu saat tidak lagi berbuah? Adapun Sesungguhnya tak lama lagi kebun itu takkan berbuah. Beritahukanlah kepadaku tentang danau (kolam) Thabariyyah”.


Kami bertanya, “Berita tentang apanya yang engkau ingin tahu?”


Dia berkata, “Apakah danau (kolam) itu masih ada airnya?”


Kami menjawab, “Ya, bahkan danau itu penuh dengan air”


Dia berkomentar, “Tidakkah danau itu suatu saat akan kering? Sesungguhnya tidak lama lagi air danau itu akan habis. Beritahukanlah kepadaku tentang mata air Zughar”


Kami bertanya, “Berita tentang apanya yang engkau ingin tahu?”


Dia berkata, “Apakah mata air itu masih memancarkan air? Dan apakah penduduk negeri itu masih bercocok tanam dengan menggunkan air dari mata air itu?”


Kami menajwab, “Ya, Bahkan mata air itu mengeluarkan air sangat banyak, dan penduduk negeri itu cukup menggunakannya untuk berladang”.


Dia bertanya, “Beritahukanlah kepadaku tentang nabi kaum ummi (yang tidak mengenal baca-tulis), apa yang telah ia lakukan?”


Kami menjawab, “Sesungguhnya ia telah keluar dari Makkah dan tinggal di Yatsrib (Madinah)”


Dia bertanya, “Apakah orang-orang Arab memeranginya?”


Kami menjawab, “Benar”


Dia bertanya, “Bagaimana ia menyikapi mereka?”


Maka kami kabarkan kepadanya, bahwa dia telah dapat mengalahkan orang-orang Arab dan daerah sekitarnya yang terdekat, maka mereka kini telah mentaatinya.


Lalu ia berkata, “Benarkah semua itu telah terjadi?”


Kami menjawab, “Ya, benar”


Maka katanya, “Sesungguhnya, memang sebaiknya mereka mentaatinya. Aku akan memberitahukan kepada kalian siapa hakekatnya diriku. Sesungguhnya aku inilah Al-Masih Ad-Dajjal, dan tidak lama lagi aku akan diizinkan keluar. Dikala itu maka aku akan berjalan dimuka bumi sehingga tidak meninggalkan satu negeripun kecuali aku pasti mendatanginya selama 40 hari (dalam beberapa terjemahan = 40 malam), selain Makkah dan Thaibah (Thaibah = Nama lain dari Madinah). Diharamkan bagiku untuk memasuki keduanya, karena keduanya dijaga dengan sangat ketat oleh Malaikat. Setiap kali aku ingin memasukinya, maka aku akan dihadang oleh Malaikat yang menggenggam sebilah pedang yang terhunus dan menghalau aku dari kedua kota itu. Pada setiap sudut kota dan lorong-lorongnya, ada Malaikat-Malaikat yang menjaganya”.


Sampai disitu, Rasulullah bersabda sambil menghentakkan tongkatnya pada mimbar, “Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah. Tidakkah saya pernah menyampaikan hal itu kepada kalian?”


Orang-orang dalam majelis itu menjawab, “Ya”



ARAH KELUARNYA DAJJAL


Fathimah bin Qais melanjutkan, “Maka Rasulullah bersabda, “Sungguh mengagumkan-ku cerita Tamim ini yang sesuai benar dengan apa yang telah saya sampaikan kepada kalian tentang Dajjal itu, dan mengenai Makkah dan Madinah. Ketahuilah, Dajjal itu berada di laut Syria atau laut Yaman. Bahkan ia akan muncul dari arah Timur, dari arah Timur, dari arah Timur”. – Beliau menunjuk dengan tangannya ke arah Timur”. [1]


Maka saya pun menghafal hadist ini, dan hadist ini pun telah dihafal oleh banyak orang”.



[1]  Catatan  : Hadist pada bagian “arah datangnya Dajjal” ini telah menimbulkan banyak persepsi, sebagian menterjemahkannya sebagai pertanyaan, dengan kalimat, “Ketahuilah, Dajjal itu berada di laut Syria atau laut Yaman?, Tidak, bahkan ia akan muncul dari arah Timur, dari arah Timur, dari arah Timur”.


Bagaimanapun juga, dari arah mana pun datangnya Dajjal, bukanlah Rasulullah memfokuskannya disitu.


Yang dimaksud dengan arah keluarnya itu mempunyai maksud 2 X keluar. Hal ini telah dibuktikan dengan isi manuskrip yang menyatakan tanda2 keluarnya Dajjal, yaitu yang pertama tanda2 keluarnya Dajjal dari pulau. Dan yang ke 2 adalah tanda-tanda keluarnya Dajjal sebagai orang sombong kemuka bumi (ketengah masyarakat).


