Tidak Ada Manusia yang Sempurna
Hanya ada manusia yang merasa sempurna dan ingin terlihat sempurna. Kekurangan diri merupakan alarm hati yang akan mengingatkan kita akan kematian.
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur” (An-Nahl:78).
Kelebihan merupakan
anugerah yang akan mengisi dan melengkapi kekurangan. Bermuhasabah akan
senantiasa menumbuhkan kesadaran diri bahwa sejak awal terlahir pun kita
tidak memiliki apa-apa. Ayat diatas tadi mengingatkan kita bahwa
kekurangan dan kelebihan patut kita syukuri. Bersyukur atas keadaan yang
kita terima merupakan langkah utama untuk belajar menerima diri secara
utuh. Tanpa mensyukuri dan menyadari kekurangan diri, kita tidak akan
benar-benar mengerti kelebihan diri.
Allah menciptakan kekurangan agar
kita selalu introspeksi, tidak takabur dan menyombongkan diri karena
hanya Yang Maha Sempurna yang berhak memiliki segalanya. Dalam syukur
itu ada kesabaran. Untuk bisa menerima kekurangan, perlu kesabaran dan
pengertian. Kesabaran berarti ketulusan dalam berupaya dan berserah
diri. Kita dan orang-orang yang kita sayangi tidak selalu bisa sejalan
dengan keinginan dan tidak selalu bisa menyenangkan hati satu sama lain.
Kekurangan diri tidak mungkin selalu bisa ditutupi dengan terus
menonjolkan kelebihan diri. Kita terbatas dalam kemampuan dan tiada
batas dalam keinginan, sehingga diperlukan pengertian dan kesabaran
untuk memahami semua itu. Kita berhak untuk berubah, serta memperbaiki
kekurangan diri sendiri dan orang lain, tetapi kita juga harus ingat
untuk memaksimalkan kelebihan yang kita punya.
Jangan sampai waktu dan
energi terfokus untuk menambal dan menutupi kekurangan, sehingga kita
lupa bahwa kita punya keistimewaan yang berguna. Pengertian berarti kita
menerima apa adanya, kelebihan dan kekurangan diri kita dan orang lain
tanpa memaksakan kehendak untuk mengubahnya, apalagi demi orang yang
tidak mau belajar menerima kekurangan diri kita.
Tidak ada manusia yang sempurna-no human is perfect. Sebuah kalimat klise, namun sangat mendalam artinya.
Menurut Dicky wijaya bahwa Tidak ada manusia yang sempurna, hanya ada manusia yang merasa sempurna dan ingin terlihat sempurna. Ungkapan ini begitu bermakna untuk menyadarkan kita tentang kekurangan diri. Kelebihan dan kekurangan merupakan dua sisi dalam fitrah kita yang saling melengkapi. Namun, seringkali kita tidak dapat menerima kekurangan diri sendiri dan tidak mau memahami kekurangan orang lain.
Kekurangan lebih sering diapresiasi dengan perasaan dan pikiran negatif,
sehingga banyak kita yang membenci kekurangan diri dan menganggap
kesempurnaan sebagai faktor mutlak untuk mencapai kebahagiaan. Menerima
kekurangan, memang tidak mudah, sepertinya lebih mudah menuliskannya
daripada menerapkannya. Akan tetapi, proses belajar itu tidak boleh
berhenti karena tanpa belajar, kita tidak akan tahu dan tidak akan mampu
melakukan, serta mencapai sesuatu.
Belajar merupakan proses berupaya
untuk dapat memahami dan menerima, termasuk belajar menerima kekurangan
diri. Lalu bagaimana caranya? Pengertian akan tumbuh sejalan
dengan rasa menghargai. Menghargai diri sendiri dan orang lain merupakan
pengakuan bahwa ada sisi kelebihan yang bisa kita manfaatkan untuk
membuat diri kita berguna, serta masih banyak orang lain yang melebihi
kita dalam segala hal.
