Renungan Catatan Amal Akhir Tahun
Waktu
terus berjalan dengan bergantinya siang dan malam. Seakan-akan tak
begitu terasa, ternyata beberapa hari lagi kita akan bertemu dengan
tahun baru Hijriah dan tahun baru Masehi. Mungkin saja kita sudah berada
di tahun baru itu. Artinya usia biologis kita terus bertambah, namun
usia kehidupan kita semakin dekat dengan Allah SWT.
Akhir umur
manusia adalah rahasia Allah SWT. Kita tidak tahu kapan harus menghadap
Allah SWT. Akan tetapi kita mengimani bahwa setiap jiwa akan merasakan
kematian. Kita juga memahami bahwa batas usia kita sudah ditentukan
Allah SWT. Tetkala kita berusia empat bulan dan atau empat puluh hari di
rahim ibu-ibu kita. “Sesungguhnya malaikat akan mendatangi nuthfah yang
telah menetap dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima
malam seraya berkata; ‘Ya Tuhanku, apakah nantinya ia ini sengsara atau
bahagia?‘ Maka ditetapkanlah (salah satu dari) keduanya. Kemudian
malaikat itu bertanya lagi; ‘Ya Tuhanku, apakah nanti ia ini laki-laki
ataukah perempuan? ‘ Maka ditetapkanlah antara salah satu dari keduanya,
ditetapkan pula amalnya, umurnya, ajalnya, dan rezekinya. Setelah itu
catatan ketetapan itu dilipat tanpa ditambah ataupun dikurangi lagi.”
H.R. Muslim. Meskipun Rasulullah SAW bersabda: “Dari Abu Hurairah ia
berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Umur umatku
antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun, dan sedikit diantara mereka
yang melebihi itu.” Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan
gharib.
Hadits ini
menggambarkan bahwa umumnya usia ummat Muhammad SAW antara 60-an dan
70-an dan sedikit yang melebihi 70 tahun. Karena dalam realitas
kehidupan kita, tidak sedikit manusia yang menghadap Allah SWT pada usia
muda.
Umur atau
usia manusia bukan berorientasi pada pendek dan panjangnya hidup. Akan
tetapi beroreantasi pada keberkahan selama menjalani kehidupan. Dan
nilai manusia bukan diukur dan dilihat dari sisi fisiknya, akan tetapi
sejauh mana mereka menghabiskan waktu hidup untuk menghimpun amal-amal
shaleh dan bagaimana mereka mendayagunakan potensi dirinya untuk
beribadah kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah
tidak melihat kepada rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia hanya
memandang kepada amal dan hati kalian.” H.R. Imam Ibnu Majah dari
Sahabat Abu Hurairah r.a.
Hidup ini
bersifat “given” (pemberian) dari Allah SWT. Tiada seorangpun dari kita
yang menginginkan lahir di dunia ini. Semua terjadi atas kehendak Allah
SWT dengan hanya mengatakan : “jadilah”, maka semua akan terjadi. Oleh
karenanya, visi dan misi kehidupan sudah ditentukan dan digariskan Allah
SWT. Yaitu hanya untuk beribadah kepadanya. Coba kita perhatikan ayat
di bawah ini: “ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada- Ku.” QS 51:56. “Katakanlah: Sesungguhnya
sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam.” QS 6:162
Oleh
karenanya, manusia harus menyadari kembali tentang tujuan hidupnya. Agar
berjalan sesuai yang dikehendaki Allah SWT. Apalagi sebagai manusia
muslim harus selalu berpegan teguh pada Al-Quran dan As-sunnah. Agar
tidak sesat dalam lautan kehidupannya. Harus memiliki komitment untuk
melaksanakan nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan Islam dalam
seluruh ruang kehidupannya.
Renungan Catatan Amal kita
Seiring
dengan berjalannya waktu dan bergantinya tahun, kita pasti bisa
mengingat apa yang pernah terjadi selama setahun kemarin dalam lembaran
kehidupan kita. Apakah tinta emas yang kita sempat goreskan dalam kanvas
kehidupan atau noda-noda hitam yang telah mewarnai kanvas tersebut.
Kita telah mencatat itu semua dalam buku ingatan amal. Kalaupun kita
tidak mencatatnya atau lupa, dan atau tidak mampu mengingatnya, semua
amal itu sudah pasti tercatat dalam buku catatan Roqib dan ‘Atid. Dan
akhirnya semua kita akan menemukan amal-amal itu dan balasan yang
setimpal dari perbuatan dan amal tersebut. Allah berfirman:
“dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku
catatan dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah
tertulis.” QS 54 (al-Qamar): 52-53.
“tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” QS 50 (Qoof):18.
“Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
arrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” QS 99:7-8.
Muhasabah Diri
Untuk
merencanakan kembali program dan kegiatan di tahun yang akan datang,
pastinya kita perlu mengevaluasi atau melakukan muhasabah terhadap
capaian semua target yang kita rencanakan dan yang kita inginkan pada
tahun sebelumnya. Sehingga kita bisa memilih dan memilah kembali seluruh
kegiatan atau amal yang telah terjadi dalam kehidupan kita. Kita bisa
mengukur tingkat keberhasilan perencanaan yang berkaitan pada diri kita,
yang focus pada keluarga, masyarakat dan bangsa.
Dengan
muhsabah atau melakukan evaluasi, membantu kita dalam merumuskan kembali
target dalam kehidupan. Mana saja kegiatan yang perlu kita pertahankan
dan perlu diupgrade (ditingkatkan) agar lebik baik dan lebih mendekati
tujuan atau target yang kita inginkan. Dan begitu juga,
kegiatan-kegiatan yang harus kita hindari karena termasuk factor yang
menghambat dan menjadi kendala dalam menggapai cita-cita atau kesuksesan
hidup.
Tentang
urgensinya melakukan evaluasi dan muhasabah terhadap amal-amal yang
berlalu dan untuk perbaikan di masa yang akan datang, Allah SWT
berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS (Al-Hasyr) 59:18
Rasulullah SAW bersabda:
“Dari
Syaddad bin Aus dari Nabi SAW beliau bersabda: “Orang yang cerdas
adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah
kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa
nafsunya dan berangan angan kepada Allah.” H.R. Imam At-Tirmidzi, Dia
berkata: Hadits ini hasan.
Umar bin
Al-Khottab r.a. berkata: Dan telah diriwayatkan dari Umar bin Al Khottob
dia berkata: hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihitung
dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha
Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang
selalu menghisab dirinya ketika di dunia.”
Maka dalam
pergantian tahun ini, saat yang tepat untuk melakukan evaluasi dalam
rangka perbaikan di masa yang akan datang. Baik masa depan dalam
kehidupan dunia maupun masa depan yang berkaitan dengan kehidupan
akhirat.
Berjanjilah Melakukan Perbaikan
Sebagai
seorang muslim yang memahami makna kehidupan dan arah tujuan yang telah
digariskan Allah SWT dalam Kitab-Nya dan lewat lisan Rasul-Nya, harus
menjadikan setiap pergantian tahun sebagai sarana perubahan, perbaikan
dan peningkatan amal ibadah. Dan berjanji kembali kepada dirinya untuk
melakukan peningkatan amal-amal kebaikan yang pernah dilakukan dan
berjanji untuk meninggalkan dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak
baik dan yang dilarang Islam. Agar senantiasa menjadi model muslim ideal
dan mempesona. Mempesona dengan nilai-nilai keimanan dan keislaman yang
terapatri dalam jiwa dan dirinya. Perubahan dan perbaikan ini harus
dimulai dari diri kita, dengan menguatkan keimanan, amal ibadah dan
pesona akhlak. Keimanan yang mampu melahirkan energy positif yang mampu
mengontrol dan mengendalikan setiap langkah, ucapan dan tindakan.
Keimanan yang melahirkan pemahaman yang mampu menjadi “furqon” (pembeda)
antara yang haq dan batil, dan yang baik dan buruk. Dan keimanan yang
jauh dari kekufuran, kesyirikan dan kemunafikan.
Allah SWT
berfirman: “Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah,
Kami akan memberikan kepadamu Furqaan[607]. dan Kami akan jauhkan dirimu
dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah
mempunyai karunia yang besar.” QS 8: 29
Amal
ibadah yang mengokohkan tiangtiang agama dalam dirinya dan menguatkan
citra dirinya sebagai muslim. Amal ibadah yang memancarkan pesona nilai
islam dalam ruang kehidupannya. Dan yang melahirkan cahaya akhlak dalam
seluruh dimensi kehidupannya. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang
beriman, ruku’- lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” QS 22;77
Ketika
kita semua mampu mempertahankan amal shaleh dalam kehidupan yang fana,
maka kita termasuk orang-orang yang sukses menghadapi ujian penciptaan
kita QS 67:2, akan mendapatkan “hayaatan thoyyibatan” (kehidupn yang
baik) QS 16:9, menjadi sebaik- baik manusia dan menjadi factor turunnya
keberkahan langit dan bumi. Perhatikan ayat di bawah ini: “Jikalau
Sekiranya penduduk negerinegeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” QS 7:96
0 komentar:
Posting Komentar