Bila saat itu, – (ketika Tamim berjumpa dengan Dajjal yang masih terikat itu) –, ia berada didalam pulau di laut Yaman atau Syria, maka setelah wafatnya Rasulullah, ia telah diizinkan keluar (inilah keluar yang pertama = keluar dari pulau), yang saat ini entah dimana keberadaannya – (orang-orang meyakini, kini Dajjal bersemayam di kedalaman Segitiga Bermuda) –, kemudian, Dajjal akan muncul di tanah Arab (ketengah masyarakat) dari arah Timur = inilah keluar yang kedua.


Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu berkata, “Rasulullah bersabda, “Dajjal keluar dari wilayah Timur, yang disebut dengan Khurasan”. – HR. At-Tirmidzi, Al-Hakim dan Al-Albani, Shahih, Shahih Al-Jami, 3404.


HR.Riwayat Imam Ahmad, dari ‘Amr bin Huraib, Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu berkata, “Rasulullah bersabda, “Dajjal keluar dari wilayah Timur, yang disebut dengan Khurasan. Dia akan diikuti bangsa-bangsa berwajah bagikan perisai yang ditempa – (Maksudnya mukanya itu bentuknya penyek, hidungnya pesek. Sebagian cendekiawan memperkirakan orang-orang Khurasan ini adalah orang-orang dari daratan cina, Wallahu A’lam) ”. – HR. Imam Ahmad, dalam musnadnya no.12, Ibnu Majah dalam Sunan Ibn Majah dan Sunan Abu Daud, dari An-Nawwas bin Sam’an.


Menurut Ibnu Katsir awal kemunculannya itu dari Ashfahan dari suatu kampung yang bernama Al-Yahudiyyah. Akan tetapi umat Islam baru mengetahui kemunculannya ketika ia sampai ke suatu tempat antara Irak dan Syria.


[Hal ini sungguh dapat diterima akal, mengingat bahwa pengikut-pengikut Dajjal adalah orang-orang Yahudi, mereka bersegera mengimani Dajjal begitu Dajjal sampai kenegeri mereka dan menyeru mereka. Dan ketika umat Islam memeranginya, ia sudah mempunyai pasukan, yaitu orang-orang Yahudi].


HR. Dari Anas Radhiyallahu Anhu berkata, “Rasulullah bersabda, “Dajjal keluar dari kampung Yahudiah Ashfahan, bersama 1000 orang Yahudi”. – HR.Ahmad, dan Ibn Hajar, Shahih, Fath Al-Bari, 13/328.


Hadist Sahabat yang dikutip dari shahih Muslim, dari An-Nuwwas bin Sam’an, “Sesungguhnya dia (Dajjal) keluar di tempat (kullah) antara Syria dan Irak, dan berbuat kerusakan dikanan kiri. Wahai hamba Allah, kokohkanlah diri kalian”. – Kullah adalah suatu tempat diantara dua negara sebagaimana dikatakan An-Nawawi.



PENGIKUT-PENGIKUT DAJJAL


Para pengikut Dajjal yang paling banyak berasal dari kaum Yahudi, bangsa Ajam dan bangsa Turki, serta campuran dari orang-orang yang mayoritas mereka adalah kaum Badui dan kaum wanita.


HR.Riwayat Muslim, dari Anas bin Malik RA, Rasulullah bersabda, “Dajjal diikuti oleh kaum Yahudi Ashfahan yang berjumlah 70.000 orang yang memakai syal”. – HR.Muslim, 18/85, Kitab Al-Fitan.


Nama Dajjal menurut kaum Yahudi adalah Al-Masih bin Dawud. Mereka menduga bahwa Dajjal akan keluar pada akhir masa, dan kekuasaannya akan sampai meliputi daratan dan lautan, dan sungai-sungai berjalan bersamanya. Dan mereka juga menduga bahwa Dajjal merupakan salah satu tanda dari sekian tanda-tanda kekuasaan Allah yang akan mengembalikan kerajaan Yahudi kepada mereka. – Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyyah, 2/112.


Mengenai orang Badui, lebih banyak karena kebodohan mereka [Lihat bahasan Salsa DAJJAL II, Hadist Rasul tentang Fitnah Dajjal yang ditolong oleh setan-setan dalam menjelma menyerupai orang tua seorang pemuda Badui agar beriman kepada Dajjal].


Adapun kondisi kaum wanita lebih lemah daripada kaum Badui, karena mereka cepat terpengaruh dan kebodohan mendominasi mereka.


HR. Riwayat Ahmad, dari Ibnu umar Radhiyallahu Anhuma, Rasulullah bersabda, “Dajjal turun di rawa, suatu lembah di dekat kota Madinah, dan yang paling banyak keluar menemuinya adalah kaum wanita. Sampai-sampai seorang lelaki pulang menemui istrinya, ibunya, anak perempuannya, saudara perempuannya, bibinya dan mengikat mereka dengan tali, karena khawatir akan keluar menemui Dajjal”. – HR.Ahmad, 5353, sanad Shahih.


  BERAPA LAMA DAJJAL TINGGAL DI BUMI?


Para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah tentang lama waktu Al-Masih Ad-Dajjal tinggal di bumi.


Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, berapa lama ia akan tinggal di bumi?”


Rasulullah menjawab, “Empat puluh hari. Satu hari itu (satu hari pertama) bagaikan satu tahun, satu hari lainnya (hari ke 2) bagaikan satu bulan, dan satu hari lainnya lagi (hari ke 3) bagaikan 1 jum’at (seminggu). Selanjutnya hari-hari lainnya bagaikan hari-hari biasa”.


Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, apakah satu hari yang bagaikan satu tahun itu cukup bagi kami untuk shalat satu hari didalamnya?” (Maksudnya karena panjangnya 1 hari itu bagaikan 1 tahun, apakah cukup bila melakukan shalat seperti 1 hari dalam keadaan biasa seperti sekarang ini).


Rasulullah menjawab, “Tidak, ukuran harinya itu menurut ukuran Dajjal”. (maksudnya dalam beribadah 3 hari pertama yang panjang harinya menurut ukuran Dajjal itu, yang  hari pertama panjang harinya  = 1 tahun, hari ke 2 panjang harinya = 1 bulan, dan hari ke 3 panjang harinya = seminggu, Rasulullah menganjurkan untuk beribadah sebanyak-banyaknya).



MENGAPA DAJJAL TIDAK DISEBUTKAN DALAM AL-QUR’AN?


Banyak Ulama dan kaum awam yang bertanya-tanya mengenai hikmah tidak disebutkannya Dajjal dalam Al-Qur’an secara jelas meski ia merupakan fitnah terbesar dalam seluruh kehidupan.


Adapun jawaban dari sebagian pakar adalah sebagai berikut :


1. Seluruh ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menyatakan adanya kalimat “tanda-tanda Hari kiamat”, cakupannya sudah termasuk Dajjal, Matahari terbit dari barat, binatang melata yang dapat berbicara dengan manusia, gempa-gempa dahsyat, dsb.


Allah berfirman, “Pada hari datangnya beberapa tanda dari Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, “Tunggulah olehmu, sesungguhnya kami pun menunggu pula”. – (QS.Al-An’am :158)


Rasulullah bersabda, “Tiga tanda yang jika telah keluar maka tidak bermanfaat bagi dirinya keimanannya yang sebelumnya tidak beriman atau (belum) memperoleh kebaikan dalam keimanannya, yaitu Munculnya matahari dari arah barat, keluarnya Dajjal dan binatang melata”. – HR. Muslim, 2/195, Kitab Al-Iman.


2. Al-Qur’an telah menyebutkan tentang turunnya Isa AlaihisSalam, dan Isa pula lah yang akan membunuh Dajjal, maka sudah dipandang cukup dengan menyebutkan Masih Al-Huda (Pembawa Petunjuk) daripada menyebutkan Masih Adh-Dhalalah (Pembawa Kesesatan). Dan telah menjadi tradisi bangsa Arab, cukup menyebutkan salah satu dari dua hal yang saling bertentangan, dengan tanpa menyebutkan yang lain.


3. Allah berfirman, “Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahu”. – QS. Al-Mukmin :57. (Yang dimaksud manusia disini termasuk Dajjal, karena Dajjal itu hakekatnya adalah manusia keturunan Bani Adam, sebagaimana Isa AlaihisSalam, ia termasuk kelompok manusia yang ditangguhkan kematiannya).


4. Tidak disebutkannya nama Dajjal dalam Al-Qur’an adalah untuk bermaksud meremehkannya, karena ia mengaku-ngaku sebagai tuhan.


Nama Fir’aun, disinggung didalam Al-Qur’an kendati dahulu dirinya pun mengaku-mengaku sebagai tuhan. Namun hakekatnya, perkara Fir’aun ini adalah perkara lampau, yang masanya sudah berlalu, peristiwanya sudah terjadi dan perkaranya telah habis dan selesai. Masalah penyebutan namanya di dalam Al-Qur’an adalah sebagai berita dari ghaib (langit) tentang peristiwa lampau untuk dijadikan pelajaran bagi manusia masa depan.


Berbeda dengan Dajjal, dia adalah manusia masa depan yang perkaranya belum terjadi. Adalah hina bagi Al-Qur’an yang suci dengan menyebutkan Dajjal didalamnya. Dajjal yang mempunyai kekurangan dan celaan yang jelas, lebih hina dan kecil dari kedudukan yang diaku-akuinya. Padahal peristiwanya baru akan terjadi nanti di akhir Zaman. Sedangkan pada masa akhir zaman itu, mushaf Qur’an telah diangkat ke langit, ilmu-ilmu telah dicabut, dan amanah-amanah telah dihapus dari dada manusia.


Maka cukuplah berita mengenai Dajjal yang akan terjadi ini, menjadi tugas para Nabi dan Rasul untuk menjelaskannya dan memberitakan peristiwanya.

by.resensiakhirzaman

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution