Lebih Sehat Tanpa Dengan Kedengkian
Orang
yang memiliki jiwa dengki akan merasa senang apabila melihat kenikmatan
atau kebahagiaan sirna dari diri orang lain. Ia akan merasa puas dan
senang hati apabila orang lain dalam kondisi terpuruk dan kesulitan,
bahkan tidak jarang ia selalu usil dengan terus berusaha menjatuhkan
orang lain kedalam kesulitan.
Orang yang dengki tidak pernah mengenal istilah utang budi atas jasa-jasa orang lain, ia merasa bahwa dirinya telah melalui segalanya oleh tangannya sendiri
Kita harus berhati-hati dengan perasaan dengki, rasa dengki yang tumbuh dan terus berkembang didalam diri kita hanya akan menunjukan segala kekurangan dan aib-aib kita sesungguhnya, yang membuat orang lain semakin membenci kita. Sebuah peribahasa mengatakan Apa yang keluar dari mulut botol itulah isi botol, maka ketika yang keluar dari lisan kita adalah ungkapan-ungkapan yang menghujat dan menjatuhkan kebaikan-kebaikan orang lain dengan menyampaikan tentang keburukan-keburukannya, maka tidak ubahnya keburukan itu sendiri merupakan cerminan sesungguhnya tentang diri kita.
Seorang pendengki sebetulnya telah menjatuhkan dirinya terlebih dahulu kedalam lubang kehinaan sebelum ia menjatuhkan orang yang didengkinya (yang belum tentu rugi). Rasa dengki sangat berikatan mesra dengan rasa iri hati, rasa iri hati sendiri akan mengakibatkan kesuraman yang berawal dari hati dan akan nampak pada wajahnya.
Rasa dengki berasal dari butanya hati, sehingga hati (dirinya) merasa yang paling benar. Hati yang telah buta akan selalu menolak terhadap rahmat dan segala petunjuk Allah SWT. Kebutuhan hati dan penolakan terhadap rahmat Allah menurut para ulama disimbolkan sebagai dua cincin kekafiran (naudzubillah). Dengan kedengkian yang terus dipelihara, maka anak Adam bukan tidak mungkin akan terus menjadi mangsa kesedihan atau bahkan kutukan abadi yang sulit diselamatkan.
Seorang pendengki selalu lemah dan rapuh baik fisik maupun mentalnya, seorang pendengki tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan. Hatinya penuh derita dan kelelahan karena terus dikuasai oleh kehausan dendam. Dan orang yang dengki tidak akan pernah mendapatkan ketenangan.
Ketika bahtera Nabi Nuh berlabuh, iblis mendekatinya dan berkata, “Wahai Nuh aku akan berusaha membinasakan manusia dengan dua cara: pertama, dengan cara menanamkan sifat dengki dalam hati mereka; dan kedua dengan cara menanamkan sifat serakah dalam jiwa mereka. Karena dengki maka aku dilaknat oleh Allah dan dijadikannya sebagai syaitan yang terkutuk. Dan karena serakah maka Adam menghalalkan segala makanan di syurga sehingga dia dikeluarkan. Dengan dua sifat ini, kami semua dikeluarkan dari syurga”
Sampai kapanpun syetan yang terkutuk akan terus menggiring kita pada sifat yang sangat tercela, yaitu dengki. Semoga Allah terus menjaga diri kita dari godaan syetan yang terkutuk.
Wallahu'alam
Orang yang dengki tidak pernah mengenal istilah utang budi atas jasa-jasa orang lain, ia merasa bahwa dirinya telah melalui segalanya oleh tangannya sendiri
Kita harus berhati-hati dengan perasaan dengki, rasa dengki yang tumbuh dan terus berkembang didalam diri kita hanya akan menunjukan segala kekurangan dan aib-aib kita sesungguhnya, yang membuat orang lain semakin membenci kita. Sebuah peribahasa mengatakan Apa yang keluar dari mulut botol itulah isi botol, maka ketika yang keluar dari lisan kita adalah ungkapan-ungkapan yang menghujat dan menjatuhkan kebaikan-kebaikan orang lain dengan menyampaikan tentang keburukan-keburukannya, maka tidak ubahnya keburukan itu sendiri merupakan cerminan sesungguhnya tentang diri kita.
Seorang pendengki sebetulnya telah menjatuhkan dirinya terlebih dahulu kedalam lubang kehinaan sebelum ia menjatuhkan orang yang didengkinya (yang belum tentu rugi). Rasa dengki sangat berikatan mesra dengan rasa iri hati, rasa iri hati sendiri akan mengakibatkan kesuraman yang berawal dari hati dan akan nampak pada wajahnya.
Rasa dengki berasal dari butanya hati, sehingga hati (dirinya) merasa yang paling benar. Hati yang telah buta akan selalu menolak terhadap rahmat dan segala petunjuk Allah SWT. Kebutuhan hati dan penolakan terhadap rahmat Allah menurut para ulama disimbolkan sebagai dua cincin kekafiran (naudzubillah). Dengan kedengkian yang terus dipelihara, maka anak Adam bukan tidak mungkin akan terus menjadi mangsa kesedihan atau bahkan kutukan abadi yang sulit diselamatkan.
Seorang pendengki selalu lemah dan rapuh baik fisik maupun mentalnya, seorang pendengki tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan. Hatinya penuh derita dan kelelahan karena terus dikuasai oleh kehausan dendam. Dan orang yang dengki tidak akan pernah mendapatkan ketenangan.
Ketika bahtera Nabi Nuh berlabuh, iblis mendekatinya dan berkata, “Wahai Nuh aku akan berusaha membinasakan manusia dengan dua cara: pertama, dengan cara menanamkan sifat dengki dalam hati mereka; dan kedua dengan cara menanamkan sifat serakah dalam jiwa mereka. Karena dengki maka aku dilaknat oleh Allah dan dijadikannya sebagai syaitan yang terkutuk. Dan karena serakah maka Adam menghalalkan segala makanan di syurga sehingga dia dikeluarkan. Dengan dua sifat ini, kami semua dikeluarkan dari syurga”
Sampai kapanpun syetan yang terkutuk akan terus menggiring kita pada sifat yang sangat tercela, yaitu dengki. Semoga Allah terus menjaga diri kita dari godaan syetan yang terkutuk.
Wallahu'alam
0 komentar:
Posting Komentar