Senin, 26 Agustus 2013

Mendidik Anak Sejak Dini

Didiklah Anak Sejak Dini!

Tanggung jawab pendidikan adalah satu tanggung jawab yang digariskan Islam, yang barang tentu bukan hanya bagaimana mempersiapkan anak didik menjadi teknokrat, birokrat, konglomerat atau profesi-profesi lain. Melainkan justru yang paling urgen adalah bagaimana tanggung jawab pendidikan itu diwujudkan menjadi sebuah gerakan pembentukan generasi Qur’ani dan masyarakat Rabbani, yaitu generasi atau masyarakat yang sah dan layak untuk mengharapkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

 
Dengan sudut pandang seperti ini, maka orang tua akan melihat anak adalah amanah Allah yang harus dibina, dipelihara dan dididik agar kelak menjadi insan kamil, berguna bagi agama, bangsa dan negara, dan secara khusus menjadi penyejuk hati dan kebanggaan orang tua dan keluarga.

Orang tua secara fitrah mencintai anaknya. Dalam hati kedua orang tua tumbuh secara fitrah perasaan cinta terhadap anak yang disertai pula dengan perasaan kasih sayang dan perhatian yang besar padanya. Bila saja perasaan-perasaan psikologis semacam itu tidak ada, niscaya species manusia ini akan lenyap dari permukaan bumi, kedua orang tua tidak akan sabar memelihara anak-anaknya, enggan mengasuh dan mendidik, serta tidak memiliki perhatian terhadap persoalan dan kepentingan anaknya.

Karenanya, tidak aneh jika Al-Qur’an menggambarkan perasaan-perasaan indah ini dengan gambaran yang sebaik-baiknya. Sehingga sesekali Al-Qur’an menggambarkan anak-anak sebagai perhiasan hidup: “Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia … “ (QS. Al-Kahfi: 46)

Al-Qur’an memandang anak-anak sebagai nikmat agung yang berhak untuk disyukuri: “… dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan kami menjadikan kamu kelompok yang besar “ (QS. Al-Isra’: 6)

Sesekali pula Al-Qur’an memandang mereka sebagai pelipur hati, bila mereka sejalan dengan orang-orang yang bertaqwa: “ Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang- orang yang bertaqwa “ (Al-Furqon: 74)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yang mengilustrasikan perasaan-perasaan kedua orang tua terhadap anak yang tabir kebenaran perasaan dan kecintaan hati mereka terhadap belahan jiwa dan buah hati mereka.

Sebab kenakalan anak

Kemiskinan yang Menimpa keluarga
 
Bila seorang anak tidak mendapatkan haknya dengan semestinya berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal yang nyaman, ia tidak menemukan seseorang yang dapat memberinya sesuatu yang menunjang kehidupannya, maka situasi tersebut akan membuatnya meninggalkan rumah untuk mencari dan memenuhi kebutuhan sendiri.

Disharmoni antara ayah dan ibu
 
Ketika anak membuka matanya dan melihat secara jelas pertengkaran yang terjadi antara kedua orang tuanya, maka itu akan menjadi penyebab ia meninggalkan rumah yang kacau untuk mencari teman bergaul yang dapat menghilangkan keresahannya.

Perceraian
 
Adalah sebuah kenyataan bahwa ketika sang anak menemukan bahwa ia tidak memiliki seorang ibu yang menyayanginya, juga tanpa ayah yang senantiasa memenuhi segala kebutuhan, menjaganya dan melindunginya, maka realitas tersebut akan membuatnya terjerumus dalam kejahatan dan tumbuh dalam kenakalan.

Lebih parah lagi, bila ibunya menikah kembali dengan seorang suami yang tidak memiliki agama yang baik dan perhatian terhadap anak tirinya, maka keadaan itu membuat kehidupan sang anak terabaikan hingga membuatnya berusaha lari dari rumah.

Pergaulan Negatif dan Kawan yang Jahat
 
Mereka akan cepat terpengaruh oleh perilaku kawan-kawannya, dengan cepat mengikuti kebiasaan dan akhlaq buruk yang mereka miliki. Akhirnya perbuatan dan sifat buruk itu pun menjadi bagian dari kebiasaannya hingga membuat kedua orang tua semakin sulit me ngembalikannya ke jalan yang lurus dan menyelamatkannya dari kesesatan.

Buruknya perlakuan orang tua terhadap anak
 
Kika anak diperlakukan secara kejam oleh kedua orang tuanya, dididik dengan keras, cemoohan, hinaan dan ejekan, maka yang akan timbul adalah reaksi negative yang tampak pada perilaku dan akhlaq anak. Bahkan lebih tragis, terkadang mengakibatkan anak berani membunuh kedua orang tuanya atau meninggalkan rumah demi menyelamatkan diri dari kekejaman, kezhaliman dan perlakuan yang menyakitkan.

