Fatamorgana Dunia
Fatamorgana sering
diartikan sebagai sesuatu yang bersifat fantasi dan ilusi, ibarat seseorang
yang tersesat dipadang pasir, kelelahan dan kehausan, kemudian tiba-tiba dia
melihat mata air yang jernih, rasa haus dan lelah membuatnya ingin segera
menghampiri mata air itu, tetapi setelah sampai, mata air itu seolah-olah
lenyap dari pandangan mata. Ya, itulah fatamorgana, hanya ilusi dan fantasi
yang menipu. Sama halnya dengan dunia, penuh fatamorgana ilusi dan fantasi.
Terkadang sebagai
manusia kita dihinggapi dengan rasa lelah, bosan dan jenuh. Hati terasa kering,
bangunan iman pun rontok satu persatu, sampai-sampai ibadah pun menjadi tiada
makna yang menyejukan, hanya sebatas ritual yang membosankan.
Salah satu virus yang menggerogiti hati dan iman kita sehingga perasaan lelah, bosan dan jenuh adalah virus dunia. Kita seringkali berharap sesuatu tetapi sesuatu yang diharapkan itu tak kunjung datang, sampai-sampai seorang manusia merasa hidupnya tertahan pada satu titik. Ada yang ingin punya jodoh, punya anak, punya gelar, jabatan, punya pekerjaan, penghasilan tetap, punya rumah, motor dan mobil dan berbagai persoalan dunia lainnya.
Apalagi manusia kini berada dalam abad modern, abad ditemukan berbagai teknologi canggih, abad dimana keindahan dan pernak-pernik dunia menjadi etalase yang jamak kita temui sehari-hari. Bangunan megah hampir berdiri ditiap sudut kota, pusat perbelanjaan yang menawarakan berbagai rupa barang, kendaraan mewah hilir mudik dijalanan dan rumah-rumah cantik setiap hari dibangun. Semua pernak-pernik itu bisa menjadi fatamorgana dunia yang memicu syahwat manusia untuk memilikinya.
Salah satu virus yang menggerogiti hati dan iman kita sehingga perasaan lelah, bosan dan jenuh adalah virus dunia. Kita seringkali berharap sesuatu tetapi sesuatu yang diharapkan itu tak kunjung datang, sampai-sampai seorang manusia merasa hidupnya tertahan pada satu titik. Ada yang ingin punya jodoh, punya anak, punya gelar, jabatan, punya pekerjaan, penghasilan tetap, punya rumah, motor dan mobil dan berbagai persoalan dunia lainnya.
Apalagi manusia kini berada dalam abad modern, abad ditemukan berbagai teknologi canggih, abad dimana keindahan dan pernak-pernik dunia menjadi etalase yang jamak kita temui sehari-hari. Bangunan megah hampir berdiri ditiap sudut kota, pusat perbelanjaan yang menawarakan berbagai rupa barang, kendaraan mewah hilir mudik dijalanan dan rumah-rumah cantik setiap hari dibangun. Semua pernak-pernik itu bisa menjadi fatamorgana dunia yang memicu syahwat manusia untuk memilikinya.
Sebagai seorang
muslim, ketika fatamorgana dunia itu menghampirinya tentunya kita harus
mempunyai tameng atau rem yang akan mencegah kita dari rasa berputus asa.
Kembali kepada apa yang diwahyukan Allah SWT dalam Al-Quran dan apa yang
disabdakan Nabi Muhammad SAW adalah kunci jawaban dari segala persoalan
fatamorgana dunia. Kesabaran seorang manusia dalam menghadapi fatamorgana dunia
sehingga mencapai derajat istiqomah, tawakal, kona’ah atau zuhud tidak
mungkin bisa dicapai tanpa mempelajari, memahami dan mengimani Al-Quran dan
Hadist, karena itulah sumber atau inti ajaran Islam.
Kita diingatkan oleh sebuah hadist yang bisa menjadi tameng dan rem dari fatamorgana dunia,
Dan ingatlah janji Allah ketika seorang manusia mampu menguasai fatamorgana dunia dengan mengubah pandangan keduniaan menjadi tujuan akhirat, “ Dan barangsiapa menjadikan akhirat keinginan (utamanya), niscaya Allah akan kumpulkan baginya urusan hidupnya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya (dengan tunduk)” (HR. Ibnu Majah 4095).
Wallahualam bishawab
Kita diingatkan oleh sebuah hadist yang bisa menjadi tameng dan rem dari fatamorgana dunia,
“Barangsiapa yang menjadikan dunia
ambisinya, niscaya Allah cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran
(kemiskinan) menghantui kedua matanya dan Allah tidak memberinya harta dunia
kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya” (HR. Ibnu Majah 4095).
Dan ingatlah janji Allah ketika seorang manusia mampu menguasai fatamorgana dunia dengan mengubah pandangan keduniaan menjadi tujuan akhirat, “ Dan barangsiapa menjadikan akhirat keinginan (utamanya), niscaya Allah akan kumpulkan baginya urusan hidupnya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya (dengan tunduk)” (HR. Ibnu Majah 4095).
Wallahualam bishawab
Dosen FISIP Universitas Siliwangi
0 komentar:
Posting Komentar