Jumat, 15 Maret 2013

Panggilan Allah Ke Tanah Suci

Menunggu Panggilan Allah
 
Di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, ada seorang pejabat kaya yang hidupnya sudah lebih dari cukup. Keluarganya boleh dibilang juga cukup bahagia. Istrinya tetap terlihat cantik meskipun sudah melahirkan 3 orang anak yang sudah dewasa. Seorang putrinya sudah bekerja sebagai PNS di sebuah Departemen di kota Jakarta. Sementara anak lelakinya masih kuliah untuk menyelesaikan Pasca Sarjananya di Universitas Gajah Mada. Putri terakhirnya juga masih menyelesaikan S-1 Akuntansi di sebuah universitas negeri di Jawa Tengah denga nilai IPK terakhir cumlaude. Singkatnya, kehidupan bapak pejabat ini sudah nampak sempurna.


Karena tergolong sebagai orang kaya, jalan-jalan keliling Indonesia dan Luar negeri sudah bukan hal yang istimewa bagi keluarga ini. Hampir seluruh negara di Asia Tenggara sudah ia kunjungi. Perjalanan ke Eropa juga beberapa kali ia jalani. Amrik juga bukan lagi sebuah impian besar bagi mereka. Namun demikian, meski ia boleh dikata sudah mampu berkeliling dunia, bapak pejabat ini sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di bumi Haram. Dia belum pernah pergi Umroh atau Haji ke Tanah Suci Mekah.

Tidak ada yag tahu pasti mengapa bapak pejabat itu belum pernah pergi ke Mekah meskipun keliling dunia sudah ia lakukan. Beberapa tetangganya pernah berprasangka kalau bapak pejabat ini bukanlah orang yang dekat dengan agama. Tentu saja anggapan itu kurang bisa diterima. Bapak pejabat ini diketahui aktif sebagai salah satu pengurus di sebuah ormas Islam besar Indonesia di kotanya. Ia juga menjadi dosen di sebuah universitas Islam. Jika datang bulan Ramadhan, beliau juga diminta beberapa kali berdiri menyampaikan kultum di atas mimbar di depan jamaah tarawih. Dengan kata lain, bapak pejabat ini tidak bisa dikatakan sebagai orang yang tak kenal agama.

Suatu hari, ada seseorang iseng bertanya kepada bapak pejabat ini. “Pak, kapan bapak hendak pergi menunaikan ibadah haji ke tanah suci?”

Wah, saya menunggu panggilan dari Allah,” ujarnya singkat.

Beberapa bulan kemudian, saat datang bulan Dzulhijjah menjelang lebaran Idul Adha, tak disangka-sangka bapak pejabat yang usianya belum sampai 60 tahun itu meninggal dunia. Ia benar-benar memperoleh panggilan Allah untuk kembali. Dan ia memenuhi panggilan Allah itu tanpa bisa menunda. 

Seringkali, kita mendengar orang-orang mampu di sekitar kita mudah mengungkapkan kata “Menunggu panggilan dari Allah” jika ditanya kapan yang bersangkutan hndak menunaika ibadah haji untuk menyempurnakan rukun Islamnya. Bukankah panggilan Allah itu memiliki arti lain sebagai kematian? 

NB: Kisah di atas hanyalah fiksi. Meskipun barangkali ada kemiripan kejadian dengan realitas keadaan masyarakat kita.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution