Didiklah Anak Sejak Dini!
Tanggung
jawab pendidikan adalah satu tanggung jawab yang digariskan Islam, yang
barang tentu bukan hanya bagaimana mempersiapkan anak didik menjadi
teknokrat, birokrat, konglomerat atau profesi-profesi lain. Melainkan
justru yang paling urgen adalah bagaimana tanggung jawab pendidikan itu
diwujudkan menjadi sebuah gerakan pembentukan generasi Qur’ani dan
masyarakat Rabbani, yaitu generasi atau masyarakat yang sah dan layak
untuk mengharapkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dengan
sudut pandang seperti ini, maka orang tua akan melihat anak adalah
amanah Allah yang harus dibina, dipelihara dan dididik agar kelak
menjadi insan kamil, berguna bagi agama, bangsa dan negara, dan secara
khusus menjadi penyejuk hati dan kebanggaan orang tua dan keluarga.
Orang tua
secara fitrah mencintai anaknya. Dalam hati kedua orang tua tumbuh
secara fitrah perasaan cinta terhadap anak yang disertai pula dengan
perasaan kasih sayang dan perhatian
yang besar padanya. Bila saja perasaan-perasaan psikologis semacam itu
tidak ada, niscaya species manusia ini akan lenyap dari permukaan bumi,
kedua orang tua tidak akan sabar memelihara anak-anaknya, enggan
mengasuh dan mendidik, serta tidak memiliki perhatian terhadap persoalan
dan kepentingan anaknya.
Karenanya,
tidak aneh jika Al-Qur’an menggambarkan perasaan-perasaan indah ini
dengan gambaran yang sebaik-baiknya. Sehingga sesekali Al-Qur’an
menggambarkan anak-anak sebagai perhiasan hidup: “Harta dan anak adalah
perhiasan kehidupan dunia … “ (QS. Al-Kahfi: 46)
Al-Qur’an
memandang anak-anak sebagai nikmat agung yang berhak untuk disyukuri: “…
dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan kami
menjadikan kamu kelompok yang besar “ (QS. Al-Isra’: 6)
Sesekali
pula Al-Qur’an memandang mereka sebagai pelipur hati, bila mereka
sejalan dengan orang-orang yang bertaqwa: “ Dan orang-orang yang
berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami
dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami
imam bagi orang- orang yang bertaqwa “ (Al-Furqon: 74)
Dan masih
banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yang mengilustrasikan perasaan-perasaan
kedua orang tua terhadap anak yang tabir kebenaran perasaan dan
kecintaan hati mereka terhadap belahan jiwa dan buah hati mereka.
Sebab kenakalan anak
Kemiskinan yang Menimpa keluarga
Bila seorang anak tidak mendapatkan haknya dengan semestinya berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal yang nyaman, ia tidak menemukan seseorang yang dapat memberinya sesuatu yang menunjang kehidupannya, maka situasi tersebut akan membuatnya meninggalkan rumah untuk mencari dan memenuhi kebutuhan sendiri.
Disharmoni antara ayah dan ibu
Ketika anak membuka matanya dan melihat secara jelas pertengkaran yang terjadi antara kedua orang tuanya, maka itu akan menjadi penyebab ia meninggalkan rumah yang kacau untuk mencari teman bergaul yang dapat menghilangkan keresahannya.
Perceraian
Adalah sebuah kenyataan bahwa ketika sang anak menemukan bahwa ia tidak memiliki seorang ibu yang menyayanginya, juga tanpa ayah yang senantiasa memenuhi segala kebutuhan, menjaganya dan melindunginya, maka realitas tersebut akan membuatnya terjerumus dalam kejahatan dan tumbuh dalam kenakalan.
Lebih
parah lagi, bila ibunya menikah kembali dengan seorang suami yang tidak
memiliki agama yang baik dan perhatian terhadap anak tirinya, maka
keadaan itu membuat kehidupan sang anak terabaikan hingga membuatnya
berusaha lari dari rumah.
Pergaulan Negatif dan Kawan yang Jahat
Mereka akan cepat terpengaruh oleh perilaku kawan-kawannya, dengan cepat mengikuti kebiasaan dan akhlaq buruk yang mereka miliki. Akhirnya perbuatan dan sifat buruk itu pun menjadi bagian dari kebiasaannya hingga membuat kedua orang tua semakin sulit me ngembalikannya ke jalan yang lurus dan menyelamatkannya dari kesesatan.
Buruknya perlakuan orang tua terhadap anak
Kika anak diperlakukan secara kejam oleh kedua orang tuanya, dididik dengan keras, cemoohan, hinaan dan ejekan, maka yang akan timbul adalah reaksi negative yang tampak pada perilaku dan akhlaq anak. Bahkan lebih tragis, terkadang mengakibatkan anak berani membunuh kedua orang tuanya atau meninggalkan rumah demi menyelamatkan diri dari kekejaman, kezhaliman dan perlakuan yang menyakitkan.
Film-film sadis dan porno
Film-film cerita criminal dan porno yang mereka lihat di televisi, internet, majalah dan buku-buku cerita cabul yang mereka baca. Semua ini dapat mendorong anak untuk menyimpang dan melakukan tindak kejahatan.