Film-film sadis dan porno
 
Film-film cerita criminal dan porno yang mereka lihat di televisi, internet, majalah dan buku-buku cerita cabul yang mereka baca. Semua ini dapat mendorong anak untuk menyimpang dan melakukan tindak kejahatan.

Keteledoran orang tua dalam pendidikan anak
 
Kita tidak boleh melupakan peran seorang ibu di dalam memikul amanat dan tanggung jawab terhadap anak-anak yang berada dibawah pengawasannya. Tanggung jawab seorang ibu sama besarnya dengan seorang ayah. Bahkan bagi seorang ibu tanggung jawab itu lebih berat, karena ibulah yang selalu berdampingan dengan anaknya semenjak ia melahirkan hingga tumbuh dewasa.

Bencana Keyatiman
 
Anak yatim yang ditinggalkan ayahnya ini, jika tidak mendapatkan orang yang akan mengasihani dan menyayanginya, tidak mendapatkan orang yang akan mengangkat derajat dan menutupi kebutuhannya, secara perlahanlahan, anak akan mengarah pada kenakalan dan kejahatan. Bahkan akan menjadi alat penghancur masyarakat dan biang kekacauan di tengah-tengah mereka.

Sasaran pendidikan anak

Pendidikan Iman.  

Yang dimaksud dengan pendidikan iman adalah, mendidik anak dengan dasar-dasar keimanan sejak ia mengerti, membiasakannya dengan rukun Islam dan mengajarkan kepadanya dasar-dasar syariat sejak usia tamyiz (menjelang usia baligh). Maka di antara cara yang bisa dilakukan orang tua untuk merealisasikan hal di atas adalah:

-  Membuka dan mengenalkan anak dengan kalimat “Laa Ilaaha Illaah”.
-  Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak sejak dini.
-  Mengajari anak untuk melakukan ibadah seperti shalat dan yang lainnya ketika memasuki usia tujuh tahun.
-  Mendidik anak untuk mencintai Rasulullah saw. keluarganya, sahabatnya dan membaca Al-Qur’an.

Pendidikan Moral. 

Yaitu serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan watak dasar yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi Mukallaf, yakni siap mengarungi lautan kehidupan.
Jika sejak masa kanak-kanaknya, ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut, ingat, pasrah, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, ia akan memiliki kemampuan dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan, di samping terbiasa dengan akhlaq mulia. Hal itu terlihat kalau sang anak berhasil menghindari beberapa kebiasaan buruk berikut:

-  Suka berbohong.
- Suka mencuri.
-  Suka mencela dan mencemooh.
-  Kenakalan dan penyimpangan.

Pendidikan Fisik.  

Di antara tanggung jawab lain yang dipikulkan Islam di atas pundak para pendidik termasuk orang tua, adalah tanggung jawab pendidikan fisik. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, bergairah dan bersemangat. Dengan pendidikan seperti ini, anak-anak nantinya akan mampu menjalani tugas-tugasnya sebagai muslim dan dalam menghadapi segala ujian dan rintangan sebagai mukmin.

Hal inilah yang dipesankan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada orang mikmin yang lemah… “ (HR. Muslim)

Pendidikan Akal.  

Yang dimaksud dengan pendidikan akal adalah membentuk pola piker anak dengan segala sesuatu yang bermanfat, seperti: ilmu-lmu agama, pengetahuan, kebudayaan dan peradaban. Dengan demikian, pikiran anak menjadi matang, bermuatan ilmu, kebudayaan dan sebagainya. Adapun tahapantahapan yang harus dilalui dalam pendidikan ini adalah:

-  Kewajiban belajar
-  Kewajiban mengajar
-  Menumbuhkan kesadaran berfikir
-  Kejernihan befikir.

Pendidikan Kejiwaan.  

Pendidikan kejiwaan pada anak dimaksudkan untuk mendidik anak semenjak ia mulai mengerti supaya bersikap berani terbuka, mandiri, suka menolong, bis mengendalikan amarah dan senang kepada segala bentuk keutamaan moral secara mutlak.

Pendidikan Sosial. 

Pendidikan sosial ini mengajari anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama, dasardasar kejiwaan yang mulia yang bersumber dari aqidah islamiyah dan kesadaran iman yang mendalam, agar di tengah-tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku social yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.

Dan pendidikan social ini tak dapat dilepaskan dari hal-hal berikut:

-  Penanaman kejiwaan yang baik
-  Menjaga hak-hak orang lain
-  Menjaga etika sosial
-  Pengawasan dan kritik sosial.

Pendidikan Seksual.  

Pendidikan seksual ini adalah upaya pengajaran, penyadaran dan pemahaman tentang masalah-masalah seksual kepada anak, sejak ia mengenal masalah-masalah yang berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan. Sehingga ketika anak telah tumbuh menjadi pemuda dan dapat memahami urusan- urusan kehidupan, ia telah mengetahui apa saja yang diharamkan dan apa saja yang dihalalkan.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution