Senin, 26 Agustus 2013

Kisah Khalifah Harun Ar Rasyid

Beberapa Keping Dinar itu...

Suatu hari khalifah Harun Ar Rasyid melemparkan beberapa keping dinar kepada para pembantu-pembantu wanitanya ( khadamat ), spontan para pembantunya berebut dinar-dinar tersebut, akan tetapi hanya satu pembantu yang kulitnya hitam pekat dan wajahnya jelek yang tetap diam tidak ikut berebut sambil memandang ke wajah Harun Ar Rasyid.

Heran dengan sikap pembantu tersebut, lantas beliau bertanya kepadanya, kenapa kamu tidak ikut berebut memungut dinar-dinar itu ?. Mereka mengharapkan dinar-dinar tersebut, sedangkan aku mengharapkan yang memberikan dinar, jawabnya.

Terkesan dengan kata-kata dan sikap pembatu tersebut, maka sang khalifah jatuh cinta dan berniat akan menikahinya. Seketika tersiar kabar dan kasak-kusuk di kalangan para gubernur bahwa sang khalifah jatuh cinta dan akan menikah dengan pembantunya yang hitam dan berwajah jelek.

Mendengar hal itu khalifah mengumpulkan seluruh gubernurnya, dan setelah para gubernur berkumpul, khalifah memerintahkan seluruh pembantunya berkumpul di hadapan para gubernur dengan satu per satu diberikan mangkok yang berhiaskan permata.

Khalifah kemudian memerintahkan satu per satu pembantunya untuk melemparkan mangkok yang dibawanya ke lantai di hadapan para gubernur. Tidak ada satu pun di antara mereka yang melakukannya. Ketika tiba giliran pembantu hitam yang berwajah jelek tersebut, ia melemparkan mangkok yang ada di tangannya hingga pecah.

Khalifah berkata kepada para gubernurnya, lihatlah pembantu ini, wajahnya jelek tetapi akhlaq dan perangainya baik. kemudian khalifah bertanya kepada pembantu yang satu ini, kenapa kamu melemparkan dan memecahkannya ?

Tuan memerintahkanku untuk melemparkan dan memecahkannya, dan dalam pikiranku memecahkannya memang akan mengurangi kekayaan sang khalifah, akan tetapi jika tidak memecahkannya maka itu sama artinya saya menentang perintah tuan. 


Yang terpenting bagiku adalah mempertahankan kehormatan sang khalifah, memecahkan mangkok berhiaskan permata itu adalah satu kegilaan, akan tetapi membiarkannya adalah bentuk pelanggaran, bagiku dianggap gila lebih baik daripada dianggap sebagai penentang, jawab pembantu itu dengan lugu dan datar.

Mendengar jawaban pembantu itu para gubernur sadar mengapa sang khalifah jatuh cinta dan akan menikahinya.

------------------------
( Kitab An Nawadir, Ahamad Syihabuddin bin Salamh Al Qalyubi )

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution