Balas Kebaikan Dengan Kebaikan
Alkisah, Amr bin Akhtab Al-Ansariy pernah melihat sehelai rambut dalam
gelas air yang akan diminum Rasulullah SAW. Maka secepatnya dia
mengambil dan menyingkirkan dari gelas air tersebut. Rasulullah SAW
terhadap kebaikan yang kecil itu kemudian mendoakan Amr bin Akhtab
Al-Ansariy, “Semoga Allah tetap memperindah engkau.”
Perawi
hadis itu selanjutnya berkata, “Maka aku melihat Amr bin Akhtab
Al-Ansariy yang telah mencapai usia sembilan puluh tahun, tidak sehelai
rambut putih pun yang ada di jenggotnya.” Demikian redaksi hadis yang
diriwayatkan Imam Ahmad dan At-Thabrani.
Di
waktu yang lain, sebagaimana diutarakan Imam Al-Baihaqi, ketika datang
utusan Raja An-Najasyi (Raja Habasyah), Rasulullah SAW sendiri yang
sibuk melayani tamu-tamu itu, sehingga sahabatnya berkata, “Ya
Rasulullah, cukuplah kami yang melayani mereka.” Mendengar permintaan
sahabatnya tersebut, Sang Nabi SAW kemudian bersabda, “Mereka itu telah
menghormati sahabat-sahabatku, maka aku ingin membalas budi baik
mereka.”
Dua
kisah Rasulullah SAW di atas memberikan teladan bagi kita umat Islam
untuk membalas kebaikan yang diberikan manusia lainnya dengan kebaikan
pula, bukan sebaliknya. Balasan kebaikan tersebut pun dikembalikan
kepada kemampuan kita membalasnya. Berikut penjelasan hadis Rasulullah
SAW sebagaimana diriwayatkan Imam At-Tirmidzi yang bersumber dari Jabir
bin Abdillah Al-Ansahary, “Siapa yang memperoleh kebaikan dari orang
lain, hendaknya dia membalasnya.
Jika
tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang
tersebut, karena jika dia memujinya maka dia telah mensyukurinya. Jika
dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari kebaikannya.
Seorang yang berhias terhadap suatu (kebaikan) yang tidak dia kerjakan
atau miliki, seakan-akan ia memakai dua helai pakaian kepalsuan.” Hadis
senada juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad.
Lebih
jauh, dalam riwayat yang lain yang bersumber dari Ibnu Umar dan yang
diutarakan Imam Abu Daud bahwa Rasulullah SAW menyuruh umatnya mendoakan
mereka yang telah berbuat baik kepada kita, jika kita yang diberi
kebaikan tidak mampu membalas setimpal kebaikannya tersebut.
Berikut
redaksi hadisnya, “Siapa yang memohon perlindungan dengan
mengatasnamakan Allah, maka lindungilah dia. Dan siapa yang meminta
dengan mengatasnamakan Allah, maka berilah ia. Dan siapa yang berbuat
baik kepadamu, balaslah kebaikannya. Jika anda tidak mampu, maka
doakanlah dia sampai dia tahu bahwa kalian telah memberinya yang
setimpal.”
Hadis
mendoakan kebaikan orang lain di atas dikuatkan dengan riwayat yang
bersumber dari Anas bahwa ia berkata, “Kaum Muhajirin berkata, "Wahai
Rasulullah! Apakah kaum Anshar telah memborong seluruh pahala (atas
kebaikan yang mereka berikan kepada kami)?” Mendengar pertanyaan
sahabat-sahabat yang hijrah dari Makkah tersebut, Rasulullah SAW pun
bersabda, “Tidak. Selama kalian mendoakan kebaikan kepada mereka dan
kalian memuji atas kebaikan yang mereka berikan.” Demikian hadis shahih
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Abu Daud.
Perilaku
dan pesan Rasulullah SAW untuk membalas kebaikan dengan kebaikan
tersebut menegaskan firman Allah SWT dalam surah Ar-Rahman ayat ke-60,
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).”
Berdasarkan
firman Allah SWT tersebutlah Rasulullah SAW selalu membalas kebaikan
yang diterimanya dari siapapun. Sebagaimana dijelaskan oleh ‘Aisyah
dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, “Adalah Rasulullah SAW
menerima hadiah (pemberian selain shadaqah) dan membalasnya.”
Semoga
dengan meneladani Rasulullah SAW dan dengan merenungkan hadis-hadis di
atas, kita mau dan mampu menjadi orang yang selalu membalas kebaikan
orang lain terlebih pada orang tua kita.
Balaslah kebaikan dengan
kebaikan!
Berdoalah dan bersyukurlah atas kebaikan orang lain pada kita!
Janganlah lupakan hal ini! Semoga bermanfaat ! ( Muhammad Arif Fadhillah Lubis, SHI, MSI )
0 komentar:
Posting Komentar