Penghargaan yang tulus merupakan wujud penerimaan
dan syukur atas apapun keadaan diri, sehingga kita dapat bersikap
bijaksana, tidak merasa inferior dengan kekurangan diri, tidak
underestimate terhadap kekurangan orang lain dan tidak dengki atas
kelebihan orang lain. Pengertian dan penghargaan kita atas diri sendiri
dan orang lain bisa membuat kita menyadari hakikat kemanusiaan kita
yakni selalu membutuhkan orang lain.
Sebagai makhluk sosial, kita tidak
bisa menghindar dari kebutuhan berinteraksi dan berelasi dengan orang
lain di sekeliling kita. Hidup itu untuk saling mengisi dan melengkapi
karena kita tidak akan mampu hidup sendiri. Kekurangan yang kita miliki
bisa dilengkapi dengan kelebihan orang lain, dan kelebihan yang kita
punya dapat mengisi kekurangan orang lain. Dalam hubungan dengan
pasangan, sahabat, kerabat atau rekan kerja, kesadaran akan saling
membutuhkan ini merupakan energi untuk memahami dan menghargai
kekurangan dan kelebihan masing-masing.
kita yang menuntut
kesempurnaan dari sesuatu hanya akan menemukan bahwa diri kita telah
menjadi pribadi yang kurang bersyukur. Begitupun dalam kehidupan suami
dan istri sehari hari. Sebuah hubungan yang sempurna tidak berarti
selalu baik dan harmonis dan atau mempunyai kesamaan dalam segala hal.
Namun kesempurnaan adalah tentang melengkapi dan mengerti satu sama
lain.
Itulah rahasia Allah azza wa jalla yang tersimpan dengan nama
Perbedaan. Suami istri mempunyai latar belakang, pemikiran dan banyak
hal lain yang berbeda, namun justru disinilah nikmatnya, perbedaan itu
bisa menjadi pelengkap bagi kekurangan satu dengan yang lain. Perbedaan
hanya akan menjadikan konflik yang tidak sehat jika kita sebagai suami
atau istri kekeh menilai pasangan kita tidak sejalan dengan keinginan
ataupun selera kita. Tapi bukankah pernikahan adalah tentang "kita" dan
bukan " kamu" atau " aku" ?.
Keegoisan dan penilaian dengan harga
mati atas kekurangan pasangan kita adalah salah satu sumber yang tidak
sehat dalam hubungan keluarga. Bukankah manusia tempatnya salah dan
lupa? dan kalausaja mereka tahu dari awal tentang efek buruk dari
kesalahan itu, mereka akan sangat menjauhkan diri dari melakukan
kesalahan dan atau mengijinkan diri mereka mempunyai kekurangan
tersebut? Dari itulah Allah mengajarkan kita tentang indahnya memaafkan.
Dan bukankah suami istri hanyalah sebagai manusia yang hanya dapat menerima tanpa bisa "memesan" karakter, sifat ataupun kekurangan yang diberikan Allah kepada mereka. Cara cantik yang justru diberikan Allah inilah yang bisa dimanfaatkan sebagai ladang amal dan ibadah untuk menciptakan sebuah kesempurnaan, yaitu lewat perpaduan dua perbedaan dari suami dan istri.
Dengan adanya kesadaran dan kerelaan hati
memahami itu semua, insyaallah keadaan rumah tangga akan lebih
mententramkan, dan insyaallah menjauhkan sebuah hubungan dari konflik
yang merusak.
Perlu kita merenung sesaat pada cerita Yanie GisseLya tentang
"Kisah Telur dan Tempe Gosong"
Suatu malam, ibu yang bangun sejak
pagi, bekerja keras sepanjang hari, membereskan rumah tanpa pembantu,
jam tujuh malam ibu selesai menghidangkan makan malam untuk ayah, sangat
sederhana, berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.
