Kebaikan Kembali Kepada Diri
Ketika manusia hidup di dunia, tiada manusia
yang tidak mau kepada kebaikan, semua maukan kebaikan dan maukan orang lain
melakukan kebaikan terhadap dirinya. Seorang pencuri tidak mau anaknya menjadi
pencuri, begitulah fitrah manusia yang Allah jadikan benci kepada keburukan dan
cintakan kebaikan. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi saw tentu sekali membawa
kebaikan di dunia dan akhirat bagi manusia.
Di dalam Al-Quran banyak menyatakan hakikat
ini, jika manusia melakukan kebaikan maka hasilnya untuk dirinya dan jika
melakukan kejahatan juga kembali kepada dirinya. Allah swt sangat kaya dan
sempurna sifatnya, tidak ada mudharat bagi Allah jika kita melakukan kejahatan
dan tidak menambah kuasa Allah jika kita semua
taat, kesemuanya kembali kepada hambanya. Di dalam hadith Allah swt
berfirman:
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا
نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ . يَا
عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .
“ Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama
di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya
berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak
menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama
di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara
kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya
hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga.
“Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang
pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah
bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi,
niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah
jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua
perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan
balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia
bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah
ada yang dicela kecuali dirinya” (Riwayat Muslim: Bab berlaku zalim, hadith
no.2577)
Di dalam Al-Quran, banyak ayat-ayat yang
menyatakan bahawa kebaikan kembali kepada hamba itu sendiri, Firman Allah:
مَنْ
عَمِلَ
صَالِحًا
فَلِنَفْسِهِ
وَمَنْ
أَسَاءَ
فَعَلَيْهَا
وَمَا
رَبُّكَ
بِظَلامٍ
لِلْعَبِيدِ
“Barang
siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri
dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya).( Al-Fushshilat:46)
إِنْ
أَحْسَنْتُمْ
أَحْسَنْتُمْ
لأنْفُسِكُمْ
وَإِنْ
أَسَأْتُمْ
فَلَهَا
“Jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri” ( Israa’:7)
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ
وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ
غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa
yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji".(Surah Luqman: 12)
يَا
أَيُّهَا
الَّذِينَ
آمَنُوا
مَنْ
يَرْتَدَّ
مِنْكُمْ
عَنْ
دِينِهِ
فَسَوْفَ
يَأْتِي
اللَّهُ
بِقَوْمٍ
يُحِبُّهُمْ
وَيُحِبُّونَهُ
أَذِلَّةٍ
عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ
أَعِزَّةٍ
عَلَى
الْكَافِرِينَ
يُجَاهِدُونَ
فِي
سَبِيلِ
اللَّهِ
وَلا
يَخَافُونَ
لَوْمَةَ
لائِمٍ
ذَلِكَ
فَضْلُ
اللَّهِ
يُؤْتِيهِ
مَنْ
يَشَاءُ
وَاللَّهُ
وَاسِعٌ
عَلِيمٌ
“ Hai
orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang
yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di
jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha
Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.( Al-Maaidah: 54)
Ayat di
atas menjelaskan jika kita tidak mahu beriman, murtad dan sebagainya Allah swt
akan menggantikan dengan umat lain yang lebih mencintai Allah. Orang yang meninggalkan
agama tidak ada kerugian sedikitpun bagi Allah, bahkan kembali kepada dirinya. Oleh
demikian tentu sekali kita tertanya-tanya kenapakah Allah menciptakan manusia’?
banyak jawaban tentang persoalan ini. Saya membawa satu ayat Allah menyatakan
bahawa dia menciptakan untuk melihat siapakah yang paling baik amalanya. Firman
Allah;
الَّذِي
خَلَقَ
الْمَوْتَ
وَالْحَيَاةَ
لِيَبْلُوَكُمْ
أَيُّكُمْ
أَحْسَنُ
عَمَلا
وَهُوَ
الْعَزِيزُ
الْغَفُورُ
“ Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.(Al-Mulk: 2)
Mudah-mudahan
dengan apa yang disebutkan oleh Allah swt di dalam Al-Quran menjadi pengajaran
kepada kita. Kebaikan yang dilakukan kembali kepada diri sendiri, kejahatan
juga kembali kepada orang yang melakukan. Jika sesuatu kejahatan yang orang
lain lakukan dialah yang mendapat balasan begitu juga kebaikan, dialah yang mendapat manfaatnya. Wallahu
a’lam..
0 komentar:
Posting Komentar