Fitnah dan Penanggulangannya
Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah. Kami
memujinya. Kami memohon pertolongan kepadaNya. Kami juga memohon ampunan
dan bertaubat kepadaNya. Kami berlindung kepada Allah dari kejelekan
jiwa kami dan keburukan amal perbuatan kami.
Barang siapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tidak ada yang bisa
menyesatkannya. Demikian pula, barang siapa yang Allah sesatkan maka
tiada satupun yang bisa memberi hidayah kepadanya. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata tanpa ada sekutu bagiNya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Semoga Allah memuji dan memberi keselamatan untuknya, keluarganya dan seluruh shahabatnya.
Wahai hamba-hamba Allah yang merupakan orang-orang yang beriman bertakwalah kalian kepada Allah dan yakinilah bahwa takwa adalah asas kebahagiaan dan jalan keberuntungan di dunia dan di akherat.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)
Yang artinya, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS ath Thalaq:2).
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا (٤)
Yang artinya, “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya
Allah menjadikan baginya kemudahan dalam semua urusannya.” (QS ath
Thalaq:4).
Hasil akhir yang baik itu selalu berpihak kepada orang-orang yang bertakwa. Ketahuilah bahwa berbagai perkara yang mengerikan dan berbagai peristiwa
yang datang silih berganti menimpa manusia itu berfungsi untuk
menyingkap watak asli manusia, mengetahui sifat manusia dan
memperlihatkan klasifikasi manusia dalam ketaatan kepada-Nya. Ketika
ujian tiba manusia terbagi ke dalam berbagai kelompok. Di antaranya
adalah sebagaimana yang Allah firmankan,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ (١١)
Yang artinya, “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah
dengan berada di pinggiran. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah
ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana,
berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang
demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS al Hajj: 11).
Kelompok kedua adalah orang yang menyembah Allah dengan dasar ilmu, pengetahuan, iman yang kokoh dan akidah yang bersih. Jika dia mendapatkan musibah maka dia bersabar dan sabar itu yang lebih baik baginya. Setelah itu dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk melakukan berbagai sarana dan cara yang dibenarkan oleh syariat untuk membebaskan diri dari masalah dan melindungi diri dari dampak negatif masalah tersebut.
Lain halnya, jika dia mendapatkan nikmat maka dia bersyukur maka itulah yang lebih baik baginya. Setelah itu dia pergunakan nikmat tersebut untuk mentaati Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sungguh berbahagia seorang yang memiliki sifat semacam ini.
Iman yang benar dan akidah yang lurus itu memiliki pengaruh yang
besar dan peran yang sangat vital untuk membantu mengatasi dan menyikapi
berbagai kejadian dan musibah serta ujian yang menimpa manusia. Hal itu
dikarenakan seorang yang memiliki iman dan akidah yang benar
mendapatkan berbagai prinsip dan kaedah penting dari agamanya. Dengan
seizin Allah, kaedah tersebut membantu orang tadi untuk bisa tetap tegar
menghadapi bencana dan memiliki sikap yang tepat yang bertitik tolak
dari akidah yang benar dan keimanan kepada Allah.
Dalam kesempatan kali ini akan kami sebutkan prinsip dan kaedah tersebut dalam rangka saling mengingatkan akan adanya prinsip-prinsip tersebut. Diharapkan setelah mengetahuinya seorang mukmin memiliki ilmu tentang apa yang seharusnya dilakukan ketika mendapatkan ujian.
Pertama, seorang mukmin meyakini bahwa pencipta alam
semesta adalah Allah. Oleh karena itu Dia memiliki hak penuh untuk
mengatur makhluk ciptaan-Nya sebagaimana yang Dia kehendaki. Dia
putuskan apa yang Dia inginkan tanpa yang bisa memprotes dan menolak
ketetapan-Nya. Apa yang Allah kehendaki itulah yang terjadi dan apa yang
tidak Allah kehendaki tentu tidak akan terjadi. Tiada daya dan kekuatan
kecuali dengan Allah, zat yang maha tinggi dan maha agung. Allah
berfirman
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٢٠ )
Yang artinya, “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang
ada di dalamnya. Dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu” (QS al
Maidah:120).
Kedua, seorang mukmin yakin bahwa Allah telah
memberikan jaminan untuk membela orang-orang yang beriman, menjaga agama
ini, memuliakan pemeluknya dan meninggikan agama-Nya
وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ (٤٧)
Yang artinya, “Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman” (QS ar Ruum:47).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (٧)
Yang artinya, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS
Muhammad:7).
Agar mendapatkan pertolongan Allah kita harus menolong agama-Nya. Kita harus bisa menundukkan jiwa dan nafsu kita sendiri. Kita harus bisa menundukkan dunia dan gemerlapnya. Kita harus beriman dan percaya kepada Allah serta memiliki hubungan yang baik dengan Allah. Kita harus rutin melakukan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Kita harus berhasil mengalahkan jiwa dan nafsu syahwat kita sendiri. Kita harus berhasil mengalahkan godaan dunia dan glamournya dengan secara tulus memberikan perhatian hati kepada Allah, menerapkan aturan-aturan-Nya pada diri kita, rutin mentaati-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Siapa yang beriman dan mentaati Allah maka Allah pasti akan menjaganya, membelanya, meneguhkan dan menjaganya dari segala bentuk keburukan.
Ketiga, sesungguhnya Allah berjanji untuk tidak
menolong orang-orang kafir, menghancurkan dan menjadikan mereka sebagai
materi pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran. Allah
memberi tempo kepada orang yang zalim namun Allah itu sama sekali tidak
akan membiarkan orang yang zalim. Jika Allah menyiksa orang yang zalim
maka Dia akan menyiksanya dengan tiba-tiba.
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ (١٠٢ )
Yang artinya, “Dan Begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk
negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah
sangat pedih lagi keras” (QS Huud:102).
Keempat, seorang mukmin itu yakin dengan
seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan sedikitpun bahwa seorang itu tidak
akan mati sampai ajalnya tiba.
0 komentar:
Posting Komentar