Manusia Tempat Salah dan Khilaf
Terkadang
ketika kita melakukan kesalahan dan kehilafan, kita sering bergumam dalam hati
“manusia adalah tempatnya salah dan khilaf, tidak ada manusia yang sempurna”.
Kalimat tersebut mempunyai dua nilai dan makna, kalau tidak hati-hati dalam
memaknainya, kalimat tersebut bisa-bisa menjadi jembatan yang akan menjebak
kita pada kesalahan, kekhilafan yang tak berujung.
Ketika siasat setan berhasil dalam
menggelincirkan hati manusia, maka makna kalimat “manusia adalah tempatnya
salah dan khilaf, tidak ada manusia yang sempurna” bisa menjadi makna
negativ yang mengandung makna kelalaian, manakala kalimat tersebut dijadikan
sebagai pembenaran dari sebuah kesalahan dan kekhilafan, bahkan pembenaran atas
dosa dan maksiat. Kalimat tersebut bisa membuat kita terus berkilah dari
kesalahan-kesalahan. Akibatnya, karena kita terus berkilah karena merasa ada
pembenaran, kita tidak akan belajar dari sebuah kesalahan, kita tidak
bermuhasabah dari kekhilafan, atau bahkan kita tidak akan menyesali sebuah
perkara dosa dan maksiat.
Dari
Aisyah, Rasul bersabda, “sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Alloh
adalah orang yang paling cerdik berkilah” (Shahih Al-Bukhari no. 2457, 4523,
7188; Shahih Muslim no. 6951; Sunan At-Tirmidzi no. 3242; Sunan An-Nasa’I no.
5440). Berkilah dari suatu kesalahan, kekhilafan, dosa dan maksiat dengan
bersandar pada kalimat “manusia tempat
salah dan khilaf” lambat-laun akan menyamarkan sebuah kesalahan, kekhilafan
bahkan dosa dan maksiat menjadi sesuatu yang mudah dimaklumi, diwajarkan dan
dimahfumi.
Disinilah perlu kehati-hatian kita dalam merenungi setiap kesalahan
dalam kehidupan kita. Tidak ada satu kesalahan, kehilafan, dosa dan maksiat
yang dapat kita maklumi, wajarkan dan mahfumi, yang harusnya kita renungkan
dari setiap kesalahan dan kekhilafan manusia adalah dengan menyesalinya,
bermuhasaban kemudian melakukan perbaikan. Ibarat pepatah, “keledai pun tidak
akan jatuh untuk yang kedua kalinya pada lubang yang sama”, maka agar kita
tidak jatuh pada kesalahan yang sama, kekhilafan yang sama, dosa dan maksiat
yang sama, maka jangan jadikan kalimat kalimat “manusia tempat salah dan khilaf” sebagai kalimat pemakluman,
pewajaran dan pemahfuman apalagi pembenaran.
Rasululloh
juga bersabda, “Manusia tidak akan binasa sampai mereka membuat ‘udzur untuk
dirinya sendiri” (Sunan Abu Dawud no. 4347, Shahih Al-Jami’ no. 5231). Pengertian
Udzur bisa disamakan dengan membuat-buat alasan dan berkilah dari sebuah
perkara, terlebih untuk menghindari perkara yang disyariatkan dan diperintahkan
atau perkara yang ingin mengingkari sesuatu yang dilarang. Mari kita senantiasa
untuk selalu waspada akan tipu daya setan yang halus, termasuk tipu daya yang
menggelincirkan kalimat yang mengandung makna tauhid menjadi kalimat yang
mengandung unsur kelalaian.
dosen FISIP Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.
0 komentar:
Posting Komentar