Keteledoran orang tua dalam pendidikan anak
Kita tidak boleh melupakan peran seorang ibu di dalam memikul amanat dan tanggung jawab terhadap anak-anak yang berada dibawah pengawasannya. Tanggung jawab seorang ibu sama besarnya dengan seorang ayah. Bahkan bagi seorang ibu tanggung jawab itu lebih berat, karena ibulah yang selalu berdampingan dengan anaknya semenjak ia melahirkan hingga tumbuh dewasa.
Bencana Keyatiman
Anak yatim yang ditinggalkan ayahnya ini, jika tidak mendapatkan orang yang akan mengasihani dan menyayanginya, tidak mendapatkan orang yang akan mengangkat derajat dan menutupi kebutuhannya, secara perlahanlahan, anak akan mengarah pada kenakalan dan kejahatan. Bahkan akan menjadi alat penghancur masyarakat dan biang kekacauan di tengah-tengah mereka.
Sasaran pendidikan anak
Pendidikan Iman.
Yang
dimaksud dengan pendidikan iman adalah, mendidik anak dengan
dasar-dasar keimanan sejak ia mengerti, membiasakannya dengan rukun
Islam dan mengajarkan kepadanya dasar-dasar syariat sejak usia tamyiz (menjelang usia baligh). Maka di antara cara yang bisa dilakukan orang tua untuk merealisasikan hal di atas adalah:
- Membuka dan mengenalkan anak dengan kalimat “Laa Ilaaha Illaah”.
- Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak sejak dini.
- Mengajari anak untuk melakukan ibadah seperti shalat dan yang lainnya ketika memasuki usia tujuh tahun.
- Mendidik anak untuk mencintai Rasulullah saw. keluarganya, sahabatnya dan membaca Al-Qur’an.
Pendidikan Moral.
Yaitu serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan watak dasar yang
harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula
hingga ia menjadi Mukallaf, yakni siap mengarungi lautan kehidupan.
Jika sejak
masa kanak-kanaknya, ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada
landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut, ingat,
pasrah, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, ia akan
memiliki kemampuan dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan, di
samping terbiasa dengan akhlaq mulia. Hal itu terlihat kalau sang anak
berhasil menghindari beberapa kebiasaan buruk berikut:
- Suka berbohong.
- Suka mencuri.
- Suka mencela dan mencemooh.
- Kenakalan dan penyimpangan.
Pendidikan Fisik.
Di
antara tanggung jawab lain yang dipikulkan Islam di atas pundak para
pendidik termasuk orang tua, adalah tanggung jawab pendidikan fisik. Hal
ini dimaksudkan agar anak-anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang
kuat, sehat, bergairah dan bersemangat. Dengan pendidikan seperti ini,
anak-anak nantinya akan mampu menjalani tugas-tugasnya sebagai muslim
dan dalam menghadapi segala ujian dan rintangan sebagai mukmin.
Hal inilah
yang dipesankan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya: “Orang mukmin yang
kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada orang mikmin
yang lemah… “ (HR. Muslim)
Pendidikan Akal.
Yang
dimaksud dengan pendidikan akal adalah membentuk pola piker anak dengan
segala sesuatu yang bermanfat, seperti: ilmu-lmu agama, pengetahuan,
kebudayaan dan peradaban. Dengan demikian, pikiran anak menjadi matang,
bermuatan ilmu, kebudayaan dan sebagainya. Adapun tahapantahapan yang
harus dilalui dalam pendidikan ini adalah:
- Kewajiban belajar
- Kewajiban mengajar
- Menumbuhkan kesadaran berfikir
- Kejernihan befikir.
Pendidikan Kejiwaan.
Pendidikan
kejiwaan pada anak dimaksudkan untuk mendidik anak semenjak ia mulai
mengerti supaya bersikap berani terbuka, mandiri, suka menolong, bis
mengendalikan amarah dan senang kepada segala bentuk keutamaan moral
secara mutlak.
Pendidikan Sosial.
Pendidikan
sosial ini mengajari anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan
perilaku sosial yang utama, dasardasar kejiwaan yang mulia yang
bersumber dari aqidah islamiyah dan kesadaran iman yang mendalam, agar
di tengah-tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku
social yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan
yang bijaksana.
Dan pendidikan social ini tak dapat dilepaskan dari hal-hal berikut:
- Penanaman kejiwaan yang baik
- Menjaga hak-hak orang lain
- Menjaga etika sosial
- Pengawasan dan kritik sosial.
Pendidikan Seksual.
Pendidikan
seksual ini adalah upaya pengajaran, penyadaran dan pemahaman tentang
masalah-masalah seksual kepada anak, sejak ia mengenal masalah-masalah
yang berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan. Sehingga ketika anak
telah tumbuh menjadi pemuda dan dapat memahami urusan- urusan kehidupan,
ia telah mengetahui apa saja yang diharamkan dan apa saja yang
dihalalkan.
0 komentar:
Posting Komentar