Bosan Bergaul vs Kemesraan dengan Allah
مَتَى اَوْحَشَكَ مِنْ خَلْقِهِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ يُرِيْدُ اَنْ يَفْتَحَ لَكَ بَابَ الأُنْسِ بِهِ٠
“Apabila Allah swt membunuh perasaan jemu pada jiwamu terhadap
makhluk-makhluk-Nya, sesungguhnya Allah menghendaki dan membuka pintu
kemesraan untukmu dengan-Nya."
Allah swt membuka pintu kemesraan dengan-Nya, agar engkau mau mendekati
Allah dengan menjinakkan diri dengan-Nya, dengan melepaskan diri dari
pergaulan yang membosankan dirimu antara sesama manusia. Ini adalah
suatu alamat yang Allah Ta'la akan memberi kepadamu rahmat-Nya, agar
engkau datang bermesraan dengan Allah, lebih mendekati dan bergaul
dengan yang Maha Halus lagi Maha mengetahui apa yang tersembunyi dibalik
tabir hati manusia.
Hubungan yang tidak pernah membosankan, percakapan (zikir) yang tidak
pernah menjemukan, pergaulan yang tidak pernah menjemukan. Suatu tali
perhubungan yang terikat erat dalam kasih sayang antara ‘abid dengan ma'bud-nya yang selalu diberkati dan tidak ada putus- putusnya.
Manusia yang mengikatkan dirinya dengan Allah, akan memperoleh karunia
besar dari Maha Pencipta itu dengan kehidupan yang sakinah dan
mutmainnah, karena hubungan dengan Allah adalah hubungan abadi, Sedangkan hubungan dengan manusia adalah hubungan sementara.
Manusia akan merasakan kenikmatan dalam kekhusyukan perhubungannya, dan
mendapatkan kebahagiaan khusus dari ibadahnya. si hamba berada dalam
hubungannya dengan Allah, ia berada dalam lindungan yang menyenangkan
dan menenangkan. Hatinya menjadi tenang dengan siraman zikir yang tidak
membosankan. Syekh Ahmad Ataillah berkata:
مَتَى اََطْلَقَ لِسَانَكَ بِالطَّلَبِ فَاعْلَمُ اَنَّهُ يُرِيْدُ اَنْْ يُعْطِيَكَ٠
"Apabila Allah telah membiarkan lidahmu untuk berzikir, memohon kepada-Nya, ketahuilah bahwa itulah tanda Allah menghendaki mengabulkan permintaanmu."
Yang dimaksud Allah swt melepaskan atau membiarkan lisan meminta, tidak
lain adalah berdoa dengan penuh khidmat dan tawadu’ sehingga doa
diterima oleh Allah. Berdoa karena memang satu-satunya tempat bermohon
hanyalah kepada Allah Pengendali hidup manusia dan Pemelihara alam
semesta.
Dengan penuh keyakinan yang istiqamah, manusia wajib memohon kepada
Allah sehingga apa yang dimohon daripadanya menjadi terkabul. Terutama
doa di waktu manusia sedang terdesak, atau di waktu darurat. Yakni
ketika ia berdoa kepada Allah dengan lisannya di waktu sangat genting
dan begitu darurat, maka dalam keadaan demikianlah Allah swt akan
menerima doa hamba-Nya tersebut. Itulah doa darurat yang telah
dijanjikan Allah, pasti menerima doa yang dimaksud. "Karena Allah tidak
pernah menyalahi janjinya." (QS. Ali Imran: 9)
Dalam hadis dari Abdullah bin Umar ra, dari Rasulullah saw barsabda: "Barangsiapa di antara kamu mendapat
izin dari Allah untuk berdoa, niscaya akan dibukakan pintu-pintu rahmat
bagi – Nya. Allah tidak meminta agar para hamba berdoa apa yang Allah
suka mendengarnya, ialah meminta ampunan dan kesejahteraan di dunia dan
akhirat."
Diriwayatkan pula dari Rasulullah saw|, beliau bersabda: "Barangsiapa
diizinkan berdoa, berarti tidak terhalang untuk diterima oleh Allah
swt." Bagaimana Allah tidak menerima doa hamba-Nya, padahal Allah telah
membuka pintu rahmat bagi hamba-Nya yang meminta.
Diriwayatkan pula dari sahabat Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw telah
bersabda: "Apabila Allah swt telah mengasihi seorang hamba, akan
dihindarkannya dari bencana, apabila ia berdoa, maka para malaikat
berkata, itulah suara yang menyenangkan. Apabila si hamba mengucap, Ya,
Tuhanku, Allah berfirman menerima ucapan si hamba, "labbaik" Aku
mendatangimu wahai hamba-Ku dan memberi engkau kebahagiaan, tiada siapa
pun berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan, dan tidaklah ia meminta
sesuatu dari-Ku, tentu Aku berikan. Adakalanya Aku (Allah) segera
memberikan apa yang engkau minta, kadang-kadang Aku tahan, karena akan Aku berikan padamu saat yang lebih penting untukmu, atau dengan cara
akan menghindarkan engkau dari bencana yang lebih besar manfaatnya
bagimu." Itulah sebabnya maka hamba Allah yang saleh dan tetap
taqarrub-nya kepada Allah hendaklah selalu berdoa, sedangkan tempat
bermohon yang sebaik-baiknya hanyalah Allah semata. Hamba Allah yang
arif, senantiasa tidak putus-putusnya berharap kepada Allah, ia enggan
memutuskan tali tautannya dengan Allah. Seperti telah diterangkan pula
oleh Syekh Ataillah:
اَلْعَارِفُُ لاَ يَزُوْلُ اضْطِرَارَهُ وَلاَ يَكُوْنُ مَعَ غَيْرِ اللَّهِ قَرَارَهُ٠
“Orang yang arif tidak kunjung hilang rasajahat kepada Allah swt. Ia
sangat memerlukan perlindungan Allah, dan tidak ada tempat bersandar
baginya kecuali kepada Allah swt semata."
Orang-orang yang arif bijaksana, mereka sangat mengenal diri mereka
sendiri, serta mengetahui pula tidak ada suatu kepuasan kecuali dari
Allah swt yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa. Mereka pun sadar tentang
kekurangan diri sendiri, dan sadar pula akan kebutuhannya kepada Allah
swt, seperti kalimat yang bagus disebut: "Man arafa nafsahu, arafa
Rabbahu." Allah swt berfirman dalam surat An Naml ayat 62: "Siapakah
yang menghijabi orang yang bersedih tatkala ia berdoa kepada Allah, dan
menyingkirkan keburukan...
"
Itulah pemberian dan anugerah Allah kepada hamba-hamba Nya yang patut
dipelihara dengan selalu mendekatkan diri kepada Nya dengan sepenuh hati
dan jiwa yang tulus.
Allah yang Maha Adil lagi Rahman, selalu menolong hamba- Nya yang tidak
putus-putus mendekati dan menghampirinya di saat susah ataupun senang.
Di saat duka dan sedih, Allah
tambah mendekati dan menolong Para hamba yang selalu mendekati-Nya.
Menerima permohonan dan ampunan serta menyelamatkan si hamba dari mara
bahaya.
0 komentar:
Posting Komentar