Sayangnya karena mengurusi adik yang merengek, tempe dan telor gorengnya
sedikit gosong! Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat
banyak, minyak gorengnya sudah habis. Kami menunggu dengan tegang apa reaksi
ayah yang pulang kerja pasti sudah capek, melihat makan malamnya hanya tempe
dan telur gosong. Luar biasa! Ayah dengan tenang menikmati dan memakan
semua yang disiapkan ibu dengan tersenyum, dan bahkan berkata, "Bu terima
kasih ya!" Lalu ayah terus menanyakan kegiatan saya & adik di sekolah.
Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar ibu meminta maaf karena
telor & tempe yang gosong itu & satu hal yang tidak pernah saya
lupakan adalah apa yang ayah katakan: "Sayang, aku suka telor & tempe
yang gosong." Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur
kepada ayah, saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai telur & tempe
gosong?" Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya & berkata,
"Anakku, ibu sudah bekerja keras sepanjang hari & dia benar-benar sudah
capek, Jadi sepotong telor & tempe yang gosong tidak akan menyakiti
siapa pun kok!" Ini pelajaran yang saya praktekkan di tahun-tahun
berikutnya; "Belajar menerima kesalahan orang lain, adalah satu kunci yang
sangat penting unyuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh
& abadi.
Ingatlah emosi tidak akan pernah menyelesaikn masalah yang ada,
jadi selalulah berpikir dewasa. Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi
pasti punya alasannya sendiri. Janganlah kita menjadi orang yang egois hanya
mau dimengerti, tapi tidak mau mengerti. Tua itu pasti, tapi Dewasa itu
PILIHAN. Semoga Bermanfa'at insyaAllah.
kadang tanpa kita
sadari, atas nama ego dan atau pembenaran terhadap ego masing masing,
suami atau istri memulai sebuah konflik. Namun bagi mereka yang ingin
benar benar membina hubungan yang harmonis, konflik akan "berlangsung"
secara sehat tanpa harus saling menyakiti atau malah mendholimi di akhir
ceritanya. Jadi, konflik memang tidak selalunya buruk.
Hal ini berlaku
bagi suami istri yang mau belajar dan ingin mendidik diri untuk lebih
mendapatkan keluasan hati. Sebagai hasilnya, mereka akan menjadikan
konflik sebagai cara untuk introspeksi dan mengetahui kekurangan masing
masing. Selamat menikmati kekurangan yang ada pada pasangan kita, dan
mari menjadikannya sebagai ladang amal ibadah untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah.
Semua yang terjadi dan apa yang Allah takdirkan atas
kita pasti mengandung sebuah misi untuk menjadikan kita pribadi yang
belajar, dewasa, dan belajar untuk dewasa. Walaupun ada banyak
kekurangan pasangan kita, insyaallah terkandung lebih banyak kebaikan,
dan bahkan bisa jadi kekurangan yang diasah secara lembut dan lebih
telaten, lambat laun akan berubah menjadi kelebihan. Semua itu
tergantung bagaimana kita menyikapi dan bersyukur atas hal yang bernama
kekurangan.
Jika kita renungi dan kita hayati, kekurangan diri
merupakan alarm hati yang akan mengingatkan kita akan kematian. Dengan
mengingat kematian, kita dapat membangkitkan kesadaran bahwa semua
makhluk akan binasa, sehingga tidak hanya kekurangan yang melekat pada
diri kita, tetapi kehancuran yang pasti suatu saat nanti. Bukankah
semuanya butuh proses dan keteguhan hati untuk terus berupaya.
Hanya
kita yang mau menyadari dan mau berproses yang akan mendapatkan
pembelajaran tentang banyak hal, bahkan keberhasilan dan kemanfaatan.
Belajar menerima kekurangan diri dapat kita jadikan bagian dari
manajemen hidup kita, sekaligus proses belajar memanusiakan diri kita.
InsyaAllah terbuka jalan.
Jangan kita pernah lalai meluruskan seluruh
niat dalam beribadah, semata-mata dalam rangka mengabdi kepada Allah
guna mendapatkan ridha-Nya. Mohon maaf atas kekurangan, Wallahu muwafiq
illa aqwamith thariq.
0 komentar:
Posting